18☀Kris

845 135 14
                                    

"Kata orang, cinta itu indah. Kata orang, cinta itu menyenangkan. Tapi kataku, cinta itu munafik. "

By : adindahsn

--


Irene sangat senang setelah Sehun mengajaknya berjalan-jalan di Milan. Irene tidak akan melupakan hal tersebut.

Kini, keduanya berada didalam mobil milik Sehun. Keduanya terdiam. Tetapi Irene memikirkan hari ini, hari yang bahagia menurutnya. Semburat merah itu muncul dipipi Irene ketika mengingat bagaimana hangatnya Sehun saat menggenggamnya.

Sehun merasa ada yang aneh, ia melihat kesebelahnya dan menemukan Irene yabg merona. Ia tersenyum kecil. Akan menyenangkan jika mengganggu Irene sedikit, pikirnya.

"Sudah selesai dengan acara meronanya, nona?" tanya Sehun dengan senyum miring. Satu tangannya difokuskan untuk mengemudi. Irene menoleh.

Dan pipinya semakin merah karena ucapan Sehun. Ia ketahuan merona oleh Sehun, dan itu sangatlah memalukan. Irene memalingkan wajahnya ke arah jendela agar Sehun tidak melihat wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Sehun tertawa. Tawa yang hangat. Sampai Irene terdiam melihat tawa Sehun yang menawan. Walaupun ia sudah beberapa kali melihat tawa hangat itu, tetapi baru kali ini ia memperhatikannya hingga membuatnya ikut menyunggingkan senyum.

Oh, ayolah! Irene rasa ia jatuh cinta dengan tawa itu. Ini Sehun. Sehun yang tertawa dan bukan orang lain. Sehun yang sering dicap sebagai pria dingin itu bisa tertawa begitu hangatnya ketika bersama Irene.

Irene sedikit mengakui itu, tetapi dengan cepat pikiran itu ia singkirkan. Ia tidak ingin berharap karena itu dan ia juga tidak tahu tentang Sehun. Bisa saja pria itu tertawa pada wanita lain diluar sana. Siapa tahu? Tidak ada yang tahu.

"Hey, ada apa denganmu? " tanya Sehun saat memperhatikan Irene yang sedang memikirian sesuatu. Dan bukannya sangat pede, tetapi Sehun yakin bahwa yang Irene pikirkan itu dirinya. Ia tertawa kecil lalu menggeleng.

"A-aku? Tidak. Aku tidak apa-apa, " jawab Irene gugup, karena berarti sedari tadi Sehun terus memperhatikannya.

"Jangan bohong padaku. Kau terlihat sedang memikirkan sesuatu. " kata Sehun. Irene hanya mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

Apakah terlalu jelas gerak-gerikanya? Sehingga Sehun bisa tahu ia sedang berpikir. Entahlah, ia tidak tahu.

"Apa yang kau pikirkan? " tanya Sehun lagi walaupun matanya tak lepas dari jalanan kota Milan yang terlihat sangat ramai. "Apa kau memikirkanku? " Sehun tersenyum menggoda.

Irene terlonjak. "Ah? Apa? Tidak. Tidak. Aku tidak memikirkan apapun apalagi memikirkanmu. " jawab Irene lalu membuang mukanya. Ia memerah lagi. Oh, Tuhan.

Seterusnya, tidak ada yang membuka suara hingga mereka sampai kedalam mansion milik Sehun. Mereka turun bersamaan,  beberapa pelayan menundukkan kepalanya hormat tapi Sehun mengacuhkan mereka semua.

Didalam mansion, kami bertemu dengan Kris yang terlihat sedang bersantai.

"Hei, bagaimana kencan kalian? Apa itu menyenangkan? " tanya Kris beremangat. Pria ini juga sebenarnya memiliki julukan yang sama seperti Sehun yaitu 'dingin' lalu kenapa sikapnya seperti ini?

Kencan? Apakah jalan-jalan ini bisa disebut dengan kencan? Entalah. Tapi mengingat perlakuan Sehun padanya, rasanya itu bisa disebut dengan sebuah kencan. Tetapi ia tidak bisa menyimpulkan itu sendiri, ia dan Sehun tidak memiliki hubungan istimewa apapun.

Damn! I Love You [HunRene]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang