Sudah hampir menginjak minggu ketiga Saghara meninggalkannya ke Jakarta, meraih mimpi yang sudah didepan mata. Namun tak bisa dipungkiri, ada yang hilang dari diri gadis bertubuh mungil itu. Jarak memang jahat, ia menciptakan rindu yang terus bertambah disetiap harinya tanpa pernah memberi tahu bagaimana cara untuk menguranginya.
Hubungan jarak jauh yang saat ini ia tempuh dengan Saghara sejauh ini masih belum bertemu dengan konflik. Namun sejak kemarin cowok itu belum memberinya kabar sama sekali.
“Lo kenapa sih, dari tadi muka ditekuk mulu, lagian kan Ujian Nasional udah lewat Ren!”
“Nggak ada hubungannya anjir!”
Adel nyengir. “Iya-iya, bercanda gue!”
“Lagian lo kenapa sih?”
Mauren merengut kesal. “Bete gue sama Saghara, ngilang dari kemarin dia!”
“Hmm, sudah kuduga!”
“Lo udah coba buat hubungin dia duluan?” Tanya Adel.
“Udah, tapi ya gitu cuma dianggurin doang, padahal online loh dia!”
Jujur, Mauren bukanlah cewek yang selalu menuntut pacarnya itu untuk selalu menghubungi dia setiap jam, menit, atau bahkan detik. Tapi mbok ya setidaknya kasih kabar lah meskipun cuma satu kali dalam sehari, itu sudah lebih dari cukup.
“Gini aja deh, daripada lo galau mulu, mending gue traktir lo dikantin, mumpung belum resmi lulus kita, gimana?” Tawar Adel.
Mauren tersenyum lebar. “Lo emang paling pengertian deh, tau aja gue lagi pengen gratisan!”
Adel memutar bola matanya malas. “Kalau ada baiknya aja baru deh gue dipuji-puji, kalau enggak mah boro-boro!”
Mauren tertawa. “Aku lo gak ngurus!” «aku loh nggak peduli»
•••
Jakarta siang ini cukup terik, sang surya tidak malu-malu menunjukkan sinar terangnya. Hari ini adalah hari terakhir mereka melakukan seleksi tahap akhir, latihan hari ini baru selesai lima menit yang lalu, puluhan pemuda pejuang lambang Garuda didada itu kini tengah beristirahat dipinggir lapangan sebelum akhirnya kembali ke hotel. Besok coach Indra akan mengumumkan siapa saja yang akan dipulangkan dan siapa saja yang akan bertahan.
Gelak tawa yang tercipta membuat suasana semakin terlihat harmonis, tak perlu waktu yang lama bagi mereka untuk bisa beradaptasi satu sama lain.
“Gimana Jo jadinya ini?” Bisik Saghara pada cowok disampingnya.
Cowok yang dipanggil ‘Jo’ tadi mengernyit tak mengerti. “Apaan?”
“Yang kemarin gue bilang!”
“Bisik-bisik apaan sih kalian?” Tanya Egy atau yang terkenal dengan sebutan Bule Medan, karena wajahnya yang kebulean, padahal aslinya mah produk asli Medan lur.
“Iya ih, Saghara sama Ajo bisik-bisik mulu dari tadi gue perhatiin!” Sahut Abi, pelaku korupsi umur! Gimana enggak, wajah bayi banget padahal umurnya sudah uzur. Eh.
“Iya Bi, mentang-mentang kita nggak sekamar, jadi cuma Ajo aja yang dikasih tau!" Kali ini Samuel Christianson, pemilik senyum semanis kecap bango, tapi sayang jarang dilihatin.
“Gue sama Rian yang sekamar aja nggak dikasih tahu Sam, Bi!” Jawab Feby, cowok jakung dengan muka yang bisa dibilang flat, datar banget kayak nggak punya beban hidup. Makanya banyak yang mikir kalau dia dingin, padahal mah emang faktor muka doang, sama rada pelit senyum kayak Samuel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Famous Boyfriend [Hanis Saghara]✓
Fanfic#garudaseries1 [SELESAI REVISI] "Aku akan terus mencintai dan menjaga hati ini untuk kamu, percayalah aku disana bukan untuk senang senang, aku disana untuk indonesia, untuk orang tua, untuk keluarga, dan pastinya untuk kamu, tunggu aku pulang" ucap...