31 (REVISI)

2.4K 300 6
                                    

Joonmyeon dan Irene memang sengaja datang lebih lambat. Sekarang acaranya pun juga sudah berakhir dan tinggal beberapa kerabat dan sahabat Jongin yang belum pulang. Joonmyeon terus berjalan menuju ke arah Asher yang sedang dikelilingi oleh keluarganya dan juga Jongin. Joonmyeon melirik ke arah Irene sebentar, wanita itu masih menunduk. Bahkan rematan di tangannya semakin mengerat.

"Asher-ah.... "

Asher yang tengah sibuk berbincang dengan Jongin dan keluarga lain langsung mengalihkan pandangannya.

"Joon Samcheon!" teriak Asher. 

Asher tersenyum bahagia melihat kedatangan paman Joonmyeon-nya. Anak itu pun lantas memeluk Joonmyeon dengan erat. Joonmyeon pun membalas pelukan Asher tak kalah eratnya. Joonmyeon mengalihkan pandangannya pada Jongin dan pria itu tengah menatapnya tajam dengan kepalan tangannya yang menguat. Joonmyeon sangat tahu jika tindakannya mengajak Irene kesini hanya akan menyulut emosi Jongin. Bukan hanya Jongin melainkan Hyoyeon maupun ibu Jongin juga menunjukkan reaksi yang sama.

"Apa kau mengundang wanita itu?" bisik Hyoyeon pada Jongin. 

Jongin sontak menggelengkan kepalanya. Ia sama sekali tidak pernah mengundang ataupun berniat mengundang Irene. Ini semua pasti memang kesengajaan dari Joonmyeon. Jongin sama sekali tak tahu kenapa sepupunya itu nekat mengajak mantan istrinya itu datang kemari. 

"Maafkan Samcheon ya karena terlambat datang. Selamat ulang tahun Asher-ah. Ini kado untukmu." Joonmyeon mencium pipi Asher sekilas, lalu memberikan kadonya pada anak itu.

"Terima kasih Samcheon."

Asher melihat ke seorang wanita di belakang Joonmyeon. Ia seperti pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajah Asher berubah berbinar seperti mengingat sesuatu.

"Imo yang membelikan aku es krim waktu itu 'kan?"

Irene tertegun mendengar penuturan Asher. Rupanya Asher masih mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu. Irene hanya tersenyum kikuk, lalu menyamakan tingginya dengan Asher.

"Ini kado untukmu."

"Wah terima kasih Imo."

Irene tak bisa mengalihkan tatapannya dari Asher. Dia mengelus pipi putranya itu dengan perlahan. Perasaannya kini tak bisa digambarkan, bahagia sekali dapat melihat putranya tumbuh dengan baik. 

"Boleh Imo memelukmu?"

"Tentu Imo."

Irene memilih tak memedulikan sekitarnya, biarlah Jongin akan marah atau apapun padanya karena yang ingin Irene lakukan hanyalah memeluk putranya itu. Irene memejamkan matanya sembari terus mengelusi punggung Asher pelan. Perasaan haru tak dapat ia bendung rasanya. Bahkan kini matanya sudah mengeluarkan air mata. Ingin rasanya ia dapat memeluk putranya ini lebih lama dan untuk waktu yang lama.

"Asher-ah."

Irene tersentak saat pelukannya pada Asher terlepas. Ia melihat Jongin sudah berdiri di depannya dengan menggandeng Asher untuk menjauh darinya.

"Sekarang Asher bersama Imo cantik dulu ya."

Asher mengernyit. "Kenapa memangnya Appa?"

"Tidak ada apa-apa, sudah ya sekarang Asher ikut Imo cantik dulu."

Ingin rasanya Soojung bertanya ada apa sebenarnya. Tapi ini sepertinya bukan waktu yang tepat untuk itu karena dari tatapannya, Jongin terlihat tengah diliputi amarah.

"Kumohon bawa Asher pergi dari rumah ini untuk sementara waktu," bisik Jongin.

Soojung mengernyit. "Tapi kenapa?"

Beautiful Widow [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang