[10. Sabotase]

1.4K 311 11
                                    


“Dia tidak ingin keadilan, dia ingin sesuatu yang setimpal, itu lebih nikmat”
 
 

Jessica terdiam di depan kaca dua arah dalam ruangan interogasi polisi, ia memegangi kepalanya, entah karena pusing atau ia masih harus mencerna semuanya dengan baik, dan menerima bahwa sahabatnya sendiri lah yang menjadi pelaku tabrak lari yang membuat adik laki-lakinya harus mati terbakar dalam kecelakaan mobil.

"Aku tidak akan menuntut mereka"  Jessica akhirnya menyahut setelah beberapa menit. ‘Mereka’ yang dimaksudnya adalah Razak dan Alexa.

"Tu-tunggu? Jadi kamu ingin mereka bebas?"

"Apa kamu tidak kasihan pada adikmu?"

"Toh, memangnya berapa lama mereka akan di penjara? 10 tahu? 5 tahun? Atau hanya membayar denda?" Sinis Jessica.

"Kamu meremehkan kepolisian?!" Ucap pria paruh baya yang di panggil kapten itu, mulai tersinggung. Toh memang begitu cara kerjanya sekarang, asal ada uang, pelaku bisa jadi korban.

"Tidak, aku cuma nggak mau menuntut mereka" lanjut Jessica memperjelas kemauannya.

"Kalo gituh saya permisi pak" Jessica berjalan keluar dengan wajah yang berubah datar. Tak bisa di tebak apa yang ia pikirkan, mengapa ia susah payah melaporkan Alexa dan Razak jika ujung-ujungnya ia akan membatalkan tuduhannya. Apa yang ia rencanakan?

Di sisi lain ruangan itu, Alexa dan Razak legah ketika tahu kalau si pelapor tidak ingin melanjutkan masalah tabrak lari itu hingga ke pengadilan.

Mereka pulang dengan bahagia. Padahal tidak tahu apa yang akan terjadi jika mereka tahu kalau orang yang melaporkannya itu Jessica.

Razak bangkit, mendorong kursi dengan kasar, sangking marahnya.

"Gue nggak bakal percaya lagi sama lo, dasar nenek lampir!" Sahut Razak keluar dari dalam ruang ruangan.

"Loh kok gue?!" Sebal Alexa.

"Gara-gara lo nelfon gue, pake bohong segala lagi! Kalau gue tau lo bunuh orang, nggak bakal gue dateng!" Toyor Razak kemudian berjalan mendahului Alexa.

"Aw! Razak sialan!"

_____
 
 
Alexa kembali ke sekolah dengan tenang dan tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Ia dan Razak memisah jalur ketika hendak pulang, selain karena Razak marah, ia juga tak berniat ke sekolah.

Langkah Alexa terlihat anggun tak terlalu cepat, ataupun lambat, padahal ia melewatkan 2 jam pelajaran pertamanya di kelas musik. Jika ada penobatan orang paling tenang sekalipun dunia kiamat, maka Alexa lah yang akan keluar menjadi pemenangnya.

Rilex Lexa, lo harus tetep rilex.

Semua masalah udah kelar.

Sekarang tinggal fokus ke konser solo lo Minggu depan.

Kulit pucat, wajah datar dan sentuhan senyum yang sangat tipis membuat julukan ratu kutub es dari neraka makin membuat orang-orang yakin bahwa Alexa memang seperti apa yang di julukinya.

"Hey Xa, Lo dari mana aja?" Tegur seseorang.

Alexa menoleh, mendapati Jessica yang sedang memegang minuman yang biasa Alexa minum.

Tumben. Alexa sedikit merasa aneh. Tapi ia buang jauh-jauh pikirannya itu, karena sekarang yang terpenting adalah latihan Solonya.

"Gu-gue abis keluar, ada urusan mendadak. Emang kenapa?" Tanya Lexa balik.

"Yahh, kelas musik baru aja bubar. Tumben banget lo ngelewatin latihan? Padahal kan lo bakal solo"

"Yahh," Alexa kecewa, "tapi pelatih nggak marah kan?"

"Itu dia masalahnya.... Tadi gue di suruh gantiin lo, tapi tenang aja, cuma tadi doang kok. Gue bilang kalau lo lebih pantes tampil solo"

"Aww makasii Jess, Lo baik banget" Alexa berhambur memeluk Jessica.

Tanpa sepengetahuan Alexa, mimik jijik yang tercetak di wajah Jessica benar-benar menampakkan ketidak sukaannya. Ia bahka tak membalas pelukan Alexa, seakan merasa najis jika bersentuhan dengannya.

Alexa melepaskan pelukannya.
"Yaudah, kita latihan bareng aja yuk?!"

"Duh sorry Xa, gue laper. Lo sendiri aja ya. Biar lo bisa fokus!" Kata-kata manis itu keluar dari mulut Jessica, tak lupa dengan senyum semringahnya.

"Wah lo bener juga. Yaudah, gue ke ruang latihan ya!" Jawab Alexa setelah berpikir beberapa detik.

Mereka pun memisah jalan, Alexa ke ruang latihan, sedangkan Jessica berjalan menuju kantin.

Karena tak ingin membuang waktu, Alexa langsung masuk dan menyimpan Sling bag nya di atas sebuah piano. Matanya kemudian tertuju pada gelas minuman ber merk Starbucks. Ia tersenyum ketika membaca sticky note nya.

Ini pasti minuman dari Jessica. Dia emang sahabat yang baik.

____

Di lain tempat, langkah cepat Nindi yang tak bersuara terarah menuju belakang sekolah. Matanya menyipit curiga. Karena tadi ia memergoki seseorang yang sedang salah menaruh bubuk ke minumannya. Untungnya ia baru menyeruput sedikit. Tapi efeknya sangat menyengat di tenggorokannya.

"BWAH!!"

Nindi terlonjak kaget ketika Cakra tiba-tiba muncul di depan nya menggunakan topeng ondel-ondel, entah dari mana ia mendapatkannya. Sedangkan di belakang, sudah ada Dimas yang untungnya menahan kedua bahu Nindi saat hampir terjatuh.

"Lo ngapain di sini?" Pertanyaan itu keluar dari mulut Cakra.

"Loh, kok nanya gue?!"

"Ya emang wajar lah. Cowok kalo ke belakang sekolah, ya pasti nongkrong. Sedangkan lo?"

"A-anu!"

Perasaan gue tadi liat orang itu belok sini deh. Kok nggak ada sih!

Nindi celingak-celinguk mencari-cari orang tersebut. Namun jidatnya di tahan oleh Cakra.
"Lo nyari siapa?"

"Aish lo nggak tau!"

Razak muncul dari balik pintu sambil mengesot seperti kelomang, dengan wajah kesal ia menatap Nindi dari bawah, mulutnya yang pedasnya pun asal ceplos seketika.

"Cewek di larang ke sini!"

"Siapa yang bilang?!"

"Gue barusan! Budek lo? Sini gue colok pake obeng!"

"Dasar psikolog!"

"Sikopat bege! Udah sana! Hush!! Lu kalo nggak mau pergi, gue grepe lu!"

"Ish apaan sih! Dasar omes!" Sinis Nindi kemudian menyilangkan tangannya di depan dada.

Dimas dan Cakra hanya bisa diam pasrah, menoleh ke kanan dan kiri, melihat kedua bocah di depannya perang mulut.

"Makanya pergi!"

"Kok ngegas!"

"Biarreeen!" Ledek Razak.

"Muncrat goblok!"

"Cewek kasar! Sini tak amplas"

"Biarreeen! Cuih cuih!" Balas Nindi meludah di udara kemudian kabur.

"Cewek sinting!!!"

Cakra bertepuk tangan, "Wahh amazing! Lo akhirnya punya lawan yang sepadan"

 
TBC.

Lanjut?

PANTHERO SECRET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang