Jangan mendekat, jika belum ingin memberikan kepastian. Cukup sampaikan rindu melalui sang Penciptanya.
***
Alesha mulai mengeluarkan sepedanya dari tempat parkiran kafe, menuju sekolah begitu sinar matahari mulai menampakkan wujudnya, menggantikan tugas sang rembulan malam.
Semalam lagi-lagi Alesha tidak bisa tidur dengan nyenyak, tetapi entah kenapa ia tetap merasa bahagia. Setelah kafe tutup sekitar jam sepuluh malam, Alesha yang hanya berdua dengan temannya menginap di kafe, dikejutkan oleh kehadiran Arsen.
Laki-laki itu tiba-tiba mengirimkannya pesan, mengatakan bahwa ada di depan kafe. Entah Alesha juga tidak mengerti, apakah Arsen tidak punya kegiatan lain selain muncul di sekitarnya. Hal tersebut membuatnya gugup, bingung harus bereaksi seperti apa. Saat itu ia sedang duduk berdua di salah satu kursi pelanggan bersama dengan Bela, teman Alesha yang juga bekerja di kafe dan menginap dengannya.
Meskipun pada akhirnya Alesha tetap keluar kafe menemui Arsen, kemudian mengajak masuk untuk mengobrol dan berkenalan dengan Bela.
Setelahnya ia tidak mengingat apapun, yang ia ingat adalah perkataan Arsen yang akan menunggu dan menjaganya sampai tertidur. Dan sepertinya hal itu terbukti, karena sebelumnya Alesha dapat melihat Arsen yang terjaga sebelum ia terlelap, begitu ia bangun pada saat subuh, laki-laki itu sudah tidak ada.
Alesha bukannya tidak mengerti dengan sikap Arsen padanya, bisakah ia menyebut jika laki-laki itu tertarik padanya? Ia seringkali mendapatkan perhatian dari lawan jenisnya sejak SMP, tentu ia tidak buta untuk membaca tingkah laku laki-laki yang mendekatinya.
Jika sudah seperti ini, wajar bukan jika Alesha juga berharap pada Arsen?
Tetapi menurutnya ini juga sedikit berbeda, perlakuan Arsen terlihat berbeda dibandingkan dengan yang lain. Yang membuatnya berbeda adalah dadanya yang juga berdebar setiap Arsen di dekatnya.
"Lo lagi dekat sama Kak Arsen ya?" tanya Kiran.
Saat ini Alesha sudah sampai di kelas, di sampingnya ada Dina yang duduk sebangku dengannya dan Kiran di hadapannya tengah duduk menghadap belakang.
"Hah? Enggak kok," elak Alesha.
"Masa sih? Di group line angkatan kelas sebelas lagi rame tahu, heboh tentang lo sama Kak Arsen," jelas Kiran.
"Lah terus kok lo bisa tahu group kelas sebelas?" tanya Dina.
"Kalian gak lupa 'kan kalau pacar gue kelas sebelas? So, kemarin gue dikirim screenshootannya." Kiran cengengsan.
"Yang bener? Lihat dong!" pinta Alesha. Ia menyodorkan tangannya ke arah Kiran, meminta untuk diperlihatkan screenshoot yang perempuan itu maksudkan.
Sekarang Alesha mengetahui kalau pembicaraan yang melibatkan namanya tersebut dimulai dengan dikirimnya foto antara dirinya dengan Arsen. Ia ingat betul foto itu diambil pada saat Arsen mengantarkannya ke kafe sore hari kemarin.
Tidak ada ungkapan yang menjelekkan namanya, tetapi tetap saja Alesha tidak suka jika orang lain membicarakannya apalagi sampai membuat identitasnya tersebar luas. Isi chat tersebut kebanyakan isinya menanyakan hubungannya antara Arsen yang diikuti dengan me-mention akun line Arsen.
Alesha terus menggesar screenshoot tersebut sampai akhir, tetapi tidak ada chat dari Arsen yang ikut mengomentari.
"Waah lo bakalan semakin terkenal kayaknya Sha," celetuk Dina. Sedari tadi ia mencondongkan tubuhnya ke arah Alesha, ikut membaca screenshoot tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESHA ✔ [SUDAH TERBIT]
EspiritualTIDAK TERSEDIA DI GRAMEDIA Pemesanan melalui penerbit Ujwart Media WA +62 857-8110-4682 (Shopee : ujwarf) Arsen menyukai segala hal yang ada pada diri Alesha, perempuan berpakaian syar'i yang menarik perhatiannya. Arsen maupun Alesha mempunyai prins...