"Telat ngampus?"
Alena tersenyum dari dalam mobil. Glady yang masih tersengal setelah mengunci gerbang rumahnya karena terus berlarian di dalam rumah tiba-tiba saja tersenyum sumringah. Seperti menemukan jarum di tumpukan jerami setelah berhari-hari tak berhasil. Lolos dari hukumannya untuk menemukan jarum itu.
"Kak Alen! Kok tau rumah gue?"
"Hey, kita tetangga sebelah."
Glady menoleh ke sebelah rumahnya mengikuti arah dagu Alena. Gadis itu sangat senang bukan main, ia langsung masuk ke dalam mobil ketika Alena mengajaknya untuk masuk. Alena tersenyum, ia juga sama senangnya bisa bertemu kembali dengan Glady—separuh senang dan separuh tidak, maksudnya.
"Ternyata bener dunia itu sempit!"
"Banget."
"Kemarin lo nggak bawa mobil?"
"Nggak, dijemput paksa temen-temen gue yang kemarin."
Glady mengangguk-angguk sambil memasang seatbelt lalu menyandarkan punggungnya dengan helaan napas lega. "Nggak kebayang gue harus lari-lari sampe gerbang depan komplek buat nyari ojek atau Taxi."
"Nggak gaul banget. Pakai aplikasi dong?"
"Nggak mau, takut masuk berita."
"Parno. Nggak semua brutal."
"Pokoknya nggak mau."
"Lagian kenapa lo telat? Kemarin kayaknya pagi-pagi udah sepi banget rumah lo."
"Nggak bisa tidur."
"Kenapa?"
"Gue mikirin cowok gue."
Alena menghela napasnya diam-diam. Apa jika bertemu dengan Glady harus selalu membicarakan pacarnya? Ia ingin menurunkan gadis ini saja detik ini juga.
"Kadang gue ngerasa, pelukannya itu hambar. Hangat, tapi—kayak bukan buat gue. Akhir-akhir ini gue jadi mikir apa diem-diem cowok gue itu player, ya? Kayak—meluk semua cewek gitu."
"Lo nggak percaya sama cowok lo?" Mau tidak mau Alena harus menanggapinya.
"Mungkin gue ragu, tapi nggak tau juga. Ah pusing!" Glady terlihat putus asa, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Dan menghela napasnya dengan berat.
Padahal, mereka berdua terlihat serasi dan saling mengisi. Alena kira gadis itu tak pernah berpikir macam-macam, ia kira Glady terlalu sibuk bucin sampai buta dengan kemungkinan Ahes yang tidak setia. Tapi, mendengar alasannya Glady, jika itu benar—mengapa ia mempunyai sedikit, sedikit saja perasaan lega tentang Ahes, ah—jahatnya. Lagipula—ia saja yang terlalu percaya diri. Benar, bahkan Ahes sudah melupakannya.
"Udah, fokus kuliah. Masih banyak yang harus lo pikirin. Jalani aja."
"Lo sama aja kayak cowo gue, nyuruh kuliah yang beneeer terus. Emang dasar orang-orang yang udah tua ini, kesel banget."
"Oh? Sampe sini aja, ya? Pangkalan ojek dikit lagi tuh," ancam Alena dengan pandangannya yang tertuju pada pangkalan ojek yang sebentar lagi mereka lalui. Senyum usil itu mengembang, Glady mengangkat jarinya dengan huruf V sebagai permintaan maaf. Alena hanya tersenyum simpul dan menggeleng pelan.
Tenggorokan Alena terasa kering, ia mengambil air mineral didekat joknya lalu meneguknya tanpa mengalihkan fokusnya pada kemudi.
"Cowok gue ada hubungin lo nggak?"
Tersedak.
Alena hampir saja mengeluarkan lagi air yang sudah tertelan jika ia tak segera menepuk dadanya untuk bernapas dan terbatuk-batuk berusaha tetap tenang dengan stirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[B] The Recovery | A Novel
Science FictionAlena Ryndi tak menyangka jika kekasih teman barunya-Glady Adisty Kim, adalah masa lalu terkelam yang kisahnya ingin ia selami kembali untuk "memulihkannya". Tapi, melihat Rahesa Hanandra (Ahes) tampak bahagia bersama Glady, membuat Alena mengurungk...