[04/01]

866 174 7
                                    

Gimana pendapat kalian tentang cerita ini??

 
 
Di lorong koridor, semua orang menatap Vante yang berjalan beriringan dengan Nindi, termasuk tiga gadis yang melambai di ujung koridor yang terarah menuju kelas 12, mereka memasang wajah manis ke Vante namun beralih sinis ke Nindi kecuali Yuna. Ia sempat melambai juga pada Nindi tapi Jessica langsung menarik tangannya agar menghentikan kegiatannya menyapa gadis panti asuhan itu

"Kak Van, hai!" Sapa Alexa, tatapan sinisnya tadi seketika berubah jadi senyum ramah yang manis.

Vante membalas sapaan Alexa dengan lirikan sekilas dan senyum tipis. Ia kemudian berbalik ke arah Nindi, memegang kedua bahunya lalu mendorongnya ke arah Alexa.

"Gue titip adek gue ya. Kalian jangan berantem" ucap Vante seakan sudah percaya pada Alexa.

Wajah memelas Nindi tercetak, ia menarik lengan Vante membuat cowok itu menoleh, ia menggeleng berharap agar Vante tidak terlalu mempercayai Alexa, namun Vante malah memeluknya di depan semua siswa. Seketika semuanya bersorak antara kaget dan terbawa perasaan.

Vante kemudian berbisik, "Nindi, kamu itu nggak lemah, aku tau semuanya, dan mereka nggak akan berani menyakiti kamu selam ada kakak, aku yakin kamu bisa. Jangan pernah takut , oke?"

Nindi mengangguk lemah setelah Vante melepas pelukannya. Menitipnya pada ratu iblis adalah kesalahan besar! Ingin Nindi mengelak lagi tapi Alexa langsung merangkulnya seolah-olah ia akan benar-benar menjaga Nindi.

"Okey kak! Tenang aja, kita sekarang udah akur kok. Ya nggak Yun?"

Yuna yang ingin menggeleng tapi tak jadi sebab Jessica dengan cepat menarik rambut Yuna dari belakang membuatnya otomatis mengangguk.

"Ah i-iya kak"

°°°

Lepas dari pengawasan Alexa, Nindi kabur menuju perpustakaan. Di sana satu-satunya tempat yang tidak akan Alexa datangi sebab dia sangat benci pada penjaga perpustakaan yang selalu menyuruhnya diam dan tak berbuat onar. Yup, mereka rival.

Karena bosan yang melanda, ia pun mengelilingi perpustakaan dengan senyap sembari melihat-lihat buku yang akan di pakainya tidur sebagai bantal. Yap, benar, Nindi juga tak terlalu suka membaca. Kecuali bacaan bergambar.

Bertepatan ia bertualang mencari buku dengan menaiki tangga milik penjaga perpustakaan, tiba-tiba saja ada suara yang mengagetkannya, itu terdengar seperti kuku yang sedang bergesekan dengan sebuah buku. Ia lalu mencoba mencari sumber suara tersebut namun tak kunjung dapat. Ia kemudian menurunk tangga, tapi mendadak sebuah buku jatuh tepat di atas kepalanya.

BUGH!

"Aww!!" Nindi pun tergeletak tak sadarkan diri.

"Yaampun!"seru salah seorang siswa.

Kehebohan itu kemudian berlanjut karena kepala Nindi berdarah hingga harus mendapatkan sedikit jahitan. Banyak yang bingung mengapa sebuah buku kecil seukuran buku catatan 58 halaman bisa membuat gadis itu pingsan??

Nindi yang ditinggal sendirian di UKS pun kabur dengan buku itu setelah pucuk kepalanya di perban, meski masih terasa pusing ia tetap kukuh untuk beranjak dari kasurnya, mungkin ia takut Alexa akan datang lagi.

"Ada yang liat Nindi nggak??"

"Eh lo liat Nindi ga?"

Huh, selamat. Untungnya Nindi keluar tepat waktu. Karena kepalanya masih terasa agak sakit, ia pun masuk tanpa sadar ke lapangan basket indoor. Bukan karena ingin, tapi itulah tempat terdekat yang bisa ia jangkau.

"Aduh!" Nindi bernasib sial lagi.

Ia membeku di tempatnya, menatap punggung cowok yang sedang duduk selonjoran di tengah lapangan. Dari kaos dan kupluk eiger hitam khas yang tergeletak di lantai, Nindi bisa menebak kalau cowok itu adalah Cakra, sepupu Alexa.

Bukannya selamat, ini malah bunuh diri namanya.

Dengan pelan, Nindi melangkah mundur berusaha agar sepatutnya tak berdecit akibat lantai berbahan parket yang di injaknya namun sepertinya Dewi Fortuna tak berpihak padanya sebab ia tak sempat melarikan diri.

"Nindii! Di mana lo?!" Teriakan Alexa menggemah di lorong membuat Cakra menoleh dan mendapati Nindi yang langsung berlari ke pilar menghindari arah pintu masuk. Cakra pun menggeleng tersenyum.

Alexa yang membuka pintu, memperhatikan sekitar lalu berganti menanyai Cakra. "Kra, lo liat cewek gila yang tadi pagi nggak?"

Cakra terdiam sejenak, gadis yang sedang bersembunyi itu menatapnya dengan wajah sendu memohon agar Cakra tak memberi tahu Alexa tentang keberadaannya.

"Halooo? Kra? Denger gak sih?!" Tegur Alexa.

Detik berikutnya Cakra menggeleng.
"Nggak. Gue nggak liat"

"Yaudah kalo gitu gue duluan. Bye!" Pamit Alexa tersenyum lalu pergi.

Nindi membuang napas legah, terperosot duduk mengelus dada di dekat pilar tersebut. Dan tanpa ia tahu Cakra sudah berada di hadapannya.

Nindi bangkit dengan cepat, niatnya hendak kabur seketika terhalang sebab tangan Cakra berhasil menggapai lengannya.

"Gu-gue mau balik ke kelas!" ucap Nindi berusaha melepaskan cekalan Cakra.

"Lo, cewek waktu itu kan?" Cakra menariknya kembali menghadapnya, hingga Nindi menabrak dada Cakra, membuat jarak mereka semakin dekat. Nindi kemudian beralih mendongak menatap cowok tinggi itu.

Tatapan itu...

"Ha? Maksud lo apa? Gue nggak ngerti" sangkal Nindi masih berusaha untuk lepas.

"Haloo Cakra?! Lo yakin nggak nemuin si panti?!"

Suara Alexa kembali terdengar, Nindi yang ingin kembali bersembunyi di tahan oleh Cakra. Gadis itu seketika panik karena mereka tepat tak jauh dari pintu masuk

"Lepasin!"

"Nggak, sampai lo ngaku!"

"Cakra! Please..." Nindi memohon.

BZETTT

Di saat gagang pintu di tarik terbuka, dengan gerakan cepat Cakra membalikkan tubuh Nindi hingga mereka bertukar posisi. Ia yang membelakangi pintu, tangannya memeluk erat pinggang gadis itu sedangkan tangan yang satunya menarik tengkuk Nindi.

Detik itu pula mereka berciuman.

Chup~💋

Alexa yang melihatnya langsung cepat-cepat menutup kembali pintunya. Hal seperti itu tak membuatnya kaget, sebab Alexa tahu sifat Cakra. Makanya ia sama sekali tak merespon dan malah tersenyum evil.

Sepeninggalan Alexa, Nindi masih membeku dengan mata melotot melihat mata Cakra yang memejam menikmati kecupan yang lama kelamaan berubah menjadi ciuman.

"Ish!" Nindi mendorong dada Cakra hingga cowok itu menjauh.

"Rasa strawberry" Cakra menjilat bibirnya.

Pipi Nindi memerah. Apa yang di maksudnya adalah susu strawberry tadi pagi? Ahh Nindi benar-benar malu.

"Manis" lanjut Cakra tersenyum masih terpejam.

"Mesum lo!" Geram Nindi kemudian berlari keluar meninggalkan cowok itu di sana sendirian.

Sialan! First kiss gue!

PANTHERO SECRET [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang