35 (REVISI)

2.9K 322 17
                                    

Masih seperti hari sebelumnya, hingga kini Asher belum mau berbicara dengan Jongin. Ketika Jongin pulang bekerja tadi, Asher yang awalnya tengah menonton televisi langsung pergi saat melihat kehadiran ayahnya. Anak itu benar-benar sangat niat menghindari Jongin.

Jongin mengusak rambutnya frustasi. Ia kembali menuangkan air putih ke dalam gelas dan menenggaknya langsung hingga tandas tak bersisa. Ia bergeming sejenak. Hari-hari belakangan ini ia tengah disibukkan dengan pekerjaannya, sehingga fokusnya pun terbagi-bagi. Ia masih belum menemukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya pada Asher. Namun, ia kembali teringat akan perkataan Soojung. Jika ia menunggu siap ia tidak akan pernah siap.

'Sret'

Perhatian Jongin langsung teralihkan pada Hyoyeon yang baru saja menggeser kursi di depannya. Kemudian gelas dan botol di genggamannya direbut begitu saja oleh Hyoyeon. Wanita itu menuang air ke dalam gelas, lalu meminumnya.

Setelah itu tidak ada yang bersuara. Namun, Jongin punya firasat kalau Hyoyeon akan mengeluarkan banyak petuah habis ini.

"Mau sampai kapan kau tidak bicara dengan anakmu hah?"

Jongin hanya mendengus, ia tidak berniat menjawab. Ia memilih membiarkan Hyoyeon melanjutkan ucapannya.

"Ck, hei kau tidak bisa begini terus Jongin-ah anakmu itu butuh penjelasan, jika kau hanya diam kesalahpahaman akan semakin memburuk. Kau tahu itu?"

"Menurutmu apa yang harus kulakukan?" Tanya Jongin frustasi.

"Menjelaskan yang sebenar-benarnya."

"Dengan cara?"

Hyoyeon terpekur sejenak. "Ya ... dengan kau bicara dengan Asher, mau bagaimana lagi?"

"Kalau begitu aku akan mempertemukan Asher dan Irene."

"Apa?!!"

Jongin sedikit tersentak mendengar teriakan Hyoyeon. Wanita itu terlihat begitu terkejut dan raut wajahnya menandakan ketidaksetujuan.

"Aku tidak setuju!"

Jongin menghela napas pelan. "Bukannya kau bilang aku harus menjelaskan yang sebenar-benarnya pada Asher?"

"Iya, tapi kan tidak harus mempertemukan mereka. Maksudku kau hanya perlu menjelaskannya baik-baik pada anakmu bukan berarti kau harus mempertemukannya dengan Irene."

Jongin bergeming di tempatnya.

"Memangnya kau sudah siap bertemu lagi dengan Irene? Kau siap mempertemukan anakmu dengan ibu tak tahu diri itu."

"Irene tetap ibunya Noona."

"Iya, tapi dia ibu yang buruk."

Jongin menunduk sembari menarik napasnya dalam-dalam. Perkataan Hyoyeon tidak ada salahnya, tapi menurut Jongin itu sangat keterlaluan. Namun, ia tak bisa menampik bahwa itu memang kebenarannya.

"Terserah kau sajalah, ini urusanmu. Aku tidak mau terlalu ikut campur dalam urusanmu dengan Irene lagi. Sudah muak aku dengan wanita itu."

Hyoyeon meletakkan gelasnya ke meja cukup keras hingga menimbulkan bunyi ketukan yang keras. Lalu ia pergi meninggalkan Jongin yang masih terpaku di tempatnya.

Tak berselang lama dari kepergian Hyoyeon, kursi yang ditempati oleh wanita itu tadi kini terisi kembali. Kali ini bukan lagi Hyoyeon yang menempati, melainkan ibu Jongin. Nyonya Kim menatap putranya itu dalam diam. Tatapannya itu menyiratkan bagaimana tatapan kasih sayang untuk sang anak. Ingatannya kembali memutar ke belakang, mengingat bagaimana perjalanan serta prosesnya membesarkan kedua anaknya hingga saat ini. Banyak yang sudah dilewati. Sebagai seorang ibu tidak pernah ada doa jelek yang ditujukan untuk anak-anaknya. Begitu pula dengan Nyonya Kim, ia selalu berharap bahwa putra dan putrinya bahagia menjalani kehidupannya. Nyonya Kim selalu berharap Jongin dan Hyoyeon akan menemui kebahagiannya.

Beautiful Widow [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang