04 Chatting

40.3K 3.5K 292
                                    

Ketika belum sanggup mengikat dalam ikatan yang suci, lebih baik menjaga hati sembari memantaskan diri.

***

Arsen mengendarai motor di belakang Alesha yang terus mangayuh sepedanya. Ia berniat mengantarkan perempuan itu sampai rumahnya. Namun, sampai kurang lebih tiga puluh menit perjalanan, masih belum ada tanda-tanda akan sampai.

Akhirnya Arsen mempercepat laju motornya dan berusaha menyeimbangi Alesha.

"Rumah kamu masih jauh?" tanya Arsen. Ia melirik antara Alesha dan jalan di depannya bergantian.

"Udah dekat kok Kak. Sebaiknya Kak Arsen langsung pulang aja, gak perlu nganterin sampai rumah. Lagipula udah kelihatan kok, itu di depan." Alesha menjawab dengan napas terbata-bata namun tetap tidak mengurangi kecepatannya mengayuh sepeda.

Arsen diam tidak membalas, kemudian kembali memelankan laju motornya. Bukan untuk mengikuti ucapan Alesha, melainkan kembali ke posisi awal, mengikuti di belakang perempuan itu.

Beberapa menit kemudian, Alesha mengerem sepedanya dan berhenti di depan rumah sederhana yang tampak asri. Arsen yang ada di belakangnya juga mematikan mesin motor dan membuka helmnya.

Alesha mengernyitkan keningnya melihat ada motor di depan rumahnya. Punya siapa?

"Udah sampai Kak, terima kasih. Seharusnya Kak Arsen gak perlu repot nganterin sampai rumah segala," ucap Alesha sungkan.

"Gak masalah, lagipula saya hanya ngikutin kamu dari belakang," timpal Arsen.

Alesha tersenyum kecil mendengarkan ucapan Arsen. Ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri jika ia merasa tersipu dengan perhatian laki-laki itu.

"Rumah kamu lumayan jauh juga ya," ucap Arsen.

"Iya." Alesha mengangguk.

"Yaudah kamu masuk gih, saya langsung pulang ya." Arsen kembali mengenakan helm teropongnya.

"Iya Kak, sekali lagi terima kasih," cicit Alesha. Ia terdiam berniat menunggu Arsen berlalu pergi.

"Kamu masuk dulu," celetuk Arsen dengan suara yang sedikit teredam helm.

Akhirnya mau tidak mau Alesha mengangguk kecil, dan dengan salah tingkah bergegas masuk ke dalam rumah.

"Dasar," gumam Arsen. Ia terkekeh kecil di atas motornya melihat tingkah Alesha.

Detik berikutnya, Arsen berniat turun dari motor karena melihat seorang perempuan paruh baya yang berpapasan dengan Alesha, ia berniat untuk menyapa perempuan itu yang ia tebak sebagai ibu Alesha.

Namun, Arsen mengurungkan niatnya saat mendengarkan ucapan perempuan paruh bayu tersebut.

"Alesha, bilang sama ibu kamu, jangan lupa bayar uang kontrakan. Jangan ditunda lagi, minggu lalu ditagih katanya minggu ini mau bayar," ketus perempuan tersebut.

"Tadi ibu bilang kalau hari ini memang mau bayar kok Bu," ucap Alesha pelan.

"Iya bayar, tapi nyicil. Ini hanya setengahnya aja, saya tidak mau tahu pokoknya minggu depan harus lunas," lanjut perempuan tersebut.

"Iya, insya Allah, Bu Maya." Alesha sedikit gelagapan karena malu dengan suara keras perempuan paruh baya pemilik kontrakannya itu. Ia berharap, semoga tidak ada tetangga yang mendengarnya.

Karena rumah Alesha berada tepat di depan jalan, tidak ada pagar maupun halaman, membuat Arsen dapat mendengar percakapan tersebut dengan jelas. Ditambah lagi dengan suara yang cukup keras dari perempuan itu.

ARESHA ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang