Ulangan Kimia akan dibagikan, semua siswa merasa tegang dan juga khawatir. Ulangan Kimia minggu kemarin sangat lah susah. Guru Kimberly selaku guru kimia kelas 10-3 B sengaja memberikan soal sulit agar siswa-siswa didikannya merasa terbiasa dan tertantang untuk maju. Dia merasa bangga dengan hasil seseorang siswi dari kelas ini. Baru kali ini, ada seseorang yang mencapai nilai sempurna pada minggu pertama ulangan. Biasanya, dari tahun ke tahun tak pernah ada yang menembus nilai sempurna pada pelajarannya. Raffa dari kelas A yang disebut-sebut para guru sang jenius itu bahkan juga tak bisa mendapatkan nilai sempurna. Dia memperhatikan satu persatu wajah siswa-siswa itu. Ada yang merasa tegang, ada yang biasa saja dan ada yang tak peduli.
"Ibu akan sebutkan namanya dan kalian maju mengambil ulangan kalian. Setelah kalian mendapatkan kertas ulangan, ibu akan membaca siswa atau siswi yang mendapatkan skor tertinggi. Mengerti?"
"Mengerti bu,"
"Shireen Lazuardi,"
Shireen berdiri dari tempatnya kemudian melangkah maju, Ia mengambil kertas itu dan menatap was-was. Ia tahu nilainya akan jelek, tapi bisakah sang guru itu berbaik hati memberikan nilai rasa kasihan kepadanya?
Prilla menepuk bahu Shireen, "Bagaimana hasilnya?"
Shireen menggeleng-gelengkan kepala, kemudian memeluk prilla dengan erat-erat. "Aku dapet nilai 2,5"
Semua orang mendengar pembicaraan Shireen dan prilla. Shireen termasuk siswa pintar karena dirinya selalu mendapatkan nilai-nilai tinggi selama ulangan harian. Tetapi setelah mendengar itu, nyali mereka yang tadinya mengebu-ngebu menjadi ciut. Shireen saja tak bisa menembus soal-soal guru Kimberly, bagaimana dengan mereka yang tak terlalu pintar dari Shireen?
Beberapa siswa sudah dipanggil. Ada yang mendesah kecewa, ada yang frustasi, bahkan ada beberapa perempuan yang menangisi nilainya. Sekarang giliran nama prilla yang dipanggil. Ia maju ke depan sambil berdoa di dalam hati. Ketika guru Kimberly memberikan kertas itu, dia sempat tersenyum lebar kepadanya. Entah maksudnya apa, tapi ia tahu nilainya akan lebih baik dari teman-temannya.
"Pril, bagaimana?"
Prilla membuka kertas itu, kemudian menatap Shireen dengan tersenyum lebar, "Aku dapat 100,"
Semua orang melihat ke arah prilla, menatap tak percaya ke arahnya. Prilla anak yang biasa saja bisa menembus soal-soal sulit itu? Suasana kelas menjadi tak kondusif karena semua orang di kelas menghampiri meja Shireen dan prilla. Mereka melihat jawaban prilla dan mencocokkannya dengan jawaban mereka. Guru Kimberly yang melihat itu segera bertindak tegas dengan memukul meja menggunakan penggaris besar.
"Kembali ke tempat duduk kalian masing-masing." guru Kimberly menghentikkan perkatannya.
Dia menatap siswa-siswa kelas 10-3 B, "Saya ingin mengumumkan bahwa saya bangga terhadap kelas kalian. Baru kali ini, Ada yang mendapatkan nilai tertinggi di pelajaran saya. Prilla, Kau hebat nak. Nanti kau ke ruang guru ya setelah pelajaran berakhir. Saya akan memberikanmu hadiah."
Prilla menganggukkan kepala sambil tersenyum lebar. Ia akan ingat untuk mentraktrik Samul karena telah menolongnya mendapatkan nilai sempurna di Ulangan Kimia.
Semua orang bertepuk tangan sambil menatap prilla. Setelah pelajaran kimia, bel pergantian pelajaran berbunyi. Mereka segera ke ruangan music yang berada di lantai 3 karena Guru musik itu tak menyukai keterlambatan di kelasnya. Di Ruangan Musik itu, sudah terdapat Guru Alfie bersama Reno. Mereka bertanya-tanya mengapa Reno sang wakil komisi displin berada disini, jawaban atas pertanyaan mereka terjawab oleh perkataan Guru Alfie.
Guru Alfie menepuk bahu Reno pelan, "Dia yang menjadi instruktur kalian untuk mempelajari Piano. Reno adalah siswa yang selalu mendapatkan nilai tertinggi di pelajaran saya dari kelas 10, Kemampuan bermain pianonya juga tak diragukan lagi. Jadi saya harap kalian mendengarkan Reno dengan seksama-sama bila ia menjelaskan walaupun dia kaka kelas kalian, Mengerti?"