6. Simulasi Kencan Pertama

32 8 9
                                    

Di depan pintu ruangan klub fotografi sudah berdiri Gasta dengan handuk yang melingkari lehernya. Ia terlihat sesekali mengelap mukanya yang kucel kena debu sambil sesekali menenguk sebotol minuman jeruk yang ia hemat-hemat saat menunggui Gianti. Sehabis main basket sabtu sore itu ia janji akan menemani Gianti yang pulang terlambat.

Perempuan yang ia tunggu itu akhirnya datang mendekat setelah tampak berpamitan dengan temannya di dalam ruangan. Gianti datang sambil menodongkan kamera ke arah muka Gasta, tak lama ia menekan tombol shutter dan menangkap gambar laki-laki berkaus katung yang tak siap di ambil fotonya.

Gianti tertawa. "Jelek banget, dekil dan ngemut botol."

Gasta menggerakan badannya, berlagak berpose dengan bersandar ditembok, menyipitkan mata dengan tatapan yang tajam saat ia meletakkan minuman di bibirnya yang berwarna merah muda itu.

"Kita nggak lagi foto iklan jus jeruk, Gasta."

"Please dong, ini gue udah usaha lebih ganteng dari Faras nih."

"No. Roll film gue mau abis."

Gianti kemudian ngeloyor pergi sambil tersenyum meninggalkan Gasta yang terlihat menekuk wajahnya dan menggaruk-garuk kepalanya saat berlari mengejar Gianti.

"Gi, lu yakin mau langsung pulang ?"

"Iyalah. Mau kemana lagi, ini udah gelap. Orang tua gue ntar bingung yang akhirnya Bang Faras jadi ikut-ikutan ngomelin gue."

"Padahal gue mau...."

"Mau apa ?"

Gasta terdiam sejenak, seperti menyembunyikan sesuatu. "Gue mau..." ia tergagap sebentar "...malem mingguan sama cewek." ucap Gasta dengan pandangan mata yang menebar kemana-mana tak berani menatap Gianti.

Gianti ikut-ikutan terdiam mendengar sebaris kalimat itu. Membuat langkah keduanya yang sudah dekat dengan parkiran motor ikut berhenti. Tiba-tiba Gianti malah terkikik. Ia teringat amplop-amplop berwarna manis dari cewek-cewek sekolah yang memenuhi kolong meja Gasta saat mereka masih satu kelas dulu. "Gue nggak salah denger ? Terus dengan kata lain elu mau ngajak gue ? Kenapa nggak penggemar cewe lu yang banyak itu ?" Gianti menyerocos sambil terus terkikik.

"Umm... elu kan sahabat gue, bantulah dikit-dikit biar gue nggak kagok kalau jalan sama cewek beneran."

Gianti berlagak berkecak pinggang dan membalasnya dengan nada judes. "Emang gue bukan cewek beneran ?"

"Yah kan salah gue ngomong. Maksudnya kalau beneran jalan sama cewek."

Gianti memegang dagu dan mengelus-elusnya, memikirkan Gasta yang memang dari dulu hanya dikelilingi teman laki-laki. Cuma dirinya satu-satunya teman lawan jenis yang sangat dekat dengan Gasta sebelum Gasta digandrungi cewek-cewek seperti saat ini. Mungkin Gasta ingin punya teman perempuan, pikirnya. Lantas sebagai sahabat yang baik Gianti mengiyakan permintaan Gasta. "Sebagai teman yang baik, gue nggak akan membiarkan nama ketua Basket tercoreng gara-gara first datenya kacau balau."

"Beneran ? Elu mau ?" Gasta berubah sumringah.

"Iya, tapi kita ke wartel dulu ya buat nelpon orang rumah."

"Bilang, jam 8 pas Gasta yang anter tepat di depan rumah."

****

Dari bilik wartel depan sekolah, Gianti kembali ke parkiran sekolah. Gasta sudah siap di atas motor Glmax yang knalpotnya bising setengah mati.

Not-esTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang