Tiffany pov
Sejak Taeyeon meninggalkanku untuk selamanya. Tak ada lagi tawa dalam hidupku, tak ada lagi cinta yang kurasa seperti dulu. semua itu tidak ada. Hilang begitu saja bersamanya.
Taeyeon adalah kekasihku. Aku sangat mencintainya. Dan begitu pun dia. Tapi Tuhan tidak menjodohkanku dengannya. Kenapa?Aku sempat berpikir Tuhan tak adil padaku. Sumpah serapah yang tak patut untuk di ucapkan di hadapan-Nya aku lantangkan karena, karena aku terlalu rapuh tanpa dia disisiku.Dan segala takdir pahit yang Tuhan berikan sekarang. Taeyon..
Flashback
Author pov
Hari itu Taeyeon pergi ke toko bunga langgananya. Seperti biasanya dia menggunakan mobilnya untuk menuju kesana. Memang itu kebiasaan Taeyeon dia selalu memberikan Tiffany bunga tapi tidak langsung dia selalu meminta jasa pengirim bunga untuk mengantarnya pada Tiffany.
Padahal cuaca sangat buruk Taeyeon tetap pergi ke toko bunga demi Tiffany kekasihnya. Sebenarnya Tiffany tidak terlalu mementingkan bunga yang dirim Taeyeon yang terpenting menurutnya adalah Taeyeon bukan bunganya.
Mungkin karena cinta membuat Taeyeon mengabaikan akal sehatnya. Sehingga sesuatu yang buruk pun terjadi. Saat Taeyeon berkendara semua baik-baik saja dia pun mengendarainya dengan hati-hati. Namun yang tak pernh di sangka adalah pohon tumbang yang menimpa mobilnya akibat sambaran petir. Seketika Taeyeon menghembuskan nafas terakhirnya.
Seharian itu Tiffany menunggu kabar dari Taeyeon tapi tak satu pun dia dapatkan. Ponselnya tidak aktif. Sampai akhirnya Tiffany mendapat kabar dari polisi bahwa Taeyeon mengalami kecelakaan.
Tak ada kata yang keluar dari mulut Tiffany. Dia shock. Tanpa tersadar dia meneteskan air matanya. Tiffany sangat terpukul atas kepergian Taeyeon yang tiba-tiba. Sampai sekarang tiffany belum menerima bawha Taeyeon kekasihnya sudah tiada.
Flashback end
Tiffany pov
Hari demi hari ku jalani sendiri dengan rasa hambar tanpa hadirnya disisiku. Aku merindukannya. Setiap hari dia akan mengirimkanku bunga. Bunga Tulip putih. Itu bukan kesukaanku. Aku tak tahu kenapa Taeyeon selalu mengirimkanku Tulip putih yang berarti permintaan maaf. Tapi aku tak terlalu memusingkan hal itu. Aku selalu senang dengan kiriman bunga darinya. Taeyeon juga suka bertingkah dork yang membuatku tak bisa menahan tawaku. Terkadang kita melakukan hal konyol bersama.
Sekarang, aku berjalan menuju toko bunga langganannya. Aku tahu itu dari kartu ucapan yang dia kirim bersama dengan bunga Tulip itu.
"Yul, tolong oemma angkat pot ini keluar!!", terdengar suara seorang eomma yang menyuruh anaknya untuk membantunya. Suaranya sangat kencang hingga dari sini pun aku dapat mendengarnya. Aku kini berada tepat di depan toko bunga itu. Shosi Flower Shop nama itu yang tertera depan toko.
"Yah! Eomma bisakah kau pelankan suaramu? Aku tidak tuli" sahut seorang namja
"Jika tidak begitu kau tidak mengerjakannya, cepat kau bawa itu keluar!" perintah sang eomma lagi
Namja itu akhirnya mengangka pot itu dengan separuh hati, ini terlihat dari wajahnya yang cemberut. Ia meniru apa yang eommanya ucapkan hanya dengan gerakan bibirnya saja tanpa suara.
"Yah, apa yang kau lakukan" ucap eommanya. Sepertinya eommanya tahu betul apa yang menjadi kebiasaan anaknya.
"Ani..." sangkal sang namja kini berada di hadapanku.
"eh? Annyeong... ada yang bisa ku bantu?" tanyanya setelah menaruh pot bunga itu padaku yang sedari tadi terdiam di depan tokonya.
"Ah... ne, bisakah kau kirimkan bunga tulip putih ke alamat ini?" ucapku padanya menyerahkan alamatku padanya. Benar ini kebiasaanku setelah Taeyeon meninggal. Karena tak ada lagi yang mengirimkanku bunga Tulip putih, maka aku sendiri yang mengirim bunga itu untukku. Aku menuliskan kata-kata cinta di kartu ucapannya dan ku beri nama pengirimnya adalah Taeyeon. Dengan begitu aku merasa Taeyeon masih hidup. Gila. Aku benar-benar gila hidup tanpanya.