5 - Terlambat

45 5 0
                                    

"Loe itu cewek paling pintar.
Pintar ngerubah mood gue jadi hancur"

Bianca tak menaggapi perkataan ayahnya, ia segera menyambar handuk disamping lemarinya, kemudian masuk kedalam kamar mandi dengan tergesa-gesa.

Hingga tiba-tiba.........

Brukk!!!
Tak dapat dihindari lagi. Tubuh Bianca membentur lantai kamar mandi dengan keras.

"Aaww! " ringis Bianca sambil memegangi punggungnya.

"Duh sayang, kamu nggak papa? " tanya Bu Rina khawatir sambil membantu Bianca berdiri.

"Nggak papa ma, Bianca kan kuat, " ucapnya yang berlawanan dengan ekspresi wajahnya yang meringis kesakitan.

"Makanya lain kali hati-hati." Bu Rina mebolak balik tubuh Bianca. Memastikan bahwa tidak ada luka ditubuh anaknya.

"iya ma, " jawab Bianca.

"Bianca! 5 menit lagi kalau kamu belum siap, papa tinggal, " teriak Pak Martin dari lantai bawah.

Segera saja Bianca menutup pintu kamar mandi dan bergegas mempersiapkan diri secepat mungkin.

....

Sinar matahari pagi ini begitu terasa menyengat permukaan kulit bagi siapa saja yang berada diluar ruangan. Hal itu juga dirasakan oleh kelima siswa yang tengah berbaris rapi di tengah lapangan outdoor.

"Sudah berapa kali bapak bilang. Sekolah kita itu adalah sekolah panutan bagi SMA lain dikota ini. Mau ditaruh dimana muka sekolah kita kalau masih ada siswa yang tidak disiplin waktu seperti kalian? " ceramah Pak Yoga selaku bidang kesiswaan dengan nada tinggi.

"Pak, emang sekolahan punya muka ya? " tanya Bianca santai.

"Kamu! Kalau guru lagi ngomong itu diperhatikan. Jangan malah bertanya, nggak sopan! " bentak Pak Yogi tepat didepan wajah Bianca dengan urat-urat diwajahnya yang mulai terlihat menonjol.

Bianca hanya diam sambil mengusap bagian wajahnya yang terkena air liur Pak Yogi.

"Gila tuh guru! Kalau ngomong serasa lagi ada badai, " umpat Bianca lirih.

Yap! Pagi ini Bianca terlambat masuk sekolah. Dan penyebabnya apa? Karena ayahnya yang tega berangkat kerja duluan tanpa mengantarnya terlebih dahulu. Padaha tadi Bianca hanya telat 3 menit saja, dan ayahnya sudah pergi dari rumah. Dan karena itu, Bianca harus berlari dari rumah hingga depan kompleks perumahannya demi bisa menaiki angkot yang akan mengantarnya sampai sekolahan. Untung saja Bianca masih ingat bahwa orang itu adalah ayah kandungnya sendiri. Mungkin kalau bukan, sudah Bianca cekek hingga kehabisan nafas.

"Kalian! Cepat kasih hukuman sama anak-anak bandel ini, " titah Pak Yogi kepada beberapa anggota OSIS yang memang ditugaskan untuk membantu bagian kesiswaan dalam menangani masalah keterlambatan siswa.

"Siap pak! " ucap mereka serempak. Mereka segera menghampiri siswa yang terlambat. Kebetulan hari ini anggota OSIS yang bertugas ada 5 orang. Jadi masing-masing siswa akan diberi hukuman oleh satu orang anggota OSIS.

"Eeiits! Mau kemana loe? " Leon yang merupakan salah satu anggota OSIS menarik tas Bianca dari belakang.

"ya mau masuk kelas lah! " ucap Bianca sewot sambil menggerak-gerakkan tubuhnya agar cekalan Leon terlepas.

"Nggak segampang itu. Loe nggak liat mereka pada kena hukuman? " Leon mengacungkan jari telunjuknya kearah siswa yang sedang dihukum oleh anggota OSIS lain.

"Terus? Loe juga mau ngasih gue hukuman? " tanya Bianca malas yang diangguki oleh Leon.

"ya udah cepet apa hukumannya? " ucap Bianca tak sabar.

Leon memandang aneh kearah Bianca. Kok ada ya? Orang yang mau dihukum bukannya mengelak malah pengen cepet dapet hukuman.

....

"Nih. Sapu seluruh area taman sampe bersih!" titah Leon sambil menyerahkan sapu lidi kepada Bianca.

Bianca menerima sapu itu dengan santai. Ia berjalan kearea taman sambil sesekali bersiul pelan.

Sudah 15 menit lebih Leon duduk dibangku taman sambil masih setia mengawasi Bianca yang tengah menyapu dedaunan ditaman sekolah dengan santai, seolah ia tidak tengah diberikan hukuman. Dan itu membuat rencana Leon yang ingin membuat Bianca kesusahan jadi gagal.

"Tuh, sapunya gue balikin. " Bianca melempar asal sapu lidi kesamping Leon setelah selesai dengan hukumannya.

"udah kan? Gue mau masuk kelas dulu, "

"Tunggu! " Leon menarik pergelangan Bianca yang hendak pergi dari taman.

Refleks Bianca langsung mnyentakkan tangannya agar terbebas dari Leon. " Nggak usah pake pegang-pegang cowok modus. "

"Biar gue jelasin ya. Pertama, gue bukan cowok tukang modus. Kedua, hukuman loe belum kelar. Jadi, loe masih belum boleh masuk kelas."

"lho, kan gue udah beres nyapu tamannya, " ungkap Bianca tak mengerti.

"Masih ada satu hukuman lagi buat loe, " ucap Leon dengan senyum smirk-nya.

"Nggak bisa gitu dong! Anak yang lain aja dikasih satu hukuman, masa gue dua," ucap Bianca tak terima.

"ya suka-suka gue dong. Kan gue yang ngasih loe hukuman, " ucap Leon tanpa dosa.

"Gue nggak mau, " tolak Bianca sambil berkacak pinggang.

"Apa loe bilang? " tanya Leon agar Bianca mengulangi perkataannya.

"Gue nggak mau. Budek! " tegas Bianca.

"Gue nggak minta persetujuan loe. " Leon menyedekapkan tangannya didepan dada.

"Pokoknya gue nggak mau, " kekeuh Bianca.

"Loe nurut sama gue atau gue bakal pake cara gue sendiri supaya loe mau nurut?" tanya Leon dengan nada suara yang naik satu oktaf.

Bianca tetap menggelengkan kepalanya.

Dan tanpa disangka, Leon langsung menggendong tubuh Bianca seperti orang yang tengah memanggul karung dengan posisi kepala Bianca yang terbalik.

"Eh bego! Turunin gue." Bianca meronta-ronta digendongan Leon. Ia memukul-mukul punggung lelaki itu dengan sekuat tenaga. Tetapi, sepertinya pukulan Bianca tak berefek apapun pada tubuh Leon. Laki-laki berambut acak-acakan itu tetap menggendong tubuh Bianca dengan santai, seperti tubuh Bianca tak memiliki beban.

Update lagi. Semoga masih ada yang setia nungguin cerita ini😊

Jangan lupa mampir ke cerita ku yang berjudul "DRAGOSTE" ➡berasal dari bahasa romawi yang berarti kasih.

See you in next chapter😁

Bi (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang