Ospek yang Lucu

5 0 0
                                        


Hari H telah tiba, semua siswa baru berkumpul di aula. Dengan menggunakan baju seragam seperti yang diperintahkan dan tentunya tanpa menggunakan atribut yang menyusahkan. Itulah suruhan panita Komdis. Menurut mereka, Ospek tak perlu membuat siswa baru kesulitan atau kerepotan. Tradisi turun menurun dipegang teguh oleh mereka. Seragam mencerminkan seseorang, mereka disini sebagai seseorang yang akan menuntun ilmu bukan menjadi budak para panitia. Jika menggunakan atribut seperti sekolah lain, memang itu bagus karena membuat seseorang akan menjadi pribadi displin. Tetapi sikap displin harus ditanamkan oleh diri sendiri bukan dari bangunan yang tujuannya mentrasfer ilmu.

"Prilll.." pekik seseorang.

Prilla menoleh dan mendapati sesosok jangkung menggunakan topi baseball dan kacamata berjalan ke arahnya. Ia tertawa melihatnya. Bayangkan saja, bagaiamana bisa laki-laki tampak keren dan tampan itu berubah menjadi laki-laki kutu buku?

Dia mengulum bibirnya, kemudian menyitpitkan matanya. Menandakan ia terkekeh melihat prilla berusaha menahan tawanya. "Aku kira penampilanku terlihat keren."

"Ya, Kau keren sekali dan semakin mirip dengan kakakmu, Daeng Roffi."

"Tentu saja, Dia adiknya. Tetapi dengan menggunakan kacamata itu, kau terlihat seperti buah pinang dibelah dua." Potong pei sambil tertawa terbahak-bahak. Dia datang dari arah lain, dengan membawa 3 kaleng minuman. Disamping kirinya, ada Jasson yang membawa tas pei dan satu buah kaleng minumannya. Tampak terlihat cuek ketika semua orang menatapnya sambil tertawa.

Raffa mengerucutkan bibirnya, tak mengerti kenapa semua orang sering menyamakan dirinya dengan kakaknya yang nakal itu. Sejujurnya, ia tak pernah dekat dengan roffi. Meskipun roffi sering mencoba mengajak berbicara atau bermain basket. Ia tak akan pernah mau menerima ajakan dari kakak kandungnya itu. Roffi terlalu membuat banyak luka kepada orangtua mereka. Menerima roffi kembali dengan tangan terbuka bukan sesuatu yang perlu ia pikirkan. Ada rasa mengganjal saat roffi memanggilnya ketika di kantin saat itu. Raffa tentunya tahu niat roffi memanggilnya saat itu bukan karena ingin memberitahu adanya ospek Ia tahu roffi ingin menunjukan kepada semua orang bahwa ia memiliki adik laki-laki yang hebat, karena adiknya telah masuk menjadi siswa kelas A for Ambitious. Tak seperti roffi, harus turun ke kelas bravely dan memalukkan nama keluarga.

"Raff, ..."

Ia menengok ke arah suara itu. Ketiga temannya tampak menatap raffa khawatir.

Jasson menatap khawatir kepadanya, "Kenapa?"

"Kau terlihat tampan dan keren kok," puji Prilla

"Kau tahu? kau paling tampan di angkatan kita." Pei menambahi.

Raffa menyeringitkan dahinya, tak mengerti arah pembicaraan teman-temannya itu. "Maksudnya?"

Mereka terpikik geli, melihat raffa yang sedang kebingungan.

Jasson berjalan mendekati raffa, bermaksud mau menjelaskan apa yang tadi mereka bicarakan. "Kami dari tadi membicarakanmu, tetapi kau malah berfokus pada hal lain. Ada apa raf?"

Raffa terdiam kemudian terkekeh kecil. Ia tak mungkin berbicara masalah keluarga kepada ketiga bocah itu, lebih baik mengalihkan topik lain dari pada mereka terus menuntut untuk diberitahu. "Aku rasa aku lapar, makanya tidak fokus."

"Ayo kita makan, tetapi pertama-tama kita harus masuk dulu ke aula dan berbaris sebelum ketua siswa melihat kita." Saran prilla.

Mereka berdua tertawa mendengar itu, dan pei yang paling tertawa secara terbahak-bahak. Entah kenapa itu menurutnya adalah hal yang lucu. Kepolosan prilla mengatakan itu membuat mereka tak bisa menahan tawa. Sedangkan prilla hanya menatap jengah mereka, kemudian meninggalkan ketiganya dan masuk ke aula dengan wajah ditekuk.

protoco:Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang