Beberapa jam sebelumnya...
Alena tengah menyiapkan menu spesial hari ini. Mendengar mood Ahes yang sedang terganggu ia berencana untuk membuatkan makanan favorite laki-laki itu dan menyambutnya ketika jam makan siang. Moodnya cepat kembali setelah memakan makanan kesukaannya, tentu hal itu yang paling fasih bagi Alena.
Dan ketika ia masih mempersiapkan bahan makanan dari kulkas, seseorang menelfonnya dengan nomor yang tak dikenal. Awalnya Alena ingin membiarkannya sampai panggilan ketiga, tapi firasatnya mengatakan bahwa ia harus segera mengangkat telfon itu. Alena mengapit ponsel itu diantara pipi dan pundaknya. Tangannya masih mengerjakan aktifitas memilih tomat dari kulkas.
"Apa ini Alena?"
"Iya, ini siapa?"
"Ini Andre."
Alena terdiam. Andre? Bukannya ia dengar dari Ahes jika Andre menghilang?
"Ada perlu—apa? Bukannya lo—"
"Kamu nggak perlu tau saya dimana. Kalau kamu ingin Ahes selamat, sekarang juga datang ke kantor Ahes. Jangan lupa penyamaran. Setelah sampe disana kamu telfon saya tapi jangan matiin sambungan. Paham?"
"Maksud lo apa? Lo nggak lagi nipu gue, kan?"
"Alena, nanti kamu tau sendiri. Cepat, waktu saya nggak banyak."
"Gue khawatirin Ahes tapi gue juga nggak bisa nggak tau apa-apa lo lagi dimana dan kenapa," Alena segera meninggalkan dapur, ia benar-benar panik. "Dre? Lo masih disana? Shit dimatiin." Alena hendak menyimpan ponsel di saku celananya sebelum ada pesan masuk.
Kalau semua udah terlambat, lebih baik kamu pura-pura nggak tau apa-apa kalau mau Ahes selamat. Jangan ngerusak ingatannya, Ahes bisa celaka.
**
"Amola Rayanest—atau Ola? Maaf, tapi saya nggak ingat nama itu."
"Kamu bener-bener nggak inget?"
Ahes melihat kesekitarnya. Ruangan kerjanya yang sepi dan dipenuhi buku-buku tebal dan tropi penghargaan. Lalu ia kembali menatap Ola yang saat ini tengah duduk bersebrangan dengannya di sofa. Memutusnya duduk bersama dan membiarkan Alena pergi karena gadis ini terus menangis. Ia ingin tau siapa gadis ini, agar ia bisa menjelaskan dengar benar ketika Alena dan Glady menuntut jawaban.
"Yang saya tau hanya bekerja belakangan ini. Tolong, jangan main-main sama saya. Apa kamu yang ayah saya maksud?"
Ola mengangguk pelan. Ia menunduk kemudian kembali menatap Ahes dengan tatapan yang menuntut penjelasan.
"Saya nggak punya banyak waktu. Apa bener kamu keguguran dan itu juga anak saya?"
"Kamu nggak akan percaya karna kamu nggak inget, Ahes. Kita harus pendekatan lagi. Baru kamu inget semuanya."
"Kamu nggak jelasin saya apa-apa sekarang. Saya nggak bisa pendekatan, saya juga udah punya pacar. Saya bakal cari tau sendiri dari ayah." Ahes berdiri dan berniat berjalan keluar ruangan sebelum tangannya ditahan Ola yang kini mencengkram pergelangan tangannya erat.
"Apa luka di punggung kamu masih ada, Ahes? Apa kamu bisa tidur nyenyak?"
Ahes menoleh dengan cepat. Ia berniat untuk bertanya dari mana Ola tau sebelum perhatiannya teralihkan. Seharusnya, tangan kiri Ola yang menahan tangannya karena jaraknya lebih dekat. Tapi, justru tangan kanannya yang menahannya. Sedari tadi, bahkan ia heran kenapa tangan kiri Ola tidak bergerak sama sekali.
"Untuk saat ini," Ola menengadah, menatap Ahes dengan sendu. "Cukup tangan aku yang meyakinkan kamu. Apa kamu lihat sesuatu diingatan kamu sekarang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[B] The Recovery | A Novel
Science FictionAlena Ryndi tak menyangka jika kekasih teman barunya-Glady Adisty Kim, adalah masa lalu terkelam yang kisahnya ingin ia selami kembali untuk "memulihkannya". Tapi, melihat Rahesa Hanandra (Ahes) tampak bahagia bersama Glady, membuat Alena mengurungk...