Aku titipkan rindu padamu, seseorang yang telah Allah tuliskan dalam Lauhul Mahfudz.
***
"Seorang yang berjalan ke masjid, maka setiap langkah kakinya akan diberikan satu pahala, dihapuskan satu dosa, dan dinaikkan satu derajat oleh Allah SWT." (Ibnu Majah: 277, Muslim:1068 dan 1065)
Dari 'Utsman bin 'Affan, beliau berkata bahwa: saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa berwudhu untuk shalat, lalu dia menyempurnakan wudhunya, kemudian dia berjalan untuk menunaikan shalat wajib yaitu dia melaksanakan shalat bersama manusia atau bersama jama'ah atau melaksanakan shalat di masjid, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya." (HR. Muslim)
Seperti apa yang selalu diajarkan oleh orangtuanya, Arsen menerapkan dengan baik untuk selalu belajar istiqomah shalat di masjid. Jangan terlalu terburu-buru dalam mendirikan shalat hanya karena urusan duniawi.
Dan sampai sekarang, hal tersebut selalu Arsen aplikasikan di dalam hidupnya. Ia akan merasa tidak nyaman, jika tidak segera pergi ke masjid untuk shalat berjamaah saat mendengar suara adzan.
Setelah menunaikan shalat isya' di masjid seperti biasa, Arsen menghampiri adik perempuan satu-satunya yang tengah duduk santai di ruang keluarga sembari memainkan ponselnya. Arsel, perempuan yang satu tahun di bawah Arsen, yang juga murid baru di sekolahnya.
"Main HP mulu." Arsen menghampiri Arsel sembari duduk di samping adiknya itu, tangannya dengan luwes mengacak-acak rambut Arsel.
"Dih! Apaan sih Kak," ucap Arsel kesal. Ia menepis tangan Arsen dengan menggerakkan kepalanya ke kanan dan kiri.
Dengan tidak mempedulikan reaksi Arsel, Arsen kembali mengganggu dengan menoel-noel pipi adiknya.
"Kak Arsen tangannya jahil banget sih." Arsel mengeluarkan keluh kesahnya.
"Gak ah, biasa aja," tanggap Arsen dengan seenaknya.
Setelahnya Arsen hanya melamun memperhatikan Arsel yang tampak tidak terganggu sama sekali dengan kehadirannya.
"Oh ya, kak Arvan sama kak Arvin belum pulang?" tanya Arsen. Arvan dan Arvin adalah kakak kembarnya yang saat ini sedang kuliah semester tiga di salah satu universitas di Jakarta.
"Udahlah, emang kak Arvan sama kak Arvin penjaga kampus jam segini belum pulang," jawab Arsel jutek.
"Yah 'kan siapa tahu mereka ada organisasi." Arsen melirik Arsel yang masih terfokus dengan ponselnya.
"Gak tahu, belum pernah kuliah."
Mendengar adiknya yang berbicara acuh tak acuh padanya, justru membuat Arsen gemas. Ia merangkul bahu Arsel dan memiting kepalanya.
"Aduh aduh sakit nih," teriak Arsel tertahan.
"Hahaha masa sih? Coba lihat, masih cantik gak?" Arsen terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Lebay dihh." Arsel memukuli tubuh Arsen bercanda. Untuk sesaat, keduanya terlarut dalam tawa.
"Lagian lihat apaan sih sampai segitu seriusnya?" tanya Arsen heran. Pasalnya, setelah mereka berhenti bercanda, Arsel tampak kembali serius menekuni benda pipih di genggamannya tersebut.
"Kepo banget deh." Arsel menjulurkan lidahnya ke arah Arsen.
"Sekolah yang bener, jangan pacaran!" nasihat Arsen.
"Iya iya tahu, siapa yang pacaran coba?" Arsel tidak terima dengan perkataan Arsen yang seolah menuduhnya.
"Emang yang bilang kamu pacaran siapa?" tanya Arsen santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARESHA ✔ [SUDAH TERBIT]
SpiritualTIDAK TERSEDIA DI GRAMEDIA Pemesanan melalui penerbit Ujwart Media WA +62 857-8110-4682 (Shopee : ujwarf) Arsen menyukai segala hal yang ada pada diri Alesha, perempuan berpakaian syar'i yang menarik perhatiannya. Arsen maupun Alesha mempunyai prins...