"Prillaa."
Prilla menoleh dan menatap nai dengan tatapan heran, "Kenapa nai?
"Kau dekat dengan Daeng Raffa, bukan?" tanyanya
Prilla menganggukkan kepala, kemudian memfokuskan dirinya kembali kepada soal-soal kimia. Ia berhenti mengerjakan itu ketika Naira menutup buku kimianya. "Apa maumu nona Deshita?"
"Aku mengira nona nasution sudah menyelesaikan tugasnya, tapi ngomong-ngomong bagaimana bisa kau dekat dengan kedua daeng itu?"
Prilla mengangkat alisnya, "Kedua daeng?"
"Daeng Roffi dan Daeng Raffa." tukas Dini secara tiba-tiba. Ia ikut menibrung dalam obrolan tersebut.
"Aku tidak dekat dengan kak roffi. Hanya raffa saja."
"Tapi aku sering melihatmu bersama roffi dan raffa." Potong nai.
Prilla terdiam, ia hanya disuruh raffa untuk menemani dia bertemu dengan roffi. Raffa tak berani sendiri ke kakaknya karena gengsinya yang terlampau tinggi. Jadi apakah semua orang mengira ia dekat dengan roffi? Ia menatap nai lekat-lekat, "Ada urusan apa nai? Kau menyukai kedua daeng itu?"
"Tidak, Aku hanya penasaran. Mereka terlihat tidak akrab."
Prilla mengangguk setuju, "Memang seperti itu hubungan laki-laki. Diluar tampak tak akrab padahal didalamnya saling menguatkan."
"Kau tahu banyak ya." Sindir Rika.
"Kenapa kau tidak belajar pelajaran biologi saja untuk besok daripada ikut menimbrung." Prilla membalas dengan kata-kata pedas dan tajam. Diikuti tatapan remehnya menghujam mata rika
Rika hanya memutar matanya kemudian menenggelamkan pikirannya kembali ke buku biologi itu. Tak berapa lama setelah itu, suara ketukan jendela menganggetkan mereka. Mereka saling menatap satu sama lain kemudian melihat prilla.
"Pangeranmu datang, prill." Ujar aas sambil tetap membaca buku.
Prila hanya terkekeh kecil, ia merasa malu karena sikap samuel yang selalu memukul jendela dengan sebuah batu ketika dia sudah belakang asramanya. Lain kali ia akan memberitahu samuel untuk mengirim pesan saja saat dia berada di belakang asrama. Ia mengambil keperluannya kemudian ia taruh semua ke dalam ransel. Setelah itu, Ia pergi melalui jendela kamar ini. Di sana, sudah ada samuel yang menunggunya. Ia melihat laki-laki sendiri. Kemana kak shidiq dan kak albert?
"Kak Shidiq dan kak albert mana?"
Samuel mengangkat alisnya, "Kenapa menanyakan mereka? Kau menyukai kedua orang itu? Ya sudah, Aku pulang."
Prilla menahan tangan besar itu, "Aku hanya bertanya, Biasanya kakak bersama Kak shidiq dan Kak Albert juga."
"Albert, dia ada pertandingan basket di luar dan Shidiq ada wawancara dengan mentri Pendidikan."
"Kakak tidak menemani kak albert atau kak shidiq?"
Samuel mendengus kesal kemudian berjalan mendahului prilla, "Kau memintaku untuk mengajari pelajaran kimia. Jadi tidak mungkin aku bisa menemani mereka."
"Jadi gara-gara aku?"
"Bukan. Jadi—ah lupakan. Ayo kita harus segera ke perpustakaan sebelum ditutup." Dia menarik tangan prilla dan kemudian berlari ke arah perpus.
Mereka berhenti diperpustakaan. Gedung perpustakaan sudah ditutup. Prilla mendengus kecewa dan duduk di tangga depan gedung itu. Samuel mengikutinya kemudian menatap prilla.
"Kau ingin belajar dimana?"
"Perpustakan ini tapi sudah tutup."
"Ada tempat yang mirip dengan perpustakaan sekolah, Kau ingin ke sana?"