Ternyata kau memang sama seperti senja, hadir hanya untuk menyapa, bukan untuk tinggal selamanya.
—Maurena Citra—
•••
“Aku pengen kita putus!”
Sakit.
Hancur.
Patah.
Tapi tak berdarah.
Itulah yang sedang dirasakan Saghara setelah mengucapkan kalimat yang menjadi akhir dari kisah yang dia pertahankan selama ini.
Mauren memutar tubuhnya menghadap Saghara. Menatap bola mata hitam kecoklatan milik Saghara lekat-lekat.
Tiba-tiba tawanya pecah. “Kamu tuh apaan sih, bercanda terus deh!”
“Aku nggak bercanda”
“Ga, ulang tahun aku itu udah lewat, anniversary kita juga udah lewat, kenapa kamu kasih aku prank kaya gini?” Ucap Mauren.
Saghara merengkuh tubuh mungil itu, menghirup aroma mint dari rambut hitam tebal yang bisa menjadi candu untuknya. “Aku nggak bercanda, aku serius!”
“Aku pengen kita putus!” Ucap Saghara setengah berbisik.
Mauren menggeleng pelan dalam pelukan Saghara, tangannya memukul kecil dada bidang Saghara. Hatinya sakit, perasaannya hancur, dia terisak dalam pelukan Saghara.
Gadis itu perlahan melepaskan pelukan Saghara, menghapus air matanya yang tetap mengalir deras. “Kenapa harus sekarang? Kenapa harus ditempat seindah ini? Kenapa harus senja yang menjadi saksi kalau kamu akan melepaskan aku?”
“Salah aku apa Ga, sampai kamu milih untuk mutusin aku ditempat dan suasana yang paling aku suka? Dalam suasana yang aku harap kita akan kembali baik-baik saja seperti dulu?” Sambung Mauren, dalam keadaan terisak.
Tubuhnya ambruk, dia terduduk di pasir pantai, telapak tangannya menutup wajahnya sembari terus terisak. Saghara menghampiri Mauren, menyetarakan posisi tubuhnya dengan gadis itu.
Saghara kembali membawa Mauren kedalam pelukannya sejenak, lalu membantu Mauren untuk berdiri. “Bangun Rin, aku akan jelasin semuanya!”
Saat ini, Mauren dan Saghara telah duduk di bebatuan yang berukuran cukup besar, yang berada ditepi pantai.
“Aku minta maaf buat semuanya,” Ucap Saghara, membuka suara.
“Aku gak butuh permintaan maaf kamu, aku cuma butuh penjelasan kamu!” Ucap Mauren sarkas.
Saghara terdiam, matanya menatap ombak laut yang menyapu pasir pantai. Ia kemudian menghela napas panjang. Cowok itu menceritakan semuanya, tanpa kebohongan sedikitpun. Ia menceritakan tentang keinginannya untuk berhijrah dan menjadi muslim yang lebih baik
Mauren tertegun mendengar penjelasan Saghara. Meski hatinya sakit, namun ia tidak bisa egois, Saghara melepaskan dia bukan karena perempuan lain, tapi karena Dzat yang telah menciptakan alam semesta dan seisinya.
Saghara menghela napas pelan setelah menjelaskan semuanya. “Aku harap kamu ngerti Rin!”
Allahuakbar ... Allahuakbar ...
Allahuakbar ... Allahuakbar ...
Lantunan adzan Maghrib yang merdu membuat Mauren bangun dari tempat duduknya.
“Udah adzan, aku mau ganti celana dulu, habis itu kita sholat di Mushola sini!” Ucap Mauren, kemudian beranjak pergi meninggalkan Saghara.
“Nanti sholatnya dijamak takhir aja ya sama isya' , aku masih punya satu tempat lagi buat kita kunjungi!” Ucap Saghara.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Famous Boyfriend [Hanis Saghara]✓
أدب الهواة#garudaseries1 [SELESAI REVISI] "Aku akan terus mencintai dan menjaga hati ini untuk kamu, percayalah aku disana bukan untuk senang senang, aku disana untuk indonesia, untuk orang tua, untuk keluarga, dan pastinya untuk kamu, tunggu aku pulang" ucap...