03: Sibling Goals?

25 8 0
                                    

Aku langsung menghembuskan tubuhku dikasur kesayanganku. Niat awalku dari bel pulang sekolah sampai sekarang adalah tidur.

Aku tak ingin memikirkan pr yang menumpuk meminta dikerjakan. Yang aku inginkan hanyalah kedamaian.

Seandainya semudah itu.

Baru saja aku terlelap tiba-tiba kakakku masuk dan menggoyang-goyangkan tubuhku, berusaha agar aku bangun. Aku langsung bangun dengan wajah kesal setengah mati melihatnya.

"Abang apa-apa sih, Rea ngantuk banget ini" omelku sambil mengucek-ngucek mata.

"Padahal niat gue bangunin lo buat ngajak ke toko buku loh, eh... Lo nya malah gini—" aku yang mendengar perkataannya langsung melek.

"Rea siap-siap sepuluh menit lagi, Abang tunggu diluar gece" ucapku memotong perkataannya sambil berusaha mendorongnya keluar.

Aku langsung mengganti seragam sekolahku, kemudian memperhatikan mataku yang sembab, memang terlihat seperti orang habis menangis.

Apa Abang tau kalo gue nangis? batinku namun selang beberapa detik aku tepis.

Aku langsung membuka pintu kamar lalu mencari sesosok Louis Radeon, namun pandanganku berbeda saat yang terlihat malah seorang Raka Zidane Adler.

"Udah?" Tanyanya memperhatikanku dari ujung rambut hingga ujung kaki. Aku berdecak dengan wajah kesal.

"Jadi nggak? Kalo nggak jadi gue mau pergi sama pacar kedua gue"

"Yaudah pergi aja, lagian gue juga maunya bukan sama lo"

Aku ingat saat terakhir kali diajak Raka ke mall. Dan itu memalukan, saat dia ternyata lupa membawa dompet dan aku harus menunggu kak Deon untuk membayar buku yang sudah aku taruh dikasir pembayaran.

"Nih, gue dikasih duit sama kak Deon. Buat nyenengin hati lo yang tertusuk samurai" ucapnya sambil mengibaskan lima lembar uang seratus ribuan.

"Jijik" gumamku pelan.

"Gue tunggu diluar mau manasin motor, lima menit nggak dateng, gue beserta duit lenyap"

Aku langsung melotot kearahnya yang telah pergi begitu saja, jika bukan karena duit itu percayalah, seorang Natasha tidak akan mau diajak jalan-jalan jika yang mengajak itu Raka!

"Raka adek laknat!!!" Aku langsung berlari keluar rumah, ternyata dia sedang memanaskan motornya.

"Ih lo mah, gitu aja langsung baper" cibirku yang langsung menaiki motornya.

"Emangnya Lo nggak baperan?" Gumamnya yang samar-samar aku dengar. Namun aku hiraukan tanpa niatan menjawab. Toh aku keluar untuk refresh otak, bukan untuk meladeninya.

•••

"Mba Reaaa, abisin ya makanannya. Kalo enggak, Raka yang ngabisin" suara itu membuatku tersentak. Ternyata sedari tadi aku hanya mengaduk-aduk asal makananku.

"Abisin aja, gue gak napsu" ucapku menyodorkan nasi goreng itu.

Sontak dia seketika shock dan langsung menatapku tajam. Seolah mengatakan, 'abisin atau gue tinggalin'. Aku berdecak dan melanjutkan makananku yang masih tersisa banyak.

"Abis ini mau kemana? Timezone? Atau—" "Gramed" balasku cepat.

"Lo mau beliin bang Rafa buku UN?"

"Gak! Ogah banget. Gua mau beli novel, buat refresh otak".

Bang Rafa bilang dia udah pinter. Jadi gak perlu lagi aku beliin buku. Tapi... Kayaknya ini pembalasan yang tepat deh.

CHOCO BANANASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang