3 - Tanggung Jawab

56 5 1
                                    

Tak seperti Leon yang biasa, yang selalu berjalan dengan santai tanpa ekspresi. Kali ini laki-laki berambut hitam legam itu melangkahkan kakinya dengan ragu. Terlihat beberapa kali ia menghentikan langkahnya, membalikkan badannya lalu berbalik kearah semula, kemudian melanjutkan langkahnya, hingga ia sampai disamping salah satu ring basket diujung lapangan.

Seorang gadis berambut sebahu, dengan nafas tersengal-sengal serta peluh yang membanjiri wajahnya, menghampiri Leon.

"Gu-" belum sempat Leon mengucapkan maksud kedatangannya, gadis itu seketika ambruk dihadapannya.

Dengan wajah panik, Leon segera berjongkok, memposisikan dirinya agar dapat dengan mudah mengecek keadaan gadis itu.

Mata gadis itu terpejam, dengan nafas yang masih tidak teratur.

Leon menempelkan punggung telapak tangannya pada dahi gadis berambut kecoklatan itu yang segera ditepis oleh tangan pemiliknya.

"Nggak usah pegang-pegang! Modus amat loe." Gadis itu membuka matanya dan menatap Leon garang.

"Nggak ada yang mau modusin cewek model kaya loe."

Gadis itu mencibir kearah Leon, sedikit tersinggung dengan perkataan Leon barusan.

"Ayo ikut gue!"

"Mau keman-" belum sempat gadis itu menyelesaikan pertanyaannya, Leon telah menarik kedua pergelangan tangannya hingga gadis itu berdiri sempurna. Dan dengan terpaksa, ia mengikuti langkah kaki Leon yang lebar itu.

....

Leon mengambil kotak P3K didalam lemari obat. Sebelumnya, ia menyuruh kedua anak PMR yang tengah berjaga di UKS untuk keluar, karena Leon pikir dirinya saja sudah cukup untuk menangani luka kecil pada wajah gadis menyebalkan itu.

"Awww!!! Yang bener dong ngobatinnya!" Teriak suara cempreng gadis didepan Leon yang tengah duduk diranjang UKS.

Laki-laki itu menghela nafas panjang, berusaha sesabar mungkin untuk menghadapi makhluk cerewet didepannya ini.

Dengan telaten, akhirnya luka disudut bibir gadis itu telah selesai diobati oleh Leon.

"Selesai!" Ucap Leon datar sambil membalikkan badannya.

"Tunggu!" Jemari mungil gadis itu mencekal pergelangan tangan Leon.

"Loe mau kemana?" Tanya gadis itu bingung.

"Ya balik ke kelas lah!" Jawab Leon singkat, matanya menatap gadis itu malas.

"Loe nggak mau tanggung jawab?" Gadis itu menekuk bibirnya kebawah.

"Tanggung jawab atas apa?" Leon mengerutkan dahinya bingung.

"L-loe lupa ya?" Kini mata gadis itu mulai berkaca-kaca.

"Hah?" Leon semakin bingung dibuatnya.

"Loe lupa, loe yang udah ngehamilin gue!" Ucap gadis itu dengan volume suara yang sangat keras. Disusul dengan suara isak tangis yang terdengar dari bibir gadis itu.

"Ha?" Sungguh Leon tak mengerti dengan arah pembicaraan gadis didepannya.

"Gue nggak mau tahu! Pokoknya loe harus nikahin gue sekarang juga!" Gadis itu semakin kencang menangis sambil kedua tangannya menarik-narik ujung kemeja sekolah Leon.

"Ha?" Demi bakpao kantin yang isi coklatnya cuma segede upil, Leon benar-benar tidak faham dengan apa yang gadis itu bicarakan.

Brraakkk! Pintu UKS dibuka dengan paksa. Menampilkan sosok Pak Tono lengkap dengan kumis lebatnya.

"Kalian!" Tunjuk Pak Tono dengan amarah yang siap keluar.

"ikut bapak ke kantor sekarang!" Tanpa menunggu jawaban dari kedua anak didiknya, guru itu keluar dari ruang UKS dengan wajah merah padam.

"Ayo ikut!" Bianca menarik tangan Leon. Berbeda 180° dari wajah gadis itu yang terlihat sangat santai, wajah Leon sarat akan kebingungan, bahkan sekarangpun Leon tak sadar jika dirinya tengah berjalan menuju kantor guru bersama dengan gadis yang menarik salah satu tangannya.

....

Disebuah ruangan dengan warna biru yang mendominasi, Pak Tono duduk disalah satu sofa disudut ruangan itu, diikuti oleh Leon dan Bianca yang mengikutinya sejak dari ruang UKS.

Hening! Tak ada yang berminat memulai pembicaraan.

Terlihat Pak Tono beberapa kali menghembuskan nafas berat sambil menatap kedua anak didiknya itu tajam.

"Jadi, apa maksud dari perkataan kamu diruang UKS tadi Bianca?" Pak Tono membuka pembicaraan.

"Begini pak," Bianca sedikit terisak sebelum melanjutkan perkataannya.

"S-saya itu, s-sudah di ha-hiks-mili sama dia!" Bianca mengacungkan jari telunjuknya kearah Leon.

"APA!"

"HAH!"

Teriak Leon dan Pak Tono bersamaan.

"S-saya su-hiks-dah dinodai sama dia!" Lagi, Bianca menunjuk Leon.

"Dia bohong! Jangan percaya pak!" Leon yang telah mengerti arah pembicaraan Bianca, langsung membantah pernyataan tak masuk akal itu. Apa-apaan gadis ini, Leon saja baru bertemu dengannya hari ini, bagaimana mungkin ia bisa menghamilinya.

"Saya hiks berkata yang sebenarnya pak," Bianca menyeka tetesan air mata di pipinya.

"Percaya sama saya pak! Saya bahkan nggak kenal siapa dia," tegas Leon.

"Mana ada sih pak laki-laki yang mau ngaku kalau udah ngehamilin anak orang!" Sindir Bianca.

"Jadi, kalian sudah melakukan hubungan itu diluar nikah?" Tanya Pak Tono sambil menahan emosi yang siap meledak.

"Iya,"

"Tidak!"

Ucap Leon dan Bianca bersamaan yang berlanjut dengan tatapan tajam mereka satu sama lain.

Pak Tono memijit pelipisnya pelan. Ia sungguh tak habis pikir dengan kelakuan ABG jaman sekarang. Bagaimana bisa mereka melakukan hal terlarang itu sedangkan uang jajan saja mereka masih meminta kepada orang tua. Apa mereka tak punya otak? Mau dikasih makan apa anak mereka nanti?

"Baiklah! Kalian sudah melanggar peraturan sekolah dengan melakukan perbuatan yang dapat mencemarkan nama baik sekolah ini. Jadi, kalian pasti tau dampak apa yang akan kalian tanggung untuk itu bukan?" ucap Pak Tono dengan wajah gusar.

Bianca mengangguk pasti yang dibarengi dengan protesan dari Leon.

"Tapi saya beneran nggak ngelakuin itu pak! Suer!" ucap Leon dengan nada frustasi.

"Sudah Leon! Kau tidak sepatutnya mengelak apa yang telah kalian perbuat! Bapak akan menelepon orang tua kalian untuk datang kes-"

"Pak," sela Bianca. Ada sedikit guratan cemas diwajah cantiknya.

"Iya, " Pak Tono mengernyitkan dahi heran.

"Sebenarnya ada satu hal lagi yang harus bapak tahu, " ucap Bianca dengan nada hati-hati.

"Apa? Katakan!" tanya Pak Tono penasaran.

Sementara Leon semakin menengggelamkan kepalanya diatas lipatan tangannya dimeja. Kebohongan apalagi yang akan gadis itu katakan?

"saya.... " Pak Tono menyimak perkataan Bianca.

"Sebenarnya......" ucap Bianca menggantung yang memaksa kepala Leon untuk terangkat karena penasaran dengan apa yang ingin gadis itu ucapkan.

"Saya...... "

Maaf kegantung! Keep reading!!! 😊

Bi (Hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang