Tap...tap...
Derap langkah kaki seseorang terdengar begitu jelas di koridor SMA Citra Jakarta yang sepi.
Aduh! Bangun kesiangan lagi...
Tok..tok
"Selamat siang bu, maaf saya terlambat."
"Tisa! Sudah berapa kali kamu terlambat?" Tisa menunjukkan ekspresi sedang berpikir sambil menghitungnya dengan jari.
"Hmm... berapa ya bu. Ah saya lupa."
"Tisa!"
"Eh iya bu."
Suara Bu Farah yang tiba-tiba mengagetkan Tisa, juga ikut mengagetkan seluruh siswa dalam kelas itu.
"Lari keliling lapangan 2 kali!"
"Siap bu!"
Tisa menanggalkan tasnya dan mulai berlari keliling lapangan. Saat sudah di putaran terakhir, Tisa bersandar pada tiang bendera dengan napas memburu.
"Sa, kemarinkan aku bilang jangan begadang." Kata seseorang sambil menyodorkan botol minum.
"La, nanggung tahu. Kemarin itu sudah episode terakhir! Pas si cewe ternyata jadian sama orang yang awalnya dia benci."
Vila yang melihat tingkah Tisa langsung terbahak-bahak.
"Kok malah ketawa? Tega bener lihat sahabatnya dihukum."
"Salah siapa hayoo.."
"Yaudah deh. Eh, kok kamu di sini?"
"Kan sudah jam istirahat sa." Tisa melirik jam tangannya yang berwarna merah muda. Tisa memang cewe yang sifatnya agak tomboi, tapi penampilannya feminim.
"Mau ke kantin?" Tanya Vila
"Tidak. Lagi capek. Tanpa dihukum lari keliling lapangan sekolah pun sudah capek.. capek lari dari kenyataan."
"Etdah, kayak yang punya pacar aja. Eh, gebetan saja kau tidak punya." Vila tertawa lagi.
"Memangnya kamu punya? Dih."
Tisa balik menertawai Vila.Mereka mengobrol sudah hampir 15 menit dan waktu istirahat hanya 15 menit.
Bel masuk pun akhirnya berbunyi. Vila melambaikan tangannya pada Tisa dan berlalu memasuki kelasnya di Ipa 1. Dan Tisa memasuki kelasnya di Ips 1.
***
Bel pulang berbunyi, waktunya seluruh penghuni Sma Citra Jakarta untuk meninggalkan sekolah. Banyak siswa yang pulang dengan naik motor masing-masing, ada yang menumpang di motor temannya, ada yang dijemput, dan ada pula yang naik transportasi umum.
Vila dan Tisa biasanya pulang bersama naik metro mini. Kadang-kadang mereka juga pulangnya tidak bersama. Itu kalau Vila sedang ada urusan atau Tisa yang latihan basket. Tapi kali ini Vila harus pulang sendiri karena Tisa yang sedang latihan basket sampai jam 5.
Vila tidak bisa menunggu sahabatnya itu karena harus membantu mamanya di toko.Seperti biasa, Vila akan menunggu metro mini tepat di depan mini market.
Huuh panas...
Vila menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangannya.
Sekitar 5 menit ia menunggu, metro mini yang ditunggu akhirnya muncul juga. Tak lama kemudian metro mini berhenti di depannya dan Vila memasuki kendaraan berwarna merah biru itu.
Yah penuh..
Sepertinya kali ini Vila harus berdiri dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya.
"Kamu duduk di sini saja." Kata seseorang yang membuat Vila langsung menoleh.
"Eh, Rafa?"
Rafa berdiri dan mempersilahkan Vila untuk duduk.
"Terima kasih. Tapi Rafa.."
"Sudah duduk saja, mana boleh cowok yang enak-enakan duduk terus yang cewe capek berdiri."
Vila menurut, ia duduk dan tersenyum kepada Rafa.
Ini membuat Rafa berdebar.. senyuman yang ia rindukan. Apakah benar Vila orangnya? Gadis yang selama ini ia tunggu.
"Vila.." Rafa ingin memberanikan diri untuk menghapus rasa penasarannya sejak ia bertemu dengan Vila di toko buku.
"Kamu pernah tidak, bertemu seorang anak laki-laki waktu kamu kecil."
"Yaiyalah, anak perempuan mana yang waktu kecil tidak pernah." Vila menunjukkan ekspresi menahan tawa.
Eh, bikin malu saja aku ini..
Rafa tampak tersipu baru saja menanyakan pertanyaan bodoh itu.
"Maksudnya, anak laki-laki.. di toko bunga.."
"Wait, em... kayaknya aku ingat.."
Vila yang sedang menunjukkan ekspresi berpikir membuat Rafa merasa saat itu Vila terlihat imut dengan wajah polosnya."Kayaknya sih iya... tapi kurang ingat deh."
"Oh gitu. Kalau ada yang mengingatkan? Vila bisa ingat?"
"Mungkin."
"Jadi gini.. aku pernah bertemu dengan seorang gadis kecil 15 tahun yang lalu di toko bunga.."
Rafa berhenti berbicara ketika ekspresi Vila tidak menunjukkan ekspresi yang diharapkan Rafa. Yaitu, bahwa Vila ingat kejadian itu.
"Apa maksud Rafa akulah gadis itu?" Vila bertanya sambil mengerutkan dahinya.
"Senyumanmu membuatku teringat dengan gadis itu. Jadi kupikir..."
"Ya?" Vila memotong perkataan Rafa.
"Ah, begini saja.. temui aku di toko bunga harapan hari senin setelah pulang sekolah."
"Oke. Eh, ngomong-ngomong.. kamu sekolah di Sma mana?"
"Haha, aku bukan anak sma."
"Smp?"
"Yakali... aku udah kuliah semester 2."
Vila kaget mendengar bahwa Rafa lebih tua darinya. Perasaan Vila jadi tidak enak, karena memanggil Rafa dengan sebutan nama. Dan mengapa ia tidak menyadari perawakan Rafa yang memang terlihat sudah lebih dewasa darinya.
"Ra.. eh kak maaf kalau panggilnya selama ini kurang sopan "
"Haha, panggil nama juga boleh kok."
"Jadi aku panggil Rafa boleh dong."
"Iya boleh Vilaaa." Rafa cekikikan. Dibalas dengan tawa Vila.
Kemudian hening sesaat sampai Vila turun dari metro mini dan melambaikan tangan pada Rafa.
Rafa yang masih di atas metro mini melihat kepergian Vila sambil terus salah tingkah sepanjang perjalanan. Ia terus saja tersenyum... semua itu karena perasaannya yang bahagia..
KAMU SEDANG MEMBACA
Lihat Aku di Sini
Любовные романыSebuah kisah cinta yang rumit. Disaat dua orang sahabat jatuh cinta pada orang yang sama. Namun siapakah yang sebenarnya dicintai lelaki itu?