05 Perhatian

40.1K 3.4K 183
                                    

Jangan berikan aku janji yang tak pasti jika belum berniat untuk untuk memilikiku dalam ikatan yang suci.

***

Jam 06.50 menandakan sepuluh menit lagi bel masuk kelas, sedangkan Alesha masih mengayuh sepedanya dengan kekuatan penuh berharap agar tidak terlambat. Semalam ia tidak bisa tidur sampai shalat subuh. Namun, setelah shalat subuh Alesha justru ketiduran. Padahal sedari kecil ia selalu membiasakan diri untuk tidak tidur lagi setelah shalat subuh.

Ini semua karena kelelahan menangis dan memikirkan nasibnya beserta ibu dan adiknya. Entah bagaimana ia akan menjalani kehidupan untuk kedepannya, Alesha selalu berdo'a agar selalu ada rezeki untuk keluarganya.

Tapi salah Kak Arsen juga pokoknya gue gak bisa tidur.

Setelah shalat isya', Alesha memang mengurung dirinya di kamar dengan dalih mengerjakan PR. Kemudian satu jam setelahnya, tiba-tiba ia menangis karena memikirkan ekonomi keluarganya.

Abdul, ayah Alesha sudah meninggal sekitar satu tahun yang lalu, ketika ia kelas tiga SMP. Meskipun Abdul hanya bekerja sebagai karyawan di pabrik, tetapi setidaknya keuangan keluarganya masih tercukupi. Tidak seperti sekarang yang menjadi tidak tentu arah.

"Hahh.. Hahh." Alesha terus mengayuh sepedanya dengan semangat, tidak peduli dengan pahanya yang mulai terasa nyut-nyutan.

Sekitar jam sepuluh malam, Arsen mengirim pesan tentang PDH yang berlanjut dengan salah kirim emoticon cium. Ia tidak percaya ketika laki-laki itu mengatakan salah kirim. Memang aslinya mau dikirim ke siapa?

Alesha dan Arsen memang sempat menjeda beberapa menit kegiatan bertukar pesan tersebut karena Alesha harus menenangkan debaran di jantungnya terlebih dahulu. Namun, bukan berarti chattingan tersebut berhenti sampai di situ.

Karena pada kenyataannya, sampai jam 12 malam, Arsen baru mengakhiri pesannya yang justru membuat Alesha semakin tidak bisa tidur.

Rafli Arsenio Rajendra

Sudah malam. Tidur, cantik!

Alesha tahu, semalam ia dikuasai oleh nafsu. Seharusnya ia tidak membalas pesan Arsen jika sudah tidak ada yang penting, namun yang terjadi, ia justru menanggapinya dengan senyuman berseri-seri.

Astaghfirullah. Kalau sudah seperti ini, apa bedanya dengan ia yang mendekati zina?

"Pak, tunggu!" Alesha mengerem sepedanya tepat di depan gerbang.

"Aduh Neng, cepetan! Untung belum saya tutup," ucap satpam di sekolah Alesha.

"Terima kasih, Pak." Alesha mengayuh sepedanya cepat melewati gerbang. Ia bersyukur karena sebelumnya berhasil menghentikan satpam yang hendak menutup gerbang.

Namun, mungkin karena Alesha sudah kelelahan karena mengayuh sepedanya dengan kecepatan yang tidak biasa, membuat setirnya oleng tidak fokus.

Braakk

"Aaww," rintih Alesha. Ia mengusap punggungnya yang terpentok ban sepeda dan meringis kesakitan.

Alesha terjatuh dari sepedanya tidak jauh dari gerbang. Seragam pramuka dan jilbabnya yang berwarna coklat juga kotor terkena goresan ban meskipun tidak begitu terlihat karena gelap.

Dengan menebalkan muka seolah tidak ada apapun yang terjadi, Alesha berdiri menepuk roknya yang terkena debu.

"Aduh!"

Kali ini kulit tangan Alesha yang terasa perih. Ia baru menyadari jika telapak tangannya itu sedikit terkelupas dan berdarah. Alesha meniup tangannya berulang kali, berharap agar sakitnya menghilang.

ARESHA ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang