Part 3 - Soda

113 6 0
                                    

Oca

Papi tidak akan menginjak rumah malam ini aku yakin. Ini sudah terlalu malam buat papi melaju dari Bandung ke Jakarta, dan percuma jika terus menanti papi.

Dan rupanya Raka tahu hal itu, ya, kurasa dia memang tahu bahwa papi tidak pulang. Aku hanya ingin diam sepanjang malam dan melamun, seperti malam-malam sebelumnya. Tidak melakukan apapun, juga tidak memikirkan apapun, hanya seperti membayangkan dunia yang kosong dan aku ada disana seorang diri.

Namun malam ini ada Raka. Haruskah aku memintanya pulang dan aku akan tenang menyendiri? Atau justru dengan adanya Raka di sini aku akan merasa lebih tenang?

Lamunanku buyar seketika Raka terus mengajak bicara, tidakkah dia mengerti aku sedang ingin diam? dan aku akan tetap membuatkan pancake untuknya.

"Ca, kemaren kamu nginep di Geby?" Raka bertanya, dan aku mengerjap dia tahu darimana?

"ngggg... kenapa emang?" kulirik dia sedang memainkan handphoneku, kurasa aku tahu darimana Raka mengerti.

"ngga papa kok, ada WA dari papi nih" jawab Raka ragu sembari melambaikan handphoneku di genggamannya.

"oh, papi minta aku nginep di Geby lagi?" tanyaku lesu dan berharap Raka paham, bahwa aku ingin dia ada di pihakku.

Setelah selesai dengan selai stroberiku, aku membawa pancake panas untuk Raka di sebuah piring putih berbahan keramik, favoritku.

Berjalan ogah-ogahan sambil memegangi lilitan handuk di kepalaku yang mulai kendor. Aku duduk di sofa yang ditiduri oleh Raka, dan menyingkirkan sedikit kakinya dengan ujung lulutku yang kemudian aku lipat untuk langsung bersila di atas sofa.

Kumohon jangan bertanya apapun lagi, aku benar-benar hanya ingin diam saja. Tapi kurasa harapanku sia-sia saat Raka membenarkan posisi duduknya sembari memandangku dengan tatapannya yang terkesan menuding.

"Ca..." tatapan Raka mulai sendu, aku tau, ini sama dengan tatapannya saat menahan sakit.

"Kenapa kamu? Jangan paksa aku nginep di Geby ya" sahutku cepat untuk menghilangkan kecanggungan, aku tahu aku mulai menjadi sosok introvert malam ini di hadapan Raka.

"ih engga kok hahaha geer banget sih Oca" Raka akan selalu seperti ini, menjadi ceria ketika aku terlihat sedih.

"hmm?" gumamku seperti mengibaratkan pernyataan selanjutnya dari Raka.

"aku boleh nginep di sini Ca...?"

***

01.25 WIB

Aku tidak bisa tidur, sedari tadi setelah mengantarkan selimut untuk Raka dua jam yang lalu, mataku tidak bisa terpejam dan aku sudah menghabiskan persediaan satu gelas penuh air mineral yang selalu aku siapkan menjelang tidur.

Pikiran apapun seperti terlintas dibenakku, aku merasa lega Raka ada disini menemaniku saat papi tidak bisa pulang. Aku lega karena ini Raka dan bukan orang lain, entah mengapa perasaan ini mulai mendominasi sebagian isi kepalaku. Aku menyukai saat-saat Raka ada disekitarku. Tante Emil yang sangat baik dan lembut padaku membuatku ingin menyayangi keduanya.

Tenggorokanku seperti mulai mengerut, kurasa aku harus menggambil segelas air lagi untuk menemaniku begadang, mungkin.

Cahaya lampu tidur dari dalam kamarku menyeruak ke ruang tengah seketika aku membuka pintu kamar, mata Raka terpejam dengan selimut membalut seluruh tubuhnya seperti gulungan telur dadar. Aku tersenyum begitu saja, geli. Aku melanjutkan aktivitasku mengisi air mineral di dapur. Lampu dapur memang selalu dinyalakan, entah mengapa lebih nyaman seperti itu.

TimesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang