Dulu aku selalu berkata padamu begini "jika mencintaimu adalah sebuah kesalahan maka biarkan aku salah seumur hidupku". Sebegitunya aku mencintaimu sampai kata-kata bodoh itu terucap. Entah bagaimana kau mengucapkan mantra itu hingga aku bisa jatuh berkali-kali padamu, tapi kali ini sudah cukup.
Aku memasukan semua barang-barangku ke dalam koper. Aku ingin hilang. Aku ingin pergi jauh hingga aku tak bisa melihat wajahnya lagi. Aku ingin melupakan semuanya. Semua tentang dia.
Aku keluar dari kamar itu dan melihatnya tertawa dengan televisi. Dia sadar ada yang aneh denganku. Dia berdiri dihadapanku, menghalangi jalanku dan melihat kearahku. Menatapku dengan wajah penuh tanda tanya. Aku tak peduli. Aku berjalan melaluinya tapi dia menahanku.
"Kau bohong"kataku menatapnya sedikit nanar mataku, tapi aku bersumpah tak akan menangis dihadapannya.
"Bohong? Apa yang kau bicarakan?"dia bingung. Aku tahu dia sedang berakting. Mau sampai kapan kau begini? Aku saja muak.
"Jangan mencariku lagi". Aku langsung bergegas meninggalkannya.
"Kau mau kemana? Kau kenapa?" tanyanya aku masih mendengar suaraya. Dia mengikuti langkahku dari belakang.
"Tae tunggu. Kamu harus jelasin dulu ke aku. Kamu kenapa sih kenapa tiba-tiba berubah kaya gini?" katanya. Aku masuk kedalam mobilku dan dia pun melakukan hal yang sama.
"Keluar" kataku pelan setelah menghela nafas. Kenapa aku bisa mencintai manusia ini kemarin.
"Ga mau" dia berkeras hati duduk menghadapku. Aku tak bodoh lagi sayang.
"Keluar sekarang!" aku menaikan nada bicaraku.
"Engga" dia selalu melawanku. Kali ini aku tak mengalah.
"Dasar ga tau diri" kataku menyalakan mesin mobilku dan menginjak gas. Aku tak peduli bagaimana dia sibuk dengan kepalanya seraya mengaduh kesakitan karena terbentur kaca mobilku.
"Kamu kenapa sih?!" Dia mulai emosi.
"Kita putus" kataku singkat.
"Apa?". Dia mengerutkan keningnya. Aku tahu pasti dia tak percaya dengan kata-kataku tadi.
Itu akhirnya. Akhir dari kesalahan dari mencintai yang begitu dalam hingga aku ingin benar sekarang. Aku tak ingin mencintainya lagi. Tiffany aku membencimu.
Aku kembali mengarahkan mobil ku ke home stay kami. Iya aku hanya berjalan memutar karena dia keras kepala.
"Turun" kataku memintanya tanpa melihat wajahnya.
"Aku ga mau kita putus. Kamu jelasin dulu apa salah aku?" Dia masih saja bersikeras.
Aku mengambil napas dalam untuk meredam emosiku.
"Turun" kataku lagi.
"Tae"
"Kamu lebih tahu apa kesalahanmu" kataku singkat.
"Aku sayang kamu" dia menggengam tanganku matanya mencari mataku.
Aku membuang wajahku darinya. Dia berbohong lagi. Dia berbohong lagi. Aku mengucapkan kalimat itu berkali-kali di kepalaku.
Dia turun. Menutup pintu mobilku pelan, dia masih mencari wajahku dari balik luar kaca jendela mobil ku. Aku tak akan melihat wajahmu lagi. Aku tak akan melihat kearahnya.
Cepat-cepat ku jalankan mobilku. Aku kembali ke apartemenku yang sekarang ditempati oleh Yuri. Aku tak perlu bilang jika aku datang hari ini karena memang itu apartemenku.
Tilulit
Pintunya terbuka setelah aku memasukan password kunci. Aku masuk kedalam, membawa koperku, tanpa peduli Yuri yang sedang memainkan ponselnya terganggu karena kehadiranku.