08. Surat Sialan

14 6 0
                                    

Ingin menjadi tidak peduli, tapi sulit sekali.
×///×

"Nas minjem pensil"

"Minjem mulu, beli napa Ra" cibirku sambil meraba-raba kolong meja.

Kayak kertas batinku yang masih sibuk sendiri.

Aku mengambil kertas itu dan juga kotak pensil. "Nih, ambil aja dikotak pensil" ucapku menyerahkan kotak pensil tanpa berpaling dari sebuah amplop itu.

"Apaan itu Nas?"

"Gatau"

"Coba liat..." Ucap Rara mulai mencoba mengambil amplop yang ternyata isinya surat.

"Gue juga belum baca, sabar napa" Setelah itu Rara hanya melihatku dengan wajah cemberutnya.

Untuk Nanas Pineapple
Pulang sekolah temenin gue jalan-jalan yuk:)

Dari Revan cogan basket

Aku ingin muntah ditempat sekarang juga.

Gak, yakali seorang Natasha ngelakuin hal itu. Langsung jadi trending topic entar.

"Nas udah belum?"

Aku langsung menyerahkan surat itu ke Rara dan dengan sigap dia baca secara teliti.

"Ini kak Revan leader basket kan?"

"Sebentar lagi mau lengser" koreksiku.

"Yang ganteng itu bukan?"

Lebih gantengan kak Alvian, Ra batinku.

"Kalo boleh jujur kriteria cogan gue beda sama cogan elo"

Seketika mulut Rara terbuka lebar, "Nas, lo ada hubungan apaan sama kak Revan?"

Jawab gak ya?

"Penting banget?"

Dia langsung mengeluarkan aura yang berbeda, seperti ada awan hitam yang mengerubungi Rara.

"Ck, gak lebih dari adek-kakak kelas. Tapi dia emang sering gangguin gue sih"

"What?!"

Seketika satu kelas langsung menengok kearah kami. Tak lupa dengan guru yang super killer yang kami lupakan karena keasyikan mengobrol.

Sebenarnya jika saja Rara tidak teriak pasti kami tidak akan disuruh keluar. Karena posisi tempat duduk kami cukup strategis untuk mengobrol.

"Radella Malta, Natasha Reanna, keluar dari kelas ini sekarang juga!" Teriakan yang disertai bentakan itu membuatku dan Rara langsung diam ditempat.

Aku langsung memicingkan mata ke arah Rara yang menundukkan kepalanya. Melihatnya seperti itu membuatku berdecak dan bangun dari tempat duduk yang sudah pada masa posisi nyaman.

Lalu menarik Rara yang langsung melotot, tidak apa-apa dipelototi Rara yang penting tidak disumpah serapahi oleh guru itu. Mungkin karena saking kesalnya aku malas menyebutkan nama guru yang sedang mengajar sejarah.

Akhirnya aku dan Rara memutuskan untuk ke kantin. Wajah Rara yang terlihat kesal harus didinginkan terlebih dahulu. Padahal harusnya aku yang lebih kesal dibanding dia.

CHOCO BANANASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang