6

29 2 0
                                    

Kring...kring...

Bel istirahat telah berbunyi. Ini sudah hari senin. SMA Citra Jakarta kini telah ramai kembali.. semua koridor dipenuhi oleh siswa siswi dan guru-guru. Tisa setengah berlari menerobos di antara keramaian itu. Vila mana sih!

Tiba-tiba ia menabrak seseorang..

"Aduh!"

"Sorry... eh Vila!"

"Tisa kalau jalan hati-hati.. kamu kayak lagi dikejar sama hantu aja " Kata Vila cekikikan.

"Gini, tadi tuh..."

"Ya?"

"Aku..."

"Ya?"

"Lihat ini.." Tisa menunjukkan brosur kepada Vila.

"Oh... kamu mau makan ice cream?"

"Iya hehe.. lagi diskon. Tapi lihat deh nih." Tisa menunjuk tulisan yang ada di ujung kanan paling bawah brosur. Diskon dan boneka khusus hanya untuk yang memesan dengan membawa pacar atau sahabat.

"Jadi maksud kamu, kamu ngajakin buat beli ice cream?"

"Iya!"

Aduh! Harusnya Vila hari ini bertemu dengan Rafa di toko bunga.

"Gimana ya... tapi hari ini-"

"Kenapa la?"

Melihat tampang Tisa yang sangat ingin pergi.. Vila akhirnya punya ide.

"Kamu ikut aku dulu di toko bunga, habis itu kita beli ice cream deh."

"Ngapain ke toko bunga?" Dahi Tisa berkerut.

"Ada orang yang mau aku temuin."

"Oh gitu. Yaudah deh. Oke." Tisa mengedipkan sebelah matanya.

***

Kini mereka sedang dalam perjalanan ke toko bunga. Vila sedari tadi menyisir rambutnya, Tisa sampai bosan melihatnya.

"Pasti kamu mau ketemu sama cogan." Akhirnya Tisa bicara juga.

"Ah.. tidak kok." Vila jadi salah tingkah.

"Ngaku deh! Hahahah.." Tisa terbahak-bahak sampai tatapan penumpang lainnya semua tertuju kepada mereka di dalam metro mini.

Ini membuat Vila segera membekap Tisa agar diam.

Namun tak berapa lama kemudian..

"Cie.." Tisa berbisik dan Vila langsung memalingkan wajahnya karena kini pipinya terasa panas.

"Eh pipi kamu merah kayak tomat la!" Tisa masih terus mengganggu Vila.

"Sa! Malu tahu diliatin orang."

"Yaudah aku diam."

Namun tatapan Tisa masih tidak beralih dari Vila. Ini membuat Vila jadi risih.

"Tisa!"

"Iya iya!" Akhirnya Tisa berhenti juga mengganggu sahabatnya. Walaupun ia masih menampakkan ekspresi yang terlihat aneh.

***

Mereka turun di pemberhentian setelah 10 menit naik metro mini, dan berjalan kaki melewati lorong. Tak lama kemudian mereka menemukan sebuah toko yang bertuliskan Toko Bunga Harapan di atas jalan masuk toko itu.

Vila menarik napas dalam-dalam lalu menyisir rambutnya sekali lagi.

"Ehhehe tuh kan pasti mau ketemu sama cogankan Vil-"

Tisa tak sempat melanjutkan perkataannya ketika Rafa keluar dari dalam toko. Pandangan Rafa dan Tisa bertemu sesaat sampai Rafa melotot.

"Eh.. kamu yang waktu itu nginjak kaki aku ya!" Rafa menunjuk Tisa.

"Eh... sorry kak. Aku waktu itukan cuma bercanda." Tisa hanya nyengir.

"Eh kalian sudah saling kenal?"

"Belum sih. Cuman si abang penjual waktu itu bilang kalo namanya dia Disa-"

"Tisa kak." Tisa langsung menyahut, tidak terima jika ada yang menyebut namanya dengan salah.

"Terserah. Btw kok kamu ngajak dia juga?" Rafa berpaling kepada Vila lagi. Namun kali ini tatapannya berbeda. Jika tadi ia menatap Tisa dengan tatapan tajam, kali ini tatapannya melembut saat berhadapan dengan Vila.

"Soalnya tidak tega kalau sahabat aku beli ice cream sendirian." Vila tersenyum membuat Rafa tersipu, lagi dan lagi!

"Eh, masih lama tidak?" Tisa mulai jenuh. Ia tidak ingin ice cream yang sudah lama ia ingin beli habis. Apalagi sedang ada diskon! Ice cream red velvet holli memang sangat mahal. Satu gelas bisa sampai seratus ribu rupiah.

"Iya bentar sa. Ada yang mau aku omongin sama Vila." Rafa memberi kode ke Tisa agar sedikit menjauh, dan Tisa menanggapinya.

"Jadi?"

"Langsung aja ya. Lima belas tahun yang lalu, aku bertemu dengan seorang gadis di toko bunga ini. Sampai sekarang aku masih mencari gadis itu, dia-"

"Kenapa kamu mencari gadis itu?"

"Karena dia.. cinta pertamaku." Rafa mengucapkannya dengan tatapan yang penuh arti.

"Aku pernah datang ke tempat ini bersama dengan mama waktu usiaku 3 tahun.. aku ingat pernah mengajak seorang anak laki-laki bermain di sini." Vila kemudian berusaha lagi mengingat kejadian di masa lampau itu.

"Aku pernah memberinya ikat rambut berbentuk bintang."

"Inikan?" Tiba-tiba Rafa menunjukkan ikan rambut berbentuk bintang warna hitam.
Vila kaget. Rafa memilikinya. Jadi..

"Sudah kuduga itu kau." Rafa tersenyum, ia meraih pergelangan tangan Vila lalu menyematkan ikat rambut itu di sana.

"Kalian romantis ya, aku kayak lagi nonton drama korea." Tisa berbicara dengan ketus. Ternyata sedari tadi ia masih bisa menguping pembicaraan Vila dan Rafa. Namun mereka berdua hanya menoleh sesaat pada Tisa, lalu melanjutkan lagi adegan romantisnya.

"Rafa...aku.. aku. Speechless."

"Aku sangat bahagia bisa menemukan bidadariku." Mendengar itu, Vila menjadi sangat tersipu.

"Besok aku mau ngajak kamu bertemu dengan mama aku."

"Rafa kamu serius?"

"Iya. Mama aku lagi sakit. Kamu ikut aku jenguk mama ya."

"Iya iya boleh."

"Aku ikut boleh ga?" Tisa menimpali. Rafa melihat mata Tisa yang berbinar. Ia merasa agak bersalah juga bersikap ketus pada gadis itu. Lagipula gadis itu hanya bercanda.

"Ikut ajalah gapapa. Asal jangan rusuh." Rafa akhirnya memberi senyuman yang tulus kepada Tisa.

Ini membuat Tisa terkesiap dalam benaknya..

Barusan Rafa... barusan.. dia.. Rafa.. senyumin aku?


Lihat Aku di SiniTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang