Loe itu emang cewek paling freak.
Tapi gue nggak bisa memungkiri kalau loe juga menarik.....
Hembusan angin senja membelai lembut permukaan wajah Bianca. Gadis yang kini memakai helm dengan kaca yang terbuka itu tengah memejamkan mata menikmati suasana sore diatas motor.
"Rumah loe yang mana? " tanya Leon sedikit berteriak dengan mata yang masih menatap lurus jalanan kompleks rumah Bianca.
"Yang ada pintu sama jendelanya, " jawab Bianca asal sambil tetap memejamkan mata. Ia masih menikmati udara segar yang menerpanya. Bianca sungguh bangga dengan suasana kompleks perumahannya yang masih terbilang asri. Padahal tempat tinggalnya itu berada ditengah kota besar.
Motor Leon berhenti mendadak. Membuat tangan Bianca yang berpegangan pada belakang motor Leon refleks memeluk lelaki itu.
"Bisa bawa motor nggak si? " bentak Bianca. Jantungnya berdetak lebih cepat karena kaget.
"Udah sampe, " ucap Leon datar.
"Eh? Ini bukan rumah gue," ucap Bianca sambil mengedarkan tatapannya kesekeliling rumah didepannya.
"Rumah loe, " ucap Leon sambil menolehkan kepalanya kebelakang.
"Bukan. Rumah gue masih kesana, " jelasnya sambil menunjuk jalanan.
"Ini rumah loe, " ucap Leon sekali lagi.
"Ck! Gini ya. Yang punya rumah itu gue, jadi yang tau mana rumah gue apa bukan ya gue, " ucapnya panjang lebar sambil menatap Leon dongkol.
"Tadi loe bilang kalau rumah loe tuh yang punya jendela sama pintu kan? " tanya Leon.
"iya." Bianca menganggukkan kepalanya.
"Terus ini rumah ada jendela sama pintunya nggak?" tanya Leon kemudian.
"Ada, " jawab Bianca sambil menatap Leon bingung.
"Jadi? "
"Jadi apa? " tanya Bianca tak mengerti. Ia sama sekali tak paham apa yang Leon bicarakan.
"Jadi? "
"Loe bahas apaan sih? " Bianca semakin tak mengerti.
"Ck! Tau ah. " ucap Leon emosi. Ia kembali melajukan motornya. Sebenarnya tadi ia bermaksud untuk membuat Bianca termakan omongannya sendiri yang mengatakan bahwa rumahnya yang memiliki pintu dan jendela. Tapi karena ke-telmi-an gadis itu, rencananya jadi gagal.
....
"Kiri Bang kiri! " ucap Bianca sambil menepuk sebelah bahu Leon.
Leon langsung menyentakkan tangan Bianca dari bahunya setelah menghentikan motornya didepan rumah bergaya minimalis dengan berbagai jenis tanaman bungan dipekarangannya.
"Loe pikir gue tukang ojek apa? " sungut Leon tak terima. Ia menatap tajam Bianca dari balik kaca spion.
"Abis mirip sih, " ucapnya sambil nyengir kuda yang mendapat dengusan sebal dari Leon.
"Ehm! " Leon berdehem singkat sambil melirik tangan Bianca yang masih setia melingkari pinggang Leon.
"Apa? " tanya Bianca dengan raut wajah bingung.
"Loe mau meluk gue sampe pagi? " sindir Leon.
Bianca mengernyit bingung. Hingga ia sadar bahwa tangannya dengan tak tahu malu masih memeluk Leon.
Bisa Leon lihat dari kaca spion semburat merah dipipi Bianca. Ia menahan mati-matian agar tidak tertawa melihat muka konyol gadis itu saat menahan malu.
"Ternyata loe suka modusin cowok, " ucap Leon.
Plakkk!! Bianca menggampar punggung Leon yang terbalut jaket hitam.
"Awww!" Leon meringis pelan merasakan panas dipunggungnya akibat gamparan gadis dibelakangnya.
"Nih. " Bianca menyodorkan helm yang ia kenakan setelah turun dari motor.
Leon menerima helm itu dengan muka malas. Harus gue cuci pake kembang tuju rupa nih helm. Batin Leon sambil melihat helmnya yang baru saja dipakai oleh Bianca.
Suara Shawn Mendes yang tengah mengalunkan lagunya yang berjudul The Weight terdengar samar-samar diindra pendengaran Bianca dan Leon.
Bianca segera mengambil smart phone hitam miliknya didalam ransel. Ia tersenyum puas melihat nama yang tertera dilayar hp-nya.
Cowok matre calling.
"Halo," ucap Bianca santai sambil menempelkan smart phone-nya pada telinga.
"Loe yang kempesin ban motor gue kan? " ucap si penelepon to the point.
"Kalau nelpon orang itu salam dulu kek, apa kek. Bukannya langsung nuduh nggak jelas gini." Bianca masih berbicara dengan nada santai.
"Alah banyak bacot loe. Udah ngaku aja!" bentak suara cowok yang tengah menelepon Bianca. Deru nafasnya tak teratur. Menandakan ia tengah menahan emosi yang ingin meluap.
"Astaghfirullah. Omonganmu nak, ck ck ck, " ucap Bianca sambil berusaha menahan tawanya.
"BANGSAT! " umpat cowok itu.
"Malah nyebut nama sendiri, " ucap Bianca.
"Aaarrgghhh!! " terdengar suara barang yang pecah kemudian.
"Gue baru tahu. Selain suka morotin Alia, loe juga suka fitnah ternyata, " Ucap Bianca yang tak terpengaruh dengan emosi si penelepon.
"Gue nggak fitnah SETAN! " ucap cowok itu dengan penekanan kata diakhir kalimat.
"Omongan loe juga nggak berpendidikan banget, " ucap Bianca.
"Serah loe deh! Tapi inget ya, gue nggak terima dengan perbuatan loe kali ini. Jadi, siap-siap aja buat pembalasan gue," ancam cowok disebrang telepon.
"Gue tunggu. " ucap Bianca menatang. Setelah itu telepon diakhiri sepihak oleh cowok yang menelepon Bianca.
"Bhahahahahaha. " Bianca pun tak dapat menahan tawanya lagi. Bisa dibayangkan bagaimana wajah Satria sekarang yang murka karena ulahnya. Yap! Si penelepon tadi adalah Satria. Bianca sampai ndlongsor-ndlongsor didepan gerbang rumahnya sambil memegangi perutnya yang sakit akibat terlalu kencang tertawa.
"Loe kesambet? " tanya Leon yang melihat kelakuan absurd Bianca. Ia kini telah mencopot helmnya.
"Eh? Kenapa loe masih disini? " seketika tawa Bianca berhenti. Ia lalu bangkit berdiri.
"Loe nguping ya? " Bianca menatap Leon curiga.
Laki-laki itu menghela nafas berat. Ia harus memiliki kesabaran ekstra saat berbicara dengan gadis freak didepannya ini.
"Enggak lah," jawab Leon sambil memandang Bianca sinis. Bagaimana ia bisa dikatakan menguping, jika suara Bianca saja mengalahkan toa masjid. Jadi salah gadis itu sendiri yang bicara terlalu kencang hingga terdengar oleh Leon.
"Terus ngapain loe masih disini? " tanya Bianca.
"Oh gue tau. Loe nunggu gue bayar kan?" Bianca mengambil selembar uang seribuan dari dalam saku kemeja sekolahnya. Ia lalu menyodorkan uang tersebut kepada Leon.
"Gue nggak butuh." tolak Leon.
"Syukurlah. Selamat duit jajan gue, " ucap Bianca sambil tersenyum lega. Ia menyimpan uangnya lagi kedalam saku.
"Terus ngapain loe masih disini? " tanya Bianca ulang.
"Loe belum bilang terima kasih, " jelas Leon.
"Sama-sama." ucap Bianca sambil berlalu memasuki rumahnya. Meninggalkan Leon yang melongo mendengar ucapannya barusan.
Ada yang masih nunggu cerita nggak jelas ini?😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Bi (Hiatus)
Teen FictionBianca Salsabilla! Cewek bawel tapi manis, suka bikin rusuh tapi baik, suka nolong orang tapi usil, keliatan kalem padahal petakilan, pinter tapi rada gila. Asal kalian tahu saja. Satu hal yang paling Bianca benci yaitu CINTA. Menurutnya, hanya or...