11. Lebih dari Itu

19 5 0
                                        

Kalau kalian tanya apa yang terjadi setelah kejadian itu. Kalian pasti bisa menebaknya.

Ini antara aku yang perasa atau dia yang memang tidak peduli.

Aku jarang melihatnya lagi. Bahkan jika aku ke kantin wajahnya tak pernah terabsen sedikitpun.

"Sebenernya ada yang mau gue omongin ke kalian," sontak perkataan itu membuatku menengok.

Menyingkirkan pikiran-pikiran aneh yang sempat terbesit di otak. Tentang apa pun itu, termasuk dirinya.

Lupain oke!

"Sebenernya, Dhika nembak gue lagi" Rara dengan nada hati-hatinya membuat kami terbelalak.

WHAT?!

Cocok sih, bahkan aku, Bianca, dan Keisha sudah mengira bahwa mereka jodoh. Tapi...

Ini Dhika loh. Laki-laki pendiam yang selalu jadi bahan omongan degem-degem di sekolah ini. Apalagi sikap Dhika yang selalu senyum nanggapin mereka, dan selalu nggak ambil pusing.

Siapa sih yang nolak?

Bahkan saat tau Dhika suka sama Rara aku shock. Untung saja aku bisa menjadi mak comblang yang baik hati dan tidak sombong hari itu.

"Tapi kayaknya... Gue—"

"Jangan bilang lo nolak dia lagi?!" potongku yang dibalas decakan oleh Rara.

"Ya enggak lah, mana mungkin gue nolak dia"

Bisa aku lihat wajah bersemu Rara yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Apalagi nada rendah di kalimat akhirnya membuat ekspetasiku sepertinya benar.

Lah jadi yang kemaren-kemaren itu maksudnya apa?

"Jadi, apa yang lo khawatirkan?" tanya Bianca yang ikut hanyut dalam ajang curhat-curhatan ala Rara ini.

"Gue takut Dhika bakal pergi pas tau sifat gua"

Ha.

Itu yang namanya Rara bisa dikarungin aja nggak?

Denger ya Ra, seorang Reanna mau ngomong.

APA LO GAK SADAR PAS LO NGAMUK EKSPRESINYA KERINGET DINGIN?!

Dan sekarang dia nembak lo? Padahal dia udah tau sifat lo gitu.

Tapi, aku hanya menyimpannya dalam hati. Biar Rara mikir sendiri gimana rasanya memikirkan hal yang belum pernah dia pikirkan sebelumnya. Dan sepertinya, Bianca dan Keisha juga merasakan hal yang sama.

"Terus kalo dia tahu, lo bakal nyerah?"

Rara hanya menengok, namun mulutnya tetap bungkam.

"Sekarang kita balik peryataan tadi,"

Lah lah, Bianca plis filter omongan lo.

"Apa lo akan ngebiarin dia pergi saat dia tau sifat lo?"

Hm?

Bianca sudah mengenal Rara sejak sekolah dasar. Jadi, Bianca sudah pasti mengenal Rara dengan baik. Berbeda dengan ku dan Keisha yang baru berteman saat kelas sepuluh.

Tapi masalahnya, apa satu tahun lebih di SMA belum cukup untuk mengenal satu sama lain?

"Bi, bisa lo jelasin maksud omongan lo itu?" ucapan Keisha membuat kami yang sedang memikirkan hal masing-masing langsung menengok.

"Iya, gua juga gak ngerti. Bukannya selama di kelas Dhika udah tau? Sifat yang gimana sih"

Kini, aku menyuarakan pikiranku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CHOCO BANANASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang