Oca
"Oca! Ca!!!"
"hmm?"
"gimana kak Raka? Cieee udah jadian belom?"
"ah apaan sih Geb!"
"eh! Semua orang juga tau kali kalo kalian itu saling suka jadi jangan cuman kakak adekan aja basi lo!"
"anak cheerleader gak jauh dari gosip ya"
"eh sialan lo! Hahaha"
"eh aku lupa bawa pallete kak Dania nih Geb, rencananya mau kubalikin hari ini, semoga dia ngga butuh hari ini"
"nah itu dia masalahnya Ca!"
"duh, iya ya, atau aku ambil dulu kerumah ya kalo bakal jadi masalah gini"
"duh bukan itu Oca! Kak Dania, bukannya dia deket sama kak Raka ya? itu adalah masalahnya Ca"
"oh! gila ah ternyata sekarang aku lemot"
"gimana Ca?"
"yauda sih biarin aja mereka deket, lagian aku sama Raka juga cuman deket aja biasa"
"tuh liat tuh mereka panjang umur" ucap Geby sambil menunjuk ke arah kak Dania dan Raka yang sedang berjalan ke kantin
***
15.30 WIB
Aku dan Raka mampir ke sebuah restoran di dekat sekolah.
Sebelumnya, Raka memintaku untuk pulang bersamanya, karena aku ada sedikit tambahan ekskul melukis Raka jadi harus menunggu satu setengah jam. Aku sudah memintanya untuk pulang duluan tetapi ia bersikeras akan menungguku. Baiklah aku tidak memaksanya lagi. Hingga pada akhirnya ia menagihku untuk menemaninya makan.
"pesen apa Ka? Udah enakan kan?" tanyaku sambil memegang dahinya
"udaaaaah... eh ca," menarik lenganku lalu mendekatkan bibirnya ke telingaku, berbisik "mamah mau nikah Ca"
"Seriously? Seru dong, akhirnya tante Emil ngga sendirian lagi hehehe"
"iya Ca, cuman aku belom ketemu sama orang yang mau nikahin mama Ca, semoga orangnya baik!"
"baik, baik, tante Emil kan cantik hahaha"
"ah kamu mah ngarep jus alpukat doang kalo udah begitu!"
"ih yauda pesen dulu cepetan, aku nasi goreng sama air mineral aja!" ucapku bersemangat
"oke, mbak nasi goreng spesial sama air mineral dua ya!" ucap Raka pada pelayan
"ketauan sih kalo suka copas PR makanan juga copas" celetukku menuduh setelah pelayan itu menjauh
"lagi pengen! Berisik"
Belum sempat melanjutkan perdebatan dengan Raka, kemudian handphone Raka bergetar didepan tangannya yang sedari tadi terlipat di meja. Segera Raka mengangkat panggilan yang terbaca di layar dengan nama Daniella. Aku menebak itu kak Dania karena aku tidak pernah tau nama lengkap kak Dania.
Setelah beberapa waktu bercakap di telepon, kemudian Raka mematikan handphonenya dan memasukkan ke saku celana sembari tersenyum menghadapku. Ini adalah tanda-tanda Raka ingin aku melakukan sesuatu untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Times
Teen FictionBaru saja menyandarkan badan di kursi ruang lukis, dengan keringat mengucur dan napas agak sengal karena hampir terlambat masuk kelas, tiba-tiba Kak Dania berlari menghampiriku dengan tatapan secemas seperti sebelumnya pernah kulihat. "dek... ke UKS...