5

27 2 0
                                    

Vila memasuki rumahnya sambil bersenandung. Tampaknya ia sedang berbunga-bunga hari itu.

"Selamat siang!" Vila memberi salam namun tak ada siapa pun yang menyahut. Kemudian Vila ingat.. mamanya ada di toko kue. Tapi kenapa dia bisa lupa, bukankah tiap hari juga sudah terbiasa kalau mamanya tidak di rumah saat Vila pulang sekolah?

Apa jangan-jangan Vila sedang....

Jatuh cinta?

Dunia memang terasa milik sendiri.. sampai kita melupakan hal lain saat sedang jatuh cinta.

Tapi tunggu dulu.. apakah Vila memang jatuh cinta?

Ah.. tidak mungkin. Pasti ini hanya efek habis ketemu sama cogan..

Vila jarang ngobrol dengan kaum adam. Soalnya, bisa dibilang Vila itu suka deg degan kalau berhadapan sama yang namanya cowok. Ini dimulai waktu dia masuk smp, soalnya Vila mau fokus belajar dulu. Sudah banyak cowok yang pernah menyatakan suka.. tapi Vila selalu bilang kalau dia belum merasa siap. Padahal dulu Vila sangat berani untuk dekat dengan siapa pun termasuk kaum adam. Sekarang sudah tidak lagi.. tiap ketemu cowok biasanya Vila cuma sekedar basa basi saja, karena agak deg degan kalau mau ngobrol lama. Apalagi kalau cowoknya gantengggg.....
Ini membuat Vila merasa jika perasaannya yang barusan ini hanya efek dari ngobrol sama cogan alias cowok ganteng.

Vila melirik jam tangannya dan sekarang sudah setengah satu. Vila segera bersiap untuk membantu mamanya di toko kue.

***


"Selamat datang di toko kue violet.. mau pesan apa mbak?"
Vila menyambut pelanggan dengan senjata pamungkasnya. Senjata pamungkas?..

Ya, senjata pamungkasnya yaitu senyuman manis ala Vila yang dapat membuat orang-orang di sekitarnya merasa senang. Terutama kaum adam. Pasti klepek klepek dah, seperti yang terjadi pada Rafa.

"Rainbow cupcakenya dua, trus donat nya dua ya."

"Mau makan di sini atau dibawa pulang mbak?"

"Saya mau makan di sini saja."

"Baik, silahkan duduk dulu."

Vila mengambil pesanan pelanggan tadi dengan senyum mengembang penuh sukacita.

Seru juga ngurus toko yaa..

***

Vila masuk ke kamarnya dan langsung menghempaskan tubuhnya setelah menanggalkan tasnya dulu.

Capeknya...

Tiba-tiba Vila teringat akan janji temunya dengan Rafa di toko bunga hari senin. Rasanya ini seperti kencan saja. Vila jadi tidak sabar datangnya hari senin. Besok hari minggu... dan Vila seperti ingin mempercepat waktu menuju hari senin.

"Ahahah... Eh." Tanpa sadar Vila tertawa. Kini Vila merasa ia tampak bodoh membayangkan bahwa seandainya itu adalah kencannya.

Bodoh! Kau bodoh! Jangan baper Vila! Jangan

Vila merutuki dirinya sendiri sambil memeluk boneka dan sekaligus menyembunyikan wajahnya dibalik boneka, yang kini makin memerah.

Rafa, i can't wait to see you again.


***

"Vila, apakah kau bidadariku? Kau yang selama ini aku cari.. mungkinkah... arghh!!" Rafa meremas kertas berisi skrip bagaimana ia akan berbicara pada Vila nanti dan membuang kertas itu ke lantai. Tampaknya bukan kertas itu saja yang ia buang ke lantai. Terlihat dari banyaknya kertas yang sudah kusut menumpuk di lantai kamarnya.

Semua kata-kata ini kesannya terlalu... yah pokoknya improve aja dah ntar.

Pada akhirnya Rafa menyerah juga dan memilih untuk mengumpulkan semua sampah-sampah itu, memasukkannya ke dalam kantong sampah lalu membuangnya ke tong sampah.

Namun, ia tidak membuang semua sampah kertas itu. Ia menyimpan satu untuk dijadikan kenang-kenangan. Sebagai bukti, bagaimana usaha yang dilakukannya hanya untuk berbicara di depan Vila. Gadis yang membuat jantungnya berdebar akhir-akhir ini.

Sesaat sebelum menyelipkan kertas itu ke dalam novelnya, ia tersenyum.
Belum pernah ia melakukan hal seperti ini pada gadis mana pun.

Vila, i can't wait to see you again.

Lihat Aku di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang