"Bagaimana? Lezat, bukan?"
Mereka menganggukkan kepala secara bersamaan, menyetujui perkataan jasson.
"Bagaimana spaghetti dan kimchinya, Pril?" jasson menatap prilla yang asyik dengan makanannya. ia terkekeh melihat gadis itu makan dengan lahap dan tak memerhatikan lingkungan sekitarnya. Seolah-olah hanya ada dia dan makanannya.
Prilla tersenyum, "Aku akan selesaikan makananku dulu. Setelah itu, aku akan bicara."
Ia masih mengingat perkataan samuel tadi. Tak boleh makan sambil berbicara, bukan?
Jasson menganggukkan kepala, pertanda ia menyetujui hal itu. Tiba-tiba ia mendengar suara piano dan suara orang yang bernyanyi. Ia melihat dan menatap orang itu. Itu adalah reno. Wakil komdis yang terkenal akan sifatnya yang ramah kepada setiap orang. Tak jarang orang memanggilnya dengan sebutan reno si murah senyum. Ia memperhatikan kembali orang itu dan menyadari bila reno tak sendirian. Disana ada terdapat 1 meja yang penuh dengan kumpulan anak osis. Sekitar ada 7 orang. Yang pastinya itu adalah teman-temannya reno. Ia menyeringitkan dahinya, ia kira reno tak tak terlalu dekat dengan samuel dan zidan. Matanya tak mungkin tak benar, bukan? Oh, dia melupakkan jika albert berteman baik dengan samuel.
Raffa menepuk bahu jasson, "Ada apa jas?"
Jasson memusatkan perhatiannya kembali pada makanannya kemudian ia menggelengkan kepalanya, "Tidak ada apa-apa,"
Raffa menyeringitkan dahinya, kemudian melihat ke belakang. Ke arah jasson menoleh tadi dan ia menemukkan orang itu. Siapa lagi kalau bukan kakaknya, roffi. Bukankah ia siswa kelas 12? kenapa bermain dengan siswa kelas 11 ?
Tiba-tiba seseorang datang, membuat beberapa orang menoleh. Seorang gadis berkulit seputih susu membuat beberapa orang yang berada disini menatap ke arahnya. Memandang takjub dan kagum. Seorang gadis keturunan, karena terlihat dari rambutnya yang pirang dan matanya yang berwarna biru. Tingginya juga bisa dibilang di atas rata-rata siswi sekolah ini. Gadis itu menatap sekelilingnya, kemudian pandangannya berhenti ke arah meja samuel. Dia tersenyum sebentar lalu berjalan ke meja tersebut. Raffa terdiam, ketika melihat orang itu tiba-tiba memeluk samuel dari belakang. Samuel juga tidak menolak apalagi memaki gadis itu. Dari rumor yang beredar, ia tahu jika samuel adalah seseorang yang sulit didekati oleh kaum hawa selain sekretaris siswa. Tetapi matanya sekarang membuktikan jika itu tak sesuai dengan rumor yang bereda. Tunggu, Apakah itu kekasihnya dia? Kenapa sekarang ia menjadi mengurusi urusan orang lain? ia memutuskan untuk menghabiskan makanannya daripada memikirkan itu.
"Pril, bukannya kau yang pacarnya kak samuel, ya?" kata pei sambil menatap khawatir.
Ia menakutkan bila prilla sedih walaupun prilla belum menceritakan hubungannya dengan samuel seperti apa tetapi ia yakin jika mereka cukup dekat. Terlihat dari sikap dan sifat samuel kepada prilla. Memperlakukan sahabat karibnya dengan perlakuan istimewa dari siswa-siswa lainnya.
Prilla menggelengkan kepalanya, "Tidak pei, mana mungkin aku berpacaran dengan orang seperti kak samuel."
"Sudah-sudah, Lebih baik kita habiskan makanannya setelah itu kita pergi membeli kebutuhan untuk sekolah besok." Ujar jasson secara tiba-tiba.
Mereka menghentikkan kegiatan makan mereka kemudian memandang jasson. "Kau belum membeli apapun untuk besok?" tanya mereka kompak.
Jasson menggaruk kepalanya kemudian terkekeh kecil, "Aku tidak mempunyai waktu untuk membeli itu. Seharusnya kalian memakluminya."
Mereka menggeleng-gelengkan kepala, kemudian segera menghabiskan makanannya tanpa berbicara lagi.
--