9 - Bianca's phone number

42 2 3
                                    

"Sederet nomor tak akan berarti jika tanpa namamu yang menyertai"

Leon mengacak rambutnya frustasi. Dipandanginya lagi kertas lusuh digenggamannya itu. Kertas pemberian dari Kelvin siang tadi.

"Aarrgghh!! " Rambutnya kini bertambah acak-acakan.

Mengapa sederet nomor ponsel  dikertas yang tak penting ini membuatnya begitu gelisah?

Ya. Nomor itu Tidak penting! Sama seperti pemiliknya. Menyebalkan! Lagi-lagi wajah pemilik nomor itu berkelebat dibenaknya.

Seharusnya ia sekarang merasa senang. Kelvin sudah tidak menyuruhnya untuk mengantar pulang Bianca lagi. Dan itu berarti hidupnya sudah kembali tenang.

Tapi kenapa perasaannya mengatakan yang sebaliknya? Rasanya seakan ada yang kosong disudut hatinya. Seolah-olah selama seminggu ini ia tak mengantar pulang Bianca adalah hal yang salah.

Apakah karena selama sebulan belakangan ini dirinya sudah terbiasa dengan jok motor belakangnya yang selalu ditumpangi oleh Bianca?

Atau karena ia merindukan suara cempreng gadis itu? Merindukan matanya yang selalu berbinar ketika berhasil mengerjai orang, senyum manisnya, pipinya yang menggembung lucu ketika ia merasa sebal?

Ah. Tidak! Tidak! Dia tidak merindukan gadis itu. Ia hanya...... Sudah terbiasa dengan kehadiran Bianca selama sebulan ini. Mungkin dirinya hanya perlu beradaptasi beberapa hari lagi, dan perasaannya akan kembali normal.

Kelvin. Entah apa yang sahabatnya pikirkan tadi siang. Bisa-bisanya laki-laki itu memberikan nomor ponsel Bianca padanya. Bukankah Bianca adalah pacar Kelvin?

Ia jadi teringat ucapan Kelvin yang membingungkan tadi siang.

Flash back on

Leon mengernyit bingung ketika Kelvin memberikan secarik kertas padanya.

"Ini nomor hp-nya Bianca." ucap Kelvin menjelaskan.

"Kenapa lo kasih ke gue? " tanya Leon semakin tak mengerti.

"Ya buat jaga-jaga aja," ucap Kelvin yang semakin membuat Leon tak paham.

"Maksud lo? "

"Ya....gitu deh pokoknya. Udah ini tinggal terima aja susah banget. " setelah itu Kelvin meninggalkan Leon dimeja kantin dengan kebingungannya.

Flash back off

Hingga malam menjelangpun ia tak paham apa tujuan Kelvin memberi nomor ponsel Bianca. Apa Kelvin sedang mengujinya apakah ia termasuk orang yang suka makan teman sendiri? Atau karena Bianca dan Kelvin sudah sangat saling percaya hingga Kelvin dengan mudahnya membagi-bagi nomor ponsel pacarnya sendiri?

Ah, membayangkan mereka saling percaya saja membuat dadanya sesak seketika. Huh, mungkin ia butuh udara segar untuk menenangkan pikiran dan hatinya sekarang.

Leon berjalan menuju balkon kamarnya, membuat udara malam langsung menerpa badannya yang hanya terbalut kaos putih polos dengan celana training sebagai bawahannya.

Ia merebahkan tubuhnya disofa. Tangan sebelah kirinya ia gunakan sebagai bantalan kepala. Sementara tangan yang lain tengah memegang ponsel. Dengan posisi seperti ini, membuat otot-otot dilengan Leon tercetak dari balik kaosnya.

Hufftt!! Lalu bagaimana dengan nomor ponsel Bianca? Apa yang harus ia lakukan? Apa ia biarkan saja? Atau ia harus menghubungi gadis freak itu?

Ah. Tidak! Tidak! Jika ia menghubungi Bianca, memangnya apa yang ingin ia katakan? Menanyai kabar? Tidak. Itu terlalu basa-basi. Mengingatkan gadis itu makan? Tidak. Bahkan tanpa disuruhpun Leon yakin Bianca tak pernah terlambat untuk hal itu. Mengucapkan selamat tidur? Tidak. Yang ada ia malah ditertawakan habis-habisan oleh gadis itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bi (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang