07 Cemburu (2)

37.7K 3.3K 141
                                    

Teruslah memperbaiki diri, karena yang baik hanya untuk yang baik pula.

***

Pengunjung kafe tampak berlalu lalang di hadapan Alesha. Ia bekerja sebagai kasir di salah satu kafe yang cukup terkenal di kalangan remaja. Saat ini, suasana kafe tampak begitu padat, pintu tidak berhenti terbuka dan tertutup, karena setiap ada yang keluar selalu digantikan dengan orang yang kembali masuk untuk berkunjung. Apalagi ini malam minggu, di mana banyak orang memilih untuk menghabiskan sabtu malamnya di luar.

Setiap hari, Alesha menitipkan kue buatan ibunya dari toko ke toko untuk dijual. Biasanya Alesha akan menitipkannya saat hendak berangkat sekolah. Kemudian setiap Alesha lenggang, ia akan membantu mengajar mengaji di masjid dekat rumahnya pada sore hari.

Selain itu, setiap hari Sabtu dan Minggu, Alesha akan bekerja menjadi kasir di kafe seperti saat ini. Ia akan bekerja dari pukul empat sore sampai kafe tutup sekitar pukul sebelas malam atau bahkan lebih larut tergantung pengunjung yang datang.

Sebenarnya Alesha tidak cukup berani untuk pulang larut lebih dari jam sembilan, apalagi tempatnya bekerja ini jauh dari rumahnya, hampir dua kali lipat dari jarak ke sekolah.

Oleh karena itu, terkadang ia akan menginap di kafe, membantu membersihkan kafe kemudian tidur di sofa tempat istirahat pegawai. Barulah Alesha akan pulang keesokan harinya saat matahari mulai terlihat, dan kembali lagi ke kafe pada sore hari.

Namun, pada hari Minggu jika Alesha menginap di kafe, ia akan langsung menuju sekolah. Sehingga Alesha tidak bisa menitipkan kue terlebih dahulu, mungkin ibunya hanya akan menitipkan kue di toko terdekat, tidak bisa lebih jauh karena tidak ada kendaraan. Selama ini kendaraan yang bisa diandalkan hanya sepeda yang dipakai Alesha setiap hari ke sekolah.

Fahmi, adiknya yang baru masuk SD akan berangkat ke sekolah diantar ibunya dengan berjalan kaki karena letaknya yang dekat. Meskipun sebenarnya tidak terlihat dekat jika ditempuh dengan berjalan kaki, namun Alesha bisa apa jika hanya sepeda yang dipunya keluarganya.

"Ibu pakai sepeda Alesha aja buat ngantar Fahmi," ucap Alesha saat itu. Ia menatap Fatimah sembari tangannya terus bergerak terampil membantu membuat kue.

"Gak usah Nak, itu kan hadiah dari bapak buat kamu," balas Fatimah.

"Iya gapapa, daripada Ibu jalan kaki. Jauh gitu, minimal bisa pakai sepeda biar gak capek. Fahmi juga masih kecil, ngeluh terus katanya kakinya pegel-pegel," bujuk Alesha.

"Gapapa, biar Fahmi biasa. Lagian kalau sepedanya ibu pakai, kamu gimana ke sekolah?" Fatimah memastikan.

"Nanti bisa minta bareng sama Dina, temennya Alesha yang bawa motor ituloh Bu," jelas Alesha.

"Gak usahlah Nak, kamu pakai sepedamu aja ke sekolah. Ibu sama Fahmi jalan aja, lagian sekalian ke tempat kue waktu pulang, lihat udah habis apa belum," tolak Fatimah. "Maafin ibu ya Alesha, dari dulu gak bisa bahagiain kamu."

"Ibu ngomong apasih, Alesha bahagia punya Ibu, bapak, sama Fahmi." Alesha menghentikan kegiatannya dan mulai berkaca-kaca menatap Fatimah.

"Apalagi bapak sekarang udah gak ada, meskipun dulu bapak kerjanya cuma jadi buruh pabrik, bapak masih bisa bikin seneng kamu sama Fahmi meskipun dengan cara sederhana. Sedangkan sekarang, ibu bingung mau bagaimana lagi. Andai ibu kerja dari dulu, sekarang gak kebingungan kayak gini," jelas Fatimah lembut.

Kemudian hari itu, dilanjutkan dengan tangisan serta pelukan saling menyemangati. Ah, sepertinya sudah cukup Alesha mengeluh, lebih baik bersyukur karena sampai saat ini masih diberikan kesempatan untuk memperbaiki diri.

ARESHA ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang