1

114 6 0
                                    

"Tisa... lihat deh bukunya bagus banget. Tapi mahal banget nih."
Vila emang suka banget baca buku. Buku apa pun pasti dia baca. Tidak heran kalau dia selalu masuk 3 besar siswa dengan nilai akademik terbaik di angkatannya.

"Vila.. makan dulu yuk laper nih." Tisa kelihatannya udah lemes banget seharian menemani sahabatnya di toko buku.

"Yaudah deh aku traktir. Cuman.. kamu ga mau beli buku gitu? Bagus-bagus nih bukunya sa"

"Yeee semua buku juga bagus bagi seorang Vila yang adalah kutu buku." Tisa bersandar di salah satu rak mengarahkan pandangannya ke sekeliling ruangan.

"Bagus kali baca buku sa. Wawasan kita jadinya makin luas."

"Tapi kan... loh Vila tungguin." Dengan tergesa Tisa ngejar Vila yang ternyata sudah berjalan ke arah kasir hendak membayar.

Antrian kebetulan tidak terlalu panjang. Ini bagus untuk seorang Tisa yang hampir tiap hari tidak pernah absen menemani Vila di toko buku. Walaupun begitu ia tetap setia menemani Vila saat sedang mengantri.

Kepribadian mereka berdua sangat berbeda. Vila sangat feminim dan Tisa agak tomboi. Vila lebih tertarik pada dunia akademik dan Tisa lebih tertarik pada dunia non akademik seperti berolahraga. Walaupun kepribadian yang berbeda tetap saja itu bukan halangan untuk mereka tetap bersahabat. Keduanya memang juga sudah bersahabat sejak kecil.. apalagi karena rumah mereka yang bersebelahan.

"Ini dek kembaliannya. Terima kasih sudah mengunjungi toko buku kami. Sampai jumpa lagi. " Begitu kata penjaga kasir saat Vila sudah membayar.

"Makan apa nih kita?" Pertanyaan langsung keluar bersamaan dengan Vila yang menemukan Tisa memandangi orang - orang berlalu lalang.

"Nasi goreng kambing. Adek emang mau makan apa?" Tisa nyengir sambil memperlihatkan raut wajah sok imut.

"Dih.. adek. Aku lebih tua dari kamu kale. please yah." Vila memutar bola matanya.

"Hahaha.. lagian muka kamu serius banget la."

"Yaudah nih kita makan nasi goreng kambing aja. Tapi bentar dulu ya.. aku mau ke toilet. Nitip nih bukunya." Vila menyodorkan bukunya dan berlari kecil meninggalkan Tisa yang melongo. Belum sempat mengiyakan.

Di toilet Vila membersihkan wajahnya. Agar tampak segar kembali dan memakaikan cream pada wajahnya. Baginya, selain buku yang wajib dijaga agar awet... penampilan juga wajib dijaga agar awet muda.

Saat keluar dari toilet, Vila melihat seorang anak kecil yang kelihatannya sedang sendirian dan.. menangis?

Karena kasihan Vila mendatangi anak kecil itu.

"Dek, kamu kenapa? Sama siapa datang ke sini?" Tanya Vila sambil mengusap pelan kepala anak kecil itu.

"Datang sama kakak aku." Tampaknya anak kecil itu berhenti menangis setelah didatangi Vila.

"Kakak kamu mana?"

"Ga tahu."

Kasihan banget. Aku harus ngapain nih...

"Loh Naufal.. Ya ampun kakak nyariin kamu dari tadi."

Suara itu sontak membuat Vila menoleh ke arah suara tersebut.

Saat menoleh Vila melihat seorang lelaki berbadan tinggi, putih, dan juga ... tampan sekali.

Pasti kakaknya.

"Kakak kemana sih dari tadi Naufal sendirian. Untung ada kakak ini." Kata Naufal sambil menggosok matanya karena tadi ia menangis.

Lelaki itu langsung menoleh menatap Vila. Dan mengulurkan tangan ingin memperkenalkan diri sekaligus berterima kasih.

"Terima kasih sudah mau menemani adik saya. Nama saya Rafa."

Vila menyalami Rafa sambil tersenyum dan juga memperkenalkan diri.

"Nama saya Vila. Nama adiknya Naufal ya... mirip nama tengah saya."

"Nama panjangnya siapa memang?" Tanya Rafa disambut senyuman Vila lagi.

"Vila Naufal Avandi."

"Namanya cantik ya kayak orangnya. Kalau nama panjang saya Rafandi Bryant." Katanya sambil tersenyum juga.

Mereka berdua saling tersenyum.

"Kak, pulangggg" Suara Naufal membuat Rafa mengalihkan pandangannya dari Vila ke Jam tangannya.

"Yaudah ayok pulang. Udah jam satu juga nih."

Vila yang mendengar Rafa berkata jam satu langsung ingat kalau Tisa dari tadi sudah menunggu.

"Astaga, aku balik dulu ya Rafa.. Naufal. Lagi ditungguin temen. Bye!" Katanya sambil langsung berlari cepat meninggalkan Rafa dan Naufal yang belum sempat mengucapkan sampai jumpa juga.

*Ya ampun kok sampai lupa sih Vila:v*

"Dari mana aja sih tuan putri lama banget. Nih cacing udah pada demo di perut tahu!" Kata Tisa ketus.

"Sorry, tadi abis ketemu sama anak kecil yang... ah sudahlah. Capek nih lari." Napas Vila masih memburu.

"Nih.. untung aku bawa air." Tisa menyodorkan botol minum yang selalu ia bawa. Saking lelahnya berlari Vila menghabiskan air minum Tisa.

"Gila bener... kamu kayak habis lari marathon aja la." Ekspresi Tisa seperti orang yang lagi lihat acara sulap. Tercengang.

"Sudahlah. Katanya mau makan. Yuk.. udah jam satu nih." Vila mengambil kembali bukunya dan berjalan ke luar dari toko buku terbesar di Jakarta. Tisa mengikuti sambil mengamati botol air minumnya.

Vila... Vila. Lucu banget sih sahabat aku.

***

"Thanks ya sa buat hari ini!" Vila melambaikan tangannya disambut lambaian tangan dari Tisa.

"Oke ma sist. Sampai jumpa besok!" Tisa masuk ke dalam rumahnya. Dan Vila juga masuk ke dalam rumahnya.

Vila yang mencium aroma lezat langsung pergi ke dapur. Dilihatnya seorang wanita paruh baya sedang membuat cupcake.

"Selamat sore ibunda ratu." Wanita itu menoleh dan tersenyum.

"Mama lagi buat cupcake loh.. kesukaan kamu." Kata wanita itu yang ternyata adalah mama Vila.

"Ma... besok kan sabtu nih. Gimana kalau aku bantu mama di toko kue?"

"Boleh dong. Biar kamu juga belajar gimana ngurusin toko. Kakak kamu kan udah sibuk kuliah. Tinggal kamu yang bisa bantuin mama."

Keluarga Vila memang mempunyai usaha toko kue di Jakarta. Awalnya yang ngurusin itu kakaknya Vila yang namanya Aldy. Tapi semenjak masuk kuliah Aldy jadi makin sibuk dan tinggal di asrama kampus. Sekarang Vila juga udah SMA kelas 3, jadi dia masih bisa bantu mamanya. Kalau papanya kerja di Amerika sebagai dokter bedah.

"Oke deh mah. Vila naik dulu ya "
***

Sesampainya di kamar, Vila menaruh buku barunya di atas meja dengan hati-hati. Maklum, kutu buku itu penyayang buku jadi naruhnya harus hati-hati biar tidak rusak.

Hufth... capee

Vila berbaring di atas tempat tidurnya sambil menatap langit-langit kamarnya. Nuansa kamarnya begitu feminim. Cat dinding berwarna putih dengan motif bunga sakura di setiap sisinya. Langit-langit kamar berwarna merah muda.
Vila sangat menyukai warna merah muda. Bajunya pun banyak yang berwarna merah muda sampai aksesorisnya pun semua hampir merah muda.

Tisa lagi ngapain ya..

Vila hendak mengambil handphone yang ditinggalkannya selama ia pergi tadi. Namun saat ingin meraih handphonenya..
Mata Vila tertuju pada pergelangan tangannya.

Gelangku? Gelang pemberian papa..

Lihat Aku di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang