Oca
"Oca tau sendiri kan, Raka nggak bisa kalo telat obatnya?!"
"Iya tante, maafin Oca..." aku hanya menunduk ketika tante Emil mengocehiku, seperti adik yang tidak becus menjaga kakaknya yang sedang sakit.
"Besok-besok lagi Oca bawa juga obatnya Raka, biar kalau ada apa-apa, Oca tetep siap obatnya! Yaaa Ca?!" ketus tante Emil sambil mengubek-ubek tas jinjingnya mencari sesuatu.
"Iya tante..." hanya itu yang selalu aku lontarkan sambil duduk di ruang keluarga rumah Raka.
Setelah kejadian Raka kambuh di jam istirahat kedua itu, Raka langsung dijemput tante Emil untuk pulang. Pada saat kejadian, aku memang kebetulan tidak sedang berada di kantin, dimana seharusnya aku memang ada disana. Tapi aku meminta Geby untuk menemaniku di kelas saja. Entah mengapa setelah kejadian 'Raka menginap dirumahku' aku hanya tidak ingin terlihat terlalu dekat dengannya, karena aku tau dia pasti akan berada di kantin dan duduk denganku. Tidak ada masalah sebetulnya dengan Raka, hanya saja masalahnya ada padaku. Hatiku berdebar. Itu saja.
Setelah jam pulang sekolah. Kak Dania memperbolehkan aku untuk tidak ikut belanja dengan tim lukis. Ia memintaku untuk menengok keadaan Raka. Untuk itu sekarang aku berada disini dan kena omelan tante Emil yang memang sangat khawatir dengan keadaan Raka.
Setelah menemukan sesuatu yang dicarinya, tante Emil menyerahkan dua lembar kertas bertuliskan resep obat.
"Ini resep obat Raka, setelah ini tante anter Oca ke rumah sakit untuk nebus obat Raka lagi, untuk kamu bawa." sambil mengubek-ubek sekali lagi isian di dalam tasnya, hingga tante Emil menjatuhkan sebuah kotak kecil beludru berwarna biru tua.
"Iya tante..." aku hanya tidak ingin berbuat onar lagi, lalu hanya mengambilkan kotak yang jatuh lebih dekat denganku itu. "maaf tante... ini jatuh" ucapku bergetar sambil menyerahkan kotak itu, mata kami beradu.
"Haduh, Oca sayang... maaf tante jadi marah-marah sama Oca, tante kuatir sekali. Nanti tante drop Oca di rumah sakit, pulangnya Oca langsung kesini ya temani Raka sampai dia bangun, diajak makan. Tante mau ketemu sama temen tante" ucap tante Emil akhirnya dengan suara yang tidak tinggi, sambil mengacung-ngacungkan kotak biru itu di udara dan tersenyum, menandakan temannya adalah seseorang yang telah memberikan kotak kecil itu.
"Iya tante, nanti Oca langsung kesini" ucapku agak panjang dan tersenyum.
"Ya sudah, pakai jaketnya kita berangkat sekarang." ajak tante Emil dengan mengelus kepalaku.
***
Lobby Rumah Sakit
15.44 WIB"Halo... dengan mbak Oca?"
"Iya betul pak"
"Baik, saya meluncur kesana, sekitar 15 menit lagi sampai rumah sakit ya mbak"
"Oke pak, terimakasih"
Setelah kututup telepon dari bapak supir taksi online yang kupesan, aku memasukkan hape kesaku jaket. Sekali lagi aku memastikan nama-nama obat Raka benar dan tidak ada yang tertinggal. Karena aku lumayan ceroboh dalam hal-hal meninggalkan sesuatu, seperti pallete Kak Dania contohnya.
"Hey, permisi?" sebuah suara membuyarkan fokusku. Aku menoleh.
"Iya?" balasku pada sebuah makhluk tampan yang sedang berdiri disampingku agak membungkuk karena posisiku sedang duduk, ia perlu mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Times
Teen FictionBaru saja menyandarkan badan di kursi ruang lukis, dengan keringat mengucur dan napas agak sengal karena hampir terlambat masuk kelas, tiba-tiba Kak Dania berlari menghampiriku dengan tatapan secemas seperti sebelumnya pernah kulihat. "dek... ke UKS...