12☀Siapa Dia?

942 120 4
                                    

"Siapa aku? Aku hanyalah orang asing yang tidak berarti apa-apa bagimu."

--

Irene bingung. Ya, ia masih memikirkan perasaannya terhadap Sehun. Apa mungkin ini aneh? Ia dan Sehun hanya dekat beberapa hari ini saja. Tapi kenapa perasaan ini muncul secepat ini? Dan mengapa harus bersamaan dengan rasa menusuk yang menjerumus ke dadanya?

Sehun melepaskan pelukannya dan menatap Irene lekat. Sena menatap Sehun bingung, lalu mengikuti arah pandang Sehun yang membuat Sena terkejut.

Irene mengerjap, ia baru sadar jika sedari tadi ia terus diperhatikan oleh Sehun dan pasangannya. Ia mendekat kearah meja Sehun dan meletakkan teh tersebut, berniat pergi.

Sehun berdiri dan menghampiri Irene. Ia meraih lengan perempuan itu dan mengajaknya untuk keluar dari sana.

"Sena, lebih baik kau pulang untuk sekarang. Nanti aku akan menghubungimu lagi," ucap Sehun pada Sena yang dijawab anggukan ragu ragu dari Sena.

Sehun menyelusuri lorong kantor dengan masih memegang lengan Irene. Irene hanya diam dan mengikuti Sehun yang ingin membawanya entah kemana.

Sampai pada akhirnya mereka berhenti di taman belakang kantor. Sehun melepaskan lengan Irene dan masih diam. Irene mengerutkan keningnya saat terjadi keheningan diantara mereka.

"Irene," panggil Sehun. Irene menoleh. "Ya Tuan?" jawab Irene.

"Kau melihat apa tadi?" Sehun memasang wajah datar. Sungguh tidak ada perasaan bersalah sama sekali. Tunggu, untuk apa ia merasa bersalah? Toh Irene bukan siapa-siapa. Betul ndak?

Irene terlihat gugup,"Maaf Tuan, ta-tadi aku hanya i-ingin mengantar--" ucapan Irene terhenti saat Sehun langsung memotongnya.

"Sudahlah, tidak penting," ucap Sehun melihat kearah lain. "Lebih baik, siapkan segala kebutuhanmu untuk seminggu di Milan."

Sontak saja Irene terkejut,"Mi-Milan?"

"Ya,"

"Ta-tapi untuk apa Tuan? Bukankah--"

"Sudah kubilang, kan, jangan membahas hal tidak penting. Urus semua kebutuhanmu. Dan juga, ingat pekerjaan yang kuberikan tadi," papar Sehun dingin.

Sehun melanjutkan,"Jika kau tidak memiliki paspor, aku akan menyuruh Tao untuk mengurusnya," ucap Sehun lalu melenggang pergi begitu saja.

Irene terdiam. Tidak. Ia tidak mendengarkan apapun yang Sehun katakan padanya tadi. Sama sekali tidak, dan kemungkinan ia harus bertanya pada Sehun lagi. Sesuatu yang membuat hatinya sakit dan sesak.

Sehun sama sekali tidak menjelaskan apapun padanya. Ia tidak mengatakan pada Irene bahwa itu hanya 'salah paham' tapi ia sepertinya mengatakan bahwa itu adalah 'kenyataan'. Apa yang terjadi pada dirinya? Yang hanya dipikirannya sekarang hanya Sehun, dan perasaan sakit yang menjalar ke ulu hatinya. Irene menggeram, memangnya siapa dia sampai Sehun harus menjelaskan semuanya padanya?

Siapa dia?

Dia bukan siapa-siapa. Dan Irene menyadari hal itu. Ia menyadari bahwa ia bukanlah siapa-siapa dan tidak akan pernah menjadi siapa.

Saat Irene benar-benar hanya ingin memeluk tubuh ibunya. Sungguh, rasanya ketika seperti ini, hanya ibunya yang mengerti.

Irene ingin sekali mengerjakan semua pekerjaannya. Tapi badan dan hatinya benar benar tidak bisa diajak kompromi. Rasanya lelah semua.

Irene bingung, bagaimana caranya ia mengerjakan pekerjaan yang Sehun berikan padanya tadi. Irene benar-benar harus memecahkan semua masalahnya dalam waktu seminggu. Irene mendesah frustasi, apa yang harus ia lakukan sekarang?

Damn! I Love You [HunRene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang