Naruto dan seluruh castnya hanya milik Masashi Kishimoto
.
.
.Sakura menggigit ujung kukunya dengan gemas, hal lumrah yang biasa ia lakukan saat sedang gugup, hari ini adalah hari penting baginya.
Namun rasanya hambar saat satu sahabatnya tidak datang ke turnamen yang biasa ia ikuti, dibangku penonton Hinata, Ini dan Tenten melempar senyum seolah mengatakan semangat Sakura-chan secara tidak langsung.
Sakura menggerakkan bibirnya bertanya dimana Naruto, namun dibalas dengan gelengan kepala dari ketiganya.
Helaan nafas lelah terdengar membuat peserta disamping kirinya menoleh, gadis pinky itu bahkan sempat terkejut saat ada yang menepuk pundaknya.
"Daijobo, ne Sakura-chan?"
Sakura menganggukkan kepalanya tidak yakin, ada perasaan gelisah sekaligus takut direlung hatinya, entah kemana sahabat pirangnya itu sekarang, satu minggu bukanlah waktu yang dekat untuk seseorang tidak mengabarimu, ingat itu.
.
Sorak sorai menggema menjadi satu saat tendangan telak dari gadis bermarga Haruno itu mengenai tepat disisi kaki sebelah kanan lawannya yang secara otomatis menjadikannya sebagai pemenang dalam turnamen kali ini.
Tidak ada perasaan senang seperti yang ia rasakan sebelum-sebelumnya, rasanya kemenangannya kali ini terasa semu, hambar. Sakura menyisir pandangannya mengelilingi arena pertandingan. Nihil, sosok yang ditunggunya sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya walau hanya satu centipun.
…
Sasuke menatap malas kearah jalan Raya didepannya, siang ini ibunya 'meminta' nya untuk menjenguk Ruko sekaligus Nii-san nya. Seminggu ini hidup pemuda raven itu berubah 180°, semua kacau dalam waktu satu minggu.
Kekasihnya, oke koreksi manta kekasih lebih tepatnya pergi tanpa kabar dan hal itu sukses membuatnya frustasi.
Sasuke memarkirkan mobil sportnya diparkiran, remaja itu menghela nafas, dalam hati dia berkata hal yang sama ini demi Itachi-nii.
Lima menit kemudian pemuda berambut emo itu sampai didepan ruang rawat Nii-san nya, Sasuke memegang ganggang pintu memutarnya pelan takut nii-chan itu merasa terganggu.
Sasuke menempatkan dirinya dikursi dekat ranjang nii-san nya.
"Nii-san, bantu aku. Aku sangat mencintai Naru tapi tidak dengan Ruko. Tidak sampai kapanpun aku tidak akan pernah merasakan perasaan suka yag ada selama ini
…Konan menutup pintu dibelakangnya, perasaannya campur aduk saat ini. 'Adik' nya sakit dan harus melakukan perawatan. Parahnya wanita berambut biru itu bingung harus melakukan apa.
Jujur Naruto sudah ia anggap sebagai adiknya, ia rela mengeluarkan berapa puluh bahkan ratus juta yen jika hal itu bisa ia lakukan untuk menyelamatkan nyawa adiknya itu.
Tapi masalahnya bukan pada biaya dan segala tetek bengeknya. Hal ini lebih rumit saat harus mencari sumsum tulang belakang yang cocok dengan adik kecilnya itu.
Selama adiknya itu bekerja padanya ia sama sekali tidak tahu marga adiknya itu. Tidak, gadis pirang itu sama sekali tidak mau menyebutkan marga didepan namanya.
Konan berjalan dengan lunglai keruang Melati bernomor 478A itu, perasaan senang hinggap dihatinya saat melihat adik kecilnya sudah bangun.
Konan berlari memeluk tubuh adiknya yang saat ini dalam posisi berdiri dengan tangan kanannya akan membuka tirai pemisah dengan teman kamar sebelahnya.
"Syukurlah kamu tidak apa-apa bocah, dokter itu pasti salah", racaunya
Sementara sosok pirang dalam pelukannya hanya mengernyitkan dahinya heran.
.
Pintu ruang vip itu terbuka menampakkan sepasang pasangan suami istri Namikaze.
Kushina langsung menerjang putrinya, mencoba memisahkan seorang wanita yang dengan beraninya memeluk tubuh Putri kesayangannya.
"Ruko sayang kamu tidak apa-apa, tidak ada yang sakitkan?"
Wanita berambut maron itu terus menanyakan hal yang sama, mengabaikan seorang wanita lainnya yang menatapnya heran.
Minato tersenyum lega saat Putri kebanggaannya tidak mengalami hal yang gawat. Netra safirnya menatap angkuh pada wanita yang lancang memeluk Putri nya.
"Siapa kau!"
Pertanyaan itu menyadarkan Konan dari lamunannya. Wanita itu mengerjapkan kedua matanya.
"Maaf tuan Namikaze, seharusnya saya yang bertanya kenapa anda memeluk adik saya"
"Adik! Siapa yang kau panggil adik!"
Konan mengerutkan dahinya, semakin heran dengan situasi yang dihadapinya saat ini. Wanita itu mengurut ujung pelipisnya yang sedikit berdenyut.
"Maaf sebelumnya Namikaze-san tapi gadis itu adalah adik say-"
Brak,,
.
Keempat orang dalam ruangan itu terperanjat kaget saat segerombolan dokter datang dengan tergesa bahkan ada yang tanpa sengaja menabrak tubuh Minato yang posisinya dekat dengan pintu masuk, membuat pria bermarga Namikaze itu mendengus kasar.
Naruko memegang erat dada kirinya yang kembali berdenyut, erangan kesakitan terdengar membuat pasangan Namikaze itu kalang kabut.
Beberapa orang dokter kembali masuk kedalam ruang vip itu, tirai yang awalnya menjadi pemisah kini terbuka menampakkan dua gadis dengan rupa yang sama namun dengan keadaan yang berbeda.
"Naruto!/Naruko!"
.
.
.
.
.
Tbc*Nyengir
Hy minna hm,, cerita ini kiko perkirakan akan tamat dalam beberapa chapter lagi, hehe
Maafkan atas alur cerita yang monoton sedih, karena kiko tidak pandai dalam hal membuat cerita happy dan sebagainya.Diotak kiko idenya muncul yang sedih terus,
Tapi kiko ucapin makasih banget untul kalian yang masih senantiasa nunggu dan baca cerita abal kiko, 😄
Kiko harap chapter ini tidak mengecewakan,, hehe
Salam Akiko, 😄
Bogor, 23.04
4/2/18
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection (FFN Version)
FanficKata orang saudara kembar itu akan mengerti satu sama lain, ketika yang satu sakit maka yang satu juga akan merasa sakit. tapi bagi seorang Namikaze Naruto, saudara kembar hanya seperti cermin. Dimana kakaknya yang bercermin dan dia yang menjadi b...