Naruto dan seluruh castnya milik Masashi Kishimoto.
.
.
.
.Naruto menatap bingung daerah dimana ia berada sekarang, hal terakhir yang ia ingat ia jatuh pingsan saat tengah mengantarkan minuman untuk meja nomer 14, itu tidak penting.
Yang terpenting sekarang adalah dimana dia berada?
Naruto terus menyisir tempat berpijaknya, berharap akan ada seseorang yang bisa ditemuinya guna menanyakan dimana dia berada sekarang. Nihil, sama sekali tidak ada tanda-tanda orang lain disekitarnya.
Naruto jatuh terduduk, gadis itu memukul kepalanya yang saat ini tengah tidak bisa diajak kompromi.
"Bodoh, bodoh, kamu bodoh Namikaze Naruto,"
.
"Tidak ada Namikaze yang sebodoh dirimu!"
.
"Aku memang bodoh! Kau bodoh Namikaze Naruto! Argh,,,,!"Naruto menutup kedua kelopak matanya, kedua tangannya menekan telinganya yang sedari tadi terus berdengung, penuh dengan kata-kata menusuk yang selalu Tou-sannya katakan. Naruto muak, muak akan hidupnya muak akan takdirnya.
Bolehkah? Bolehkan ia berharap tak ada yang menemukannya disini lalu ia akan mati hingga yang tersisa hanyalah tulang belulangnya saja.
Badannya lelah begitu juga batinnya. Toh, ada atau tidaknya dia, tak ada lagi yang perduli padanya.
Naruto membuka kelopak matanya saat sebuah tangan mungil menyentuh kedua pipinya, Naruto termangu ditempatnya tanpa kata ia menerima uluran tangan mungil itu.
…
Konan menggigit ujung kukunya, wanita berambut biru itu terus diliputi perasaan tidak tenang. Dirinya sudah mulai curiga sejak gadis kecil itu mulai kehilangan senyum secerah mataharinya dan malah memasang senyum yang amat kentara dipaksakan, setidaknya bagi Konan.
Pintu kamar ICU itu terbuka menampilkan seorang dokter wanita dengan ekpresi lelahnya membuat Konan terus diliputi perasaan tidak tenang.
"Dokter bagaimana keadaan bocah kuning itu?", Konan bertanya dengan tidak sabaran saat dokter didepannya menghela nafas lelah.
"Maaf sebelumnya, kalau boleh saya tahu anda siapanya pasien?"
Konan menggigit bibir bawahnya gemas, kenapa dokter selalu bertele-tele saat genting seperti ini. Konan terus menggerutu sampai panggilan dokter di depannya kembali terdengar.
Wanita berambut biru itu menghitung dalam hati sebelum berkata dengan lancar "Aku kakaknya"
Dokter itu kembali menghela nafas, "Bisa ikut keruangan saya, ada hal yang harus saya bicarakan"
Konan mengangguk, lalu mulai berjalan mengikuti dokter didepannya.
…
"Kak Naru ayo kejar aku! Haha,,,!"
Naruto berlari mengejar gadis mungil didepannya, ekpresi senang begitu tergambar diwajahnya.
Hup
Naruto berhasil menangkap gadis mungil didepannya, memeluk gadis itu lalu membawanya berputar-putar hingga gadis itu jatuh dengan gadis kecil yang menindih tubuh kurusnya.
"Hahahah!"
Keduanya tertawa.
"Kakak cantik, bisa ikut aku!"
Naruto bangun dari acara berbaring nya dan mulai melangkah mengikuti jejak kaki mungil didepannya.
Naruto kehilangan kata-katanya saat ia melihat ada danau disisi lain Taman bunga matahari tadi. Danau yang begitu Indah, hingga Naruto lupa bahwa bibirnya terbuka mengundang kekehan kecil gadis disampingnya.
Senyum canggung mendarat dibibir pucatnya, oh ayolah dirinya malu saat ketahuan melakukan hal konyol seperti tadi, ok lupakan.
Malam datang membuat Naruto mendesah kecewa, ia benci gelap, karena itu mengingatkannya pada sakitnya.
Naruto mengedarkan pandangannya saat ia tidak menemukan satu cahayapun, panik menerpa dirinya saat ia tidak merasakan gadis kecil yang bersamanya.
Gadis itu berjalan dengan kedua tangan yang meraba kesegala arah, takut menerpa dirinya.
Oh Kami-sama apa yang harus ia lakukan!
Alunan lagu mulai terdengar seiring munculnya cahaya diatas danau, membuat Naruto menghentikan aksi konyolnya, perasaan takut yang sempat menyergapnya kini dengan cepat terganti dengan perasaan kagum.
"Kakak cantik, sini sini!"
Huh! Entah apa yang merasukinya dari tadi tapi Naruto dengan mudahnya menuruti perkataan gadis kecil itu untuk duduk disampingnya.
"Kakak cantik lihat lilin disana!"
Gadis kecil itu bersua lagi sambil menunjuk kearah barat dimana letak danau indah yang dikelilingi pegunungan hijau tapi agak menakutkan karena terhalang dari sinar matahari. Satu, dua, tiga.. Akh tidak, ada lebih dari dua puluh lilin disana.
Naru mengangguk, gadis kecil itu tertawa senang "Yang disebelah kanan itu adalah harapan orang yang menyayangi kakak dan yang disebelah kiri adalah lilin kakak."
"Kamu tahu gadis kecil, aku sama sekali lagi tidak mengerti apa yang kamu bicarakan, bisakah kamu lebih memperjelasnya"
Gadis kecil itu tersenyum, tapi sedetik kemudian gadis itu berdiri lalu berlari menjauh dari sampingnya.
Naruto mencoba memanggil gadis itu, perasaan takut kembali hadir saat ia merasakan tubuhnya ditarik paksa disusul rasa sakit yang kembali menusuk ketulangnya.
"Gadis kecil tolong aku!"
.
.
.
.
.
TbcSalam Akiko(kiko) 😄
Bogor, 30/01/18, 00.41
KAMU SEDANG MEMBACA
Reflection (FFN Version)
FanfictionKata orang saudara kembar itu akan mengerti satu sama lain, ketika yang satu sakit maka yang satu juga akan merasa sakit. tapi bagi seorang Namikaze Naruto, saudara kembar hanya seperti cermin. Dimana kakaknya yang bercermin dan dia yang menjadi b...