BAB 6 - Cara

119 2 0
                                    

Ahes terbangun karena pintunya diketuk dengan sangat kasar. Keningnya mengerut ketika kakinya dipaksakan turun dan berjalan ke arah pintu kamar. Siapa yang berani membangunkannya pukul 6 pagi? Tidakkah seseorang itu tau bahwa ia baru saja tidur 3 jam?

Ahes membuka pintu sangat kasar dan sebelum sempat mengajukan protes ia sudah disuguhi sepiring pancake yang sudah dibaluri dengan madu. Matanya berkedip satu kali dengan rambut yang masih berantakan dan bareface yang terlihat khas. Kemudian menatap Alena yang tengah menatapnya dengan datar.

"So, this is your first breakfast with me, Mr. Hans." Alena berusaha menyunggingkan senyum malasnya kemudian mendorong baki ke dada laki-laki itu sampai membuatnya berjalan mundur dan duduk disisi tempat tidurnya. Alena menaruh baki itu disamping Ahes yang menggaruk belakang kepalanya. Berjalan mundur disaat belum sepenuhnya mengumpulkan nyawa membuatnya sedikit pusing.

"Gue cuman bisa suguhin pancake dulu. Kulkas lo kosong nggak ada apa-apanya, harusnya kemarin belanja bahan masakan aja daripada beliin gue baju banyak banget." Alena berdiri didepan Ahes dengan dress selutut lengan panjang berwarna abu-abu dengan gambar bunga hitam yang memenuhi dasarnya. Ini terlalu biasa untuk ukuran Ahes yang selalu tak cocok dengan pilihan pelayan dan dirinya. Seleranya sesederhana ini, Ahes tak pernah berubah. Oh, sederhana bukan berarti menghilangkan ketertarikannya pada ukuran pendek selutut yang sudah bisa ia duga sebelumnya. Haruskah ia laporkan saja pada Glady, bahwa yang namanya laki-laki tetaplah laki-laki?

"Hm, nggak apa. Kamu belanja aja abis saya ke kantor. Ini enak, tapi terlalu pagi buat saya sarapan." Ahes yang masih mengunyah mengerlingkan mata sambil melahap kembali pancakenya. Alena tersenyum sinis, sebenarnya ini bentuk balas dendam karena sudah mengatakan bahwa ia semalam dikejar rentenir. Tapi, ia tak perduli yang terpenting Ahes sudah sarapan. Karena setelah ini ia akan mendekor kembali dapur agar terlihat lebih nyaman dan menarik dipandang mata dan tidak terlalu monoton.

"Lo kenapa kalau sarapan pengen di kamar?"

"Soalnya—kamar itu dunia saya." Ahes berdiri dan memberikan piring kosong dan baki pada Alena.

"Terserah deh." Alena mengambil baki itu dan berputar meninggalkan kamar sebelum Ahes memanggilnya diambang pintu.

"Tolong masakin saya western food."

Alena mengangguk dan sedikit tersenyum, senyum yang tidak dipaksakan seperti sebelumnya. "My pleasure, Mr. Hans."

"Nggak jutek lagi, moody, ya?"

"Bodo amat." Alena menutup pintu itu cukup keras sampai membuat Ahes tertawa dan menggelengkan kepala. Terkadang, ia melihat Alena seperti seseorang yang menenangkan, dan tulus. Dan detik berikutnya berubah menjadi monster yang menyembur peluru tanpa disangka-sangka. Jauh dalam hatinya, bahkan ia seperti sudah sangat lama mengenal Alena. Entah kapan, dimana, dan bagaimana. Tapi, terasa sangat nyata. Siapapun Alena, gadis itu sangat ia percaya setidaknya untuk menjadi teman Glady—dan menjadi gadis yang memasakan masakan enak untuknya.

Perlahan Ahes membaringkan kembali tidurnya dengan posisi menyamping. Ia mengeluh dalam hati karena sangat merindukan tidur dengan posisi telentang atau bebas sesuka hati. Sudah bertahun-tahun tidurnya sangat tidak nyaman. Kapan lukanya akan hilang? Ia sudah rindu dengan kenyamanan ketika tertidur. Bahkan sampai sekarang saat ia sudah tertidur dan tubuhnya tak sengaja terbaring menatap langit ia segera terbangun dan merintih kesakitan.

Hukuman seperti apa yang tengah ia lalui sekarang? Mengapa ia tidak ingat dengan kejadian yang sudah membuatnya seperti ini? Apa ia penyebab atas lukanya sendiri? Ahes terus mengulang pertanyaan itu disetiap keluhannya—setiap hari, setiap saat. Ia begitu tersiksa dan ingin mati. Tapi, sebuah kompas saja pun tak ada—tak ada yang memberinya petunjuk sedikitpun, dan ia tak ingin mati penasaran. Pak Jarlan, mantan asisten pribadinya pun tak mau mengatakan apapun. Ini sebuah hukuman atau kutukan? Ahes tak bisa mengerti tentang ini semua.

[B] The Recovery | A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang