Tak Ada Bedanya

7.2K 543 20
                                    

Naruto dan seluruh cast nya hanya milik Masashi Kishimoto.

.
.
.
.

"Dasar anak tidak sopan, siapa sih orangtuanya padahal dia seorang gadis tapi kelakuannya, ck ck ck"

Suara sindiran itu sudah biasa ia makan disaat seperti sekarang ini, saat kedua orangtua nya mengadakan pesta besar hanya untuk prestasi yang diraih kakaknya entah yang keberapa kalinya.

Malam ini dirinya pulang agak larut karena harus bekerja paruh waktu disebuah cafe didekat sekolahnya, kalian heran mengapa seorang anak dari kalangan atas masih harus bekerja bukan? Alasannya, dia sama sekali tak membutuhkan uang mereka, dirinya sudah berlimpah Harta memang dari kedua orangtuanya tapi dia tidak hanya butuh uang mereka, dirinya juga butuh Kasih sayang bukan hanya kakaknya, kakak yang hanya menjadi anak emas sementara dia hanya sebuah bayangan dibalik sosok sempurna itu.

.

Naruto menghempaskan tubuhnya pada kasur queen size nya, pakaian sekolah khas musim panas masih melekat ditubuh rampingnya yang saat ini mulai mengurus entah karena apa.

Kantung mata hitam serta pipi yang menirus seakan memperjelas keadaan tubuhnya yang tidak dalam keadaan baik-baik saja. Hembusan nafas lelah susah terhembus ratusan bahkan ribuan kali dari bibir gadis itu.

Naruto bangun dari posisi berbaringnya saat netranya melihat figura foto diatas meja belajarnya, mengambil figura foto itu dengan senyum tipis yang tersieat akan luka.

Diusapnya bingkai figura itu, figura yang berisi sebuah foto keluarga dengan empat anggota keluarga, foto keluarganya saat ia masih berusia delapan tahun waktu itu. Foto terakhir yang berisi kehangatan keluarga didalamnya.

Senyum kecut kembali hadir dibibir pucatnya saat kesadaran kembali menghantamnya, keluarganya jauh lebih menyayangi nee-chan nya dari pada dirinya yang tak berguna.

Naruto bangun dengan kepala yang berputar juga dengan wajah yang semakin pucat pasi pagi itu, semalam dirinya jatuh tertidur setelah puas menangis, menangisi hidup dan takdir tak beruntungnya.

Naruto menggelengkan kepalanya berusaha menghilangkan rasa sakit yang semakin menjadi, hampir saja gadis itu jatuh jika saja tidak ada meja didepannya. Naruto berjalan tertatih kerah kamar mandi, pusing dikepalanya bukan masalah besar baginya, saat ini yang terpenting sarapan bersama keluarga-nya, sekolah, kerja part time dan pulang, sudah itu saja.

Lima belas menit kemudian Naruto keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih hidup meski tak menampik wajah yang sudah seperti mayat hidup, Naruto melihat pantulan dirinya dikaca full body di sudut kamarnya decakan sebal terlontar saat melihat penampilannya yang aneh.

"Aku harus ke dokter!," putusnya kemudian.

Kelas berjalan seperti biasa hari itu, masih dipenuhi dengan celoteh dan sanjungan untuk kakaknya yang saat ini tengah berkunjung kesekolahnya.

Naruto menelungkupkan wajahnya diantara kedua tangannya diatas meja, pusing yang mendera kepalanya membuatnya sama sekali tidak bisa berkonsentrasi sejak pagi.

Brak,,

Naruto mengangkat sedikit kepalanya lalu menelungkupkannya kembali saat tahu siapa yang sengaja menendang mejanya, hal itu sudah terbiasa, batinnya.

.

Naruko hanya menatap datar adiknya saat sekumpulan gadis remaja sepertinya sengaja menggangu adik semata wayangnya itu, dalam hati terkadang Naruko merasa kasihan pada adiknyanya namun disisi lain dirinya tak boleh terlalu bersimpati pada kembarannya itu.

Entah mengapa sejak ia berusia dua belas tahun keluarganya mulai membatasi ruang gerak dan waktu bermainnya dengan sang adik, dimulai dari mulainya ia menjalani serangkaian les dan les baik akademik maupun non akademik.

Terkadang ia iri dengan adiknya yang bisa bebas berkeliaran tanpa kekangan, itu yang ia tahu.

Bel pulang sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, hampir seluruh penghuni kelas sudah kosong tapi tidak dengan kelas 12A3, Naruto masih diam ditempat duduknya sejak tadi rasa pusing mengharuskannya untuk diam barang sejenak disana.

Tingg ,,,

Sebuah notif muncul dilayar ponselnya membuat Naruto mendecakkan lidahnya kesal.

Uchiha Sasuke, si pangeran sekolah sekaligus kekasihnya mulai membrondonginya dengan deretan kata-kata yang sama, dimana dia sekarang.

Gadis blonde itu kembali menghela nafas lelah, sejujurnya ia mulai jengah dengan sikap arogansi kekasihnya itu, katakanlah ia plin plan saat ia tahu kekasihnya bermain belakang dengan banyak gadis yang bahkan kebanyakan berasal dari kelas yang sama dengannya.

Naruto mengetik dengan malas layar ponselnya lalu beranjak keluar kelas dengan tas yang tersampir sembarangan dipundak kanannya.

"Didunia ini tidak ada alur seperti dinegeri dongeng tapi kau bisa membuat alur hidupmu jika kau mau merubahnya"

.
.
.
.
.
.
.
Tbc

Hehehehehehe,,,, #garuk kepala
Masih ada yang nungguin cerita Akiko gak, un?
Maafkan untuk cerita Akiko yang ngaret lainnya,,,

Beberapa Bulan ini Akiko sedang disibukkan dengan masalah pekerjaan, un😖
Apalagi menilik waktu yang tersisa untuk Akiko istirahat, 😢😢

Reflection (FFN Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang