4 (REVISI)

3.8K 463 4
                                    

Soojung mengalihkan perhatiannya pada Mina yang baru saja memasuki ruangannya.

"Ada apa?"

"Ada seseorang yang menunggu anda diluar, Nona," ujar Mina.

Soojung melirik jam tangan di lengan kirinya. "Jongin," batin Soojung.

"Baiklah, aku akan segera menemuinya." ujar Soojung. Mina pun hanya mengangguk, lalu meninggalkan ruangan Soojung.

Soojung menutup sketchbook-nya, ia mengambil sebuah cermin dari lacinya. Ia mengamati penampilannya yang ternyata sedikit berantakan apalagi bibirnya yang mengering.

"Mungkin sedikit lipbalm lebih baik." Soojung mengoleskan lipbalm pada bibirnya. Ia menggesekkan bibir atas dan bawahnya sambil menggeserkannya ke kanan dan ke kiri.

"Begini lebih baik."

Kemudian Soojung sedikit merapihkan anak rambutnya.

"Oke mari kita berangkat." Soojung menjinjing tasnya lalu berjalan keluar.

Soojung melihat Jongin yang bersender di samping mobilnya, tangannya bersedekap, lengan kemejanya dilipat hingga siku. Astaga hampir saja Soojung meneteskan air liurnya. Jongin terlihat begitu tampan, batinnya berkata.

Soojung tersenyum kecil lalu menghampiri Jongin, sepertinya Jongin tak menyadari kedatangannya ia terlihat sibuk bermain dengan ponsel pintarnya.

"Sudah menunggu lama Tuan Kim?"

Jongin sedikit berjingkat karena mendengar suara Soojung. Ia pun segera mengembalikan kesadarannya. Jongin menatap Soojung sembari tersenyum, "Menunggumu seribu tahun pun aku sanggup," rayu Jongin.

Soojung terkekeh mendengar rayuan Jongin yang terkesan receh.

"Kau sudah siap?" tanya Jongin.

Soojung mengangguk.

Jongin membukakan pintu untuk Soojung, lalu disusul Jongin yang masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudinya. Dalam perjalanan menuju restoran sushi yang mereka tuju, keduanya sudah terlihat akrab dengan obrolan yang cukup asyik di antara mereka. Saking asyiknya, hingga tanpa disadari keduanya pun telah sampai di restoran sushi yang dimaksud.

Salah satu pelayan mendatangi keduanya. "Selamat siang, mau pesan apa?" ucap pelayan itu.

Soojung dan Jongin membolak-balikan buku menu, Soojung menunjuk gambar pada buku menu itu "Aku pesan ini, untuk minumannya aku pesan yang ini saja."

"Kau mau pesan apa Jongin-ssi?" tanya Soojung.

"Samakan saja denganmu," jawab Jongin.

"Baiklah, pesan itu tadi dua." pelayan itu mengangguk.

"Apa ada tambahan lagi Tuan, Nona?" tanya pelayan.

Soojung menggeleng.

"Baiklah tunggu sebentar Tuan dan Nona."

Pelayan itu pun pergi meninggalkan meja Soojung dan Jongin.

"Oh ya omong-omong terima kasih atas bungamu tadi pagi," ujar Soojung membuk pembicaraan.

"Kau suka?" tanya Jongin dan dibalas anggukan oleh Soojung.

"Baguslah kalau begitu, aku akan memberimu bunga tiap pagi," celetuk Jongin kemudian.

"Tidak usah setiap hari juga, itu terlalu berlebihan."

"Setidaknya dengan bunga itu kau akan mengingatku terus."

Soojung hanya terkekeh kecil mendengar ucapan Jongin.

"Kenapa aku harus mengingatmu?"

"Ya, setidaknya pikiranmu biar tidak kosong."

Kali ini tawa Soojung menguar. Soojung rasa Jongin ini tipekal pria yang sangat percaya diri.

"Kau cantik."

Tawa Soojung terhenti. "Apa?"

"Kau cantik apabila tertawa seperti itu."

"Ada-ada saja."

Soojung sedikit menunduk, ia merasa bahwa pipinya mulai memerah sekarang.

"Bagaimana harimu?" tanya Jongin.

"Tidak cukup baik," jawab Soojung.

Jongin menautkan kedua alisnya, "Kenapa?" tanyanya.

"Hari ini aku bekerja sendirian karena temanku izin."

"Begitukah? bukankah kau punya banyak pegawai jadi kau tidak sendirian," ujar Jongin.

"Itu berbeda, temanku ini salah satu desainer di butikku jadi tugasnya cukup banyak. Padahal bulan ini pesanan juga sedang banyak-banyaknya," celoteh Soojung, tanpa disadari Soojung, ia telah ikut membagikan keluh kesahnya pada Jongin. Jongin-pun hanya diam ia ingin menjadi pendengar yang baik untuk Soojung.

"Memangnya dia izin berapa hari?" tanya Jongin.

"Satu hari."

Mendengar jawaban Soojung membuat Jongin tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Soojung.

"Tidak, kau lucu Soojung-ssi. Padahal temanmu hanya izin satu hari tapi kau sudah sangat pusing seperti ini."

"Aku termasuk orang yang cukup disiplin. Jadi aku akan memotong gajinya," ucap Soojung.

"Astaga kau bos yang perhitungan juga."

"Meskipun dia sahabatku, tapi masalah gaji pergajian aku tidak ingin ada gaji sahabat."

Jongin tertawa kecil. "Kau tau rupanya kau dan aku ini memiliki kesamaan."

"Apa?"

"Perhitungan dalam masalah gaji."

Keduanya pun tertawa.

"Memangnya sahabatmu itu izin karena apa? Setidaknya kau harus tahu dulu apa alasan dia izin sebelum kau memotong gajinya."

"Dari alasannya saja aku sudah yakin akan tetap memotong gajinya. Dia izin karena bertemu dengan pacarnya." jawab Soojung.

"Astaga, kalau itu sahabatmu memang benar-benar." ucap Jongin masih dengan kekehan kecilnya. Soojung pun juga turut terkekeh.

Siang itu keduanya saling bertukar cerita, sesekali keduanya tertawa bersama. Mereka pun terlihat seperti sepasang kekasih yang tengah asyik berceloteh tanpa tahu bahwa sebenarnya mereka hanya dua orang asing yang tiba-tiba dipertemukan yang sekarang tengah berbagi cerita.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

To be continued....

With Love

missookaa😙

Beautiful Widow [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang