7 - Leon PMS

35 3 6
                                    

Jangan membenci seseorang terlalu dalam! Nanti orang itu akan menjadi hal yang tak ingin kita lupakan.

....

Apa yang lebih ricuh dari bentrokan siswa SMA antar sekolah? Jawabannya tak lain dan tak bukan adalah bel pulang sekolah. Banyak siswa-siswi yang saling berdesakan didepan gerbang sekolahan hanya untuk segera pulang. Bahkan, sebelum gerbang dibukapun, sudah terlihat antrian panjang didepan gerbang.

Kadang, anak sekolahan itu memang membingungkan. Saat mereka diharuskan berangkat, mereka seakan menganggap bahwa gedung sekolah layaknya penjara. Sekecil apapun kesmpatan mereka untuk pergi dari sana, akan mereka manfaatkan dengan sebaik mungkin. Walau harus berakhir diruang BK keesokannya. Tetapi, ketika mereka berada pada masa liburan,  mereka seolah-olah menganggap gedung sekolah layaknya rumah yang sangat mereka rindu.

Dengan gaya khasnya yang selalu santai tetapi dalam waktu yang sama juga terlihat dingin, Leon berjalan menyusuri koridor sekolah seorang diri. Bel pulang sekolah telah berbunyi sejak 15 menit yang lalu. Ia sengaja keluar kelas setelah semua temannya keluar. Karena disaat itu, koridor sekolah sudah cukup sepi. Sehingga Leon tak perlu mendengar banyak teriakan kaum hawa disekolahnya yang menyebut-nyebut namanya.

Jika biasanya sehabis pulang sekolah ia menyempatkan untuk bermain dengan bola basket ditengah lapangan, kali ini ia harus merelakan waktunya untuk mengantar seseorang yang berhasil memancing emosinya beberapa kali. Ia juga tidak tahu mengapa hanya dengan kehadirannya saja sudah membuat mood Leon hancur seketika.

Tempat parkir SMA Pelita memang terbilang cukup luas. Jadi tidak heran jika dengan banyaknya jumlah kendaraan yang ada, tidak membuat seseorang yang berada disana kesusahan untuk mencari tempat parkir yang masih kosong.

Leon mengeluarkan motor sport merahnya dari tempat parkir dengan mudah.

Ketika ia hendak menaiki motornya, suara seseorang menghentikan aktivitasnya. "Woy! Loe mau ninggalin gue ya? " tuduh seorang gadis dengan nafas yang tersengal-sengal. Sepertinya dia baru saja berlari, terlihat dari keringat yang mengucur disekitar dahinya.

"Nggak, " ucap Leon jujur. Ia memang tidak berniat meninggalkan gadis yang bernama Bi..... Biadab, eh maksudnya Bianca.

"Masa? Gue nggak percaya tuh! " ucap Bianca sambil memicingkan matanya curiga.

"Gue nggak perduli." Leon mengedikkan bahunya. Ia kini telah berada diatas motor kesayangannya.

Terdengar decakan sebal dari mulut Bianca kala Leon telah menstater motornya.

"Turun dulu!" perintah Bianca sambil menarik-narik ujung lengan kemeja seragam Leon.

"Ck. Mau loe apa sih?" bentak Leon yang mampu membuat nyali seseorang menciut seketika. Tapi tidak untuk Bianca. Oh, dan jangan lupa dengan tatapan tajam khas Leon yang kini tertuju pada Bianca.

"Ayo turun dulu! Ada hal penting yang harus gue lakuin, " Kini Bianca gantian menarik-narik sebelah tangan Leon.

Karena tak mau membuang waktunya bersama gadis itu semakin lama, Leon akhirnya menuruti ucapannya.

Tanpa menjelaskan apapun, Bianca menarik tangan Leon hingga mereka tiba diujung tempat parkir.

"Loe tunggu sini! Awasin sekitar! Kalau ada orang dateng, kasih tahu gue! " titah Bianca dengan raut muka jahilnya.

Leon hanya mengangguk. Menghindari perdebatan yang akan terjadi jika ia membantah perintah gadis unik itu.

Ehm! Koreksi. Bukan gadis unik tepatnya. Tapi manusia FREAK!

Dengan gelagat layaknya maling yang tengah mengendap-endap disebuah rumah mewah, Bianca menghampiri sebuah motor berwarna hitam dengan corak putih disekitarnya.

Gadis itu berjongkok disamping motor tersebut. Melepas penutup angin diban belakang, hingga menimbulkan suara desisan angin yang keluar dari ban itu.

Setelah memastikan ban belakang kempes, ia beralih pada ban depan. Melakukan hal serupa hingga kedua ban motor itu sama-sama kempes.

Dari jarak empat langkah, Leon melihat semua yang Bianca lakukan dengan dahi yang mengkerut. Jadi, ia disini hanya untuk melancarkan aksi gadis itu mengempeskan ban seseorang?

Bianca tersenyum bangga dengan hasil karyanya. Sudah dapat ia pastikan orang itu tidak akan bisa pulang dengan mudah. Ia menghampiri Leon yang tengah memandang kearahnya dengan pandangan...... Tidak suka. Bianca jadi bingung, sebenarnya apa salahnya hingga laki-laki didepannya ini terlihat sangat membencinya....mungkin?

"Loe PMS ya? " tanya Bianca sambil mendekatkan wajahnya pada wajah Leon.

Sontak Leon mendorong wajah Bianca yang berada pada jarak terlalu dekat dengannya. Bahkan hembusan nafas gadis itupun dapat Leon rasakan dengan jelas. Apa yang gadis itu pikirkan?

Leon membalikkan badannya hingga kini memunggungi Bianca. Dengan langkah cepat, ia berjalan menuju parkiran. Mendahului Bianca dengan pertanyaan ngawurnya.

Bianca bedecak kesal. Tuh kan, benar apa gadis itu bilang. Leon lagi PMS!

Author : "Cowok mana bisa PMS Bi. Kok loe ogeb si? "

Bianca : "Suka-suka gue. Sirik aja loe jadi orang,"

Author : "😑"

Bi (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang