Bukan Siapa-Siapa

1.3K 111 14
                                    

Aku sudah melupakanmu, seharusnya.

***
Dua orang yeoja duduk berhadapan. Satu diantaranya tersenyum tapi yang lain hanya menatap datar. Yeoja yang dari tadi tersenyum kini mengaduk minuman didepannya, dia menyeruputnya sedikit.

"Sunny ah"

"Ne?"

"Sebaiknya kita putus, aku mau fokus pada ujianku. Aku tak bisa menjalin hubungan lagi denganmu. Kau juga sudah sibuk dengan karirmu, kau tak punya banyak waktu lagi denganku. Aku lelah menjalani hubungan seperti ini" jelas sooyong panjang lebar. Semua halbyang diungkapkan sooyoung tadi membuat senyum dibibir sunny menghilang.

Wae?" Sunny bingung, kaget, tak percaya, kecewa. Semua penjelasan Sooyoung padanya sangat menyakitkan baginya. Sudah hampir satu bulan mereka tak bertemu, iya memang sunny sibuk bekerja. Kenapa harus hari ini sooyoung memutuskannya?

"Kita.." sooyoung ingin mempertegas tapi sunny mengerti apa yang akan Sooyoung katakan dia memotongnya.

"Hanya karena itu? Kau ingin akhiri semua yang telah kita lalui hanya karena semua itu? Aku sudah mencoba meluangkan waktuku untukmu Youngie, tolong" kata Sunny, dia yakin Sooyoung hanya emosi dia terlalu cepat mengambil keputusan. Sunny memang lebih dewasa dibanding Sooyoung.

"Aku tak bisa, mianhae" sooyoung tertunduk untuk beberapa saat sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan Sunny sendirian.

Pertemuan hari ini membuatnya sakit, iya tentu saja siapa yang tak sakit setelah kekasihnya memutuskan cintanya. Sudah hampir 3 tahun mereka bersama, tak sampai 3 menit Sooyoung mengakhiri semuanya. Sunny mengerti bagaimana stress-nya Sooyoung yang akan menghadapi ujiannya. Sunny sudah sebisa mungkin mendukungnya meski sulit karena pekerjaannya yang membuatnya terbelenggu. Sunny hanya bisa mengirim kabar dirinya pada malam hari sedangkan Sooyoung sudah tertidur lelap. Mereka tak bisa bertemu sesering dulu bahkan hanya pada sambungan telpon.

Sunny masih duduk diam, dia ingin menangis tapi air matanya tak keluar, hanya sesak di dada yang dia rasakan setelah Sooyoung meninggalkannya tanpa menoleh kebelakang lagi. Pikirannya berkecamuk, Sunny mulai menyalahkan dirinya sendiri. Seandainya saja dia tak menerima pekerjaan itu, seandainya saja dia bisa keluar dari pekerjaan itu, dan banyak seandainya yang membuatnya merasa bersalah meski dia sudah berjuang untuk cintanya.

Sunny pulang setelah dia merasa cukup menangisi kisah cinta yang tak akan pernah kembali. Dia akan memulai hidup barunya tanpa Sooyoung, tanpa cintanya. dia harus bisa membiasakan diri tanpa itu semua, mungkin akan sulit tapi dia percaya pekerjaannya akan membantunya melupakan Sooyoung.

***

hari berlalu sejauh ini semua berjalan seperti biasa saja. Sunny masih sibuk dengan pekerjaannya. Dan Sooyoung, iya dia juga sama. Tak pernah ada yang tahu kabar baik Sunny maupun Sooyoung mereka benar-benar putus hubungan. Hingga tak sengaja Sunny melihat foto Sooyoung di sosial media miliknya. Sooyoung terlihat bahagia dengan seorang yeoja di sebelahnya, entah siapa Sunny tak pernah mengenalnya.

Tak ada rasa sakit dia sudah lupa bagaimana rasanya sakit, Sunny hanya tersenyum miris. Jujur Sunny masih mencintai Sooyoung. Dia ingin kembali seperti dulu.

***

Sebenarnya hari itu Sooyoung pergi ke luar negeri. Bukan hal yang luar biasa karena orang tua Sooyoung cukup berada. Iya Sooyoung pergi ke Amerika untuk melakukan pelatihan, bagaimana pun dia akan bekerja diperusahaan besar milik appa nya. Dan yeoja di foto itu adalah Tiffany temannya selama dia berada di Amerika. Tiffany selalu mengajaknya berkeliling kota menemai waktu luang Sooyoung. Tiffany juga sering menjadi tempat curhat Sooyoung tentang Sunny.

"Apa kau mau makan es krim? Cuacanya sangat bagus. Aku tahu tempat es krim terenak dikota ini" Tiffany mengapit lengan Sooyoung. Iya dia yeoja yang agak manja. Tidak peduli siapa jika dia nyaman maka tiffany akan menggandeng tangan orang itu terlebih sekarang disampinya adalah Sooyoung, teman baiknya.

OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang