Pintu kamar itu mulai terbuka. Sosok perempuan kecil tersebut muncul dari kesunyian ruangan ini. Laki-laki itu terkejut melihat kedatangan perempuan itu masih mengenakan seragam sekolah mereka dengan rambut dikuncir satu. Terlihat sedikit kucel, mungkin lari-larian.
"Lah lu ngapain disini?" tak ada kalimat terima kasih yang diucapkan oleh Orlando. Berniat bercanda, tetapi tatapan mata Clavenia terlihat sedang tidak bersahabat sekarang.
"Ceritain semuanya ke gue!" seru Clavenia meninggi. Padahal ia sedikit kagum melihat wajah Orlando, yang tak menggunakan kacamata. Ia terlihat sangat beda...... dan familiar. Tapi secepatnya ia menghempiskan pemikiran itu.
"Ceritain apa? Gue sakit mau diceritain apanya?" tanya Orlando masih tak ingin menjelaskan semuanya. Ia sangat mengetahui bahwa Clavenia sudah mengetahui semuanya. Mungkin bukan dari geng monster, atau pengaruh lain?
"Ohh gini yaa. Lu masih gak mau ceritain ke gue kalau lo berantem sama Gerald?"
Orlando diam seribu bahasa. Ia hanya tak ingin mengingat kejadian kemarin.
"Kalau lo dateng cuma buat bahas Gerald, mending lo lanjut sekolah aja gih" Orlando mengambil buku yang disimpannya tadi di meja samping ranjang.
"Ceritain atau....."
"Atau apa? Lo mau apain gue kalau gue gak mau cerita?"
Perempuan itu terdiam. Ia menatap wajah Orlando dalam-dalam. Mata itu sanggup membuat emosinya reda kembali.
"Dia apain lu? Kenapa sampai kayak gini?"
Orlando masih terdiam. Ia tak ingin menjawab bahwa Gerald menyuruhnya untuk menjauhi Clavenia. Ia tak ingin nama Clavenia terlibat lagi dalam perkelahian itu.
"Yah gue gak tau. Lagian ngapain sih lu peduli?"
Pertanyaan itu membuat jantung Clavenia berdetak lebih kencang dari biasanya. Kenapa gue harus peduli? Karena gue temen lo goblok!
"Karena gue temen lo goblok!" Kata-kata dalam pikirannya tak sengaja terlontarkan secara langsung.
"Yaudah kalau temen doang ngapain lo sampe bolos kelas demi dateng kesini? Tar aja datengnya bareng monster"
"Jadi lo gak seneng gue dateng?" kali ini emosi Clavenia mulai naik. Ia sendiri tak tahu mengapa emosinya mulai naik padahal kalimat yang diucapkan oleh Orlando memang benar. Mengapa ia harus repot-repot kabur kelas untuk lihat surat keterangan dokter Orlando dan menyusulnya ke rumah sakit?
"Sorry lo bukan siapa-siapa gue. Lu ga perlu perjuangin semua itu demi gue"
WTF! Kali ini Clavenia tak bisa menahan air matanya mulai jatuh satu demi satu. Ia menangis sekencang-kencangnya di hadapan Orlando.
"Gue pikir lo beda, ternyata.. lo sama aja. Sampah!" Histeris Clavenia lalu meninggalkan ruangan berbau alkohol itu.
Kenapa gue harus nangis? Clav, bangun! Lu jadi cewek lemah banget. Entah keberapa kalinya Revan udah ngelihat gue nangis. Tetapi gak tau kenapa gue gak malu sama sekali sama dia. Kenapa lo harus nangis kalau Revan bilang lo bukan siapa-siapa dia? Toh emang bener. Kalian cuma teman biasa. Gak lebih. Itu aja temenan karena Revan kasian lo gak punya temen di kelas. Udah jangan berharap ama dia. Dia cuma bisa jadi sahabat-sahabat lo yang lalu deket tapi ninggalin......
Langkah perempuan itu gontai kembali ke kelasnya. Ini sudah jam pulang sekolah, sedari tadi ia menghabiskan waktunya untuk menikmati hot chocolatte di kafe tak jauh dari sekolah untuk menenangkan emosinya dan air matanya. Agar matanya tak terlihat sembab lagi.
Ia kembali ke kelas dan disana masih terdapat geng monster masih nongkrong seperti biasa. Awalnya siswa-siswa yang masih nongkrong terlihat ribut tetapi setelah Clavenia menginjakkan kakinya ke dalam kelas, kelas itu menjadi sunyi selain menatap kehadiran Clavenia. Termasuk Carline.
Clavenia menarik tasnya dan langsung keluar dari kelas. Ia hanya ingin menikmati hidupnya sendiri tanpa siapa-siapa. Kayaknya dunia luar emang kejam.
***
Setelah mandi, ia membuka tasnya untuk mengerjakan PR yang akan dikumpulkan minggu depan. Beberapa kertas yang diberikan oleh Reno kepadanya tadi jatuh.Ia mengambilnya dari lantai kemudian membuka beberapa lembar kertas kecil itu.
Disana terdapat sebuah gambar anak perempuan menangis, dan terdapat tanda panah menunjuk anak perempuan itu. "Ini Clavenia" . Kalau nangis jadi jelek kemudian menunjuk ke arah monster di sebelah kanan anak perempuan itu. Ini revan, arah panah itu menunjuk ke seorang anak laki-laki berdiri di samping anak perempuan sedang menangis itu. Kemudian di sebelah kiri anak laki-laki itu terdapat gambar superman.
SUPERMAN VS MONSTER = SUPERMAN WINS!
Akhirnya monster kalah dan Clavenia tersenyum kembali 😊
Gambaran komik ala bocah ini spontan membuat air mata Clavenia menetes. Ia tak menyangka bahwa sosok Orlando memang bisa menjadi sangat penting dalam hidupnya.
Di lembaran kedua...
"Dear Clavenia,
Ini gambar gue sorry ya kalau jelek dan kesannya childish. Sebenarnya ini gambar gue pas masih kecil. Anyway, semua masalah pasti akan selalu datang. Gue bukan tipe orang yang bisa kasih kata-kata romantis ke elo. Tapi perumpamaannya, masalah itu kayak main halilintar (gue ganti ya, jangan rollercoaster terlalu mainstream). Lo bisa teriak, lo bisa nangis, lo bisa ekspresikan perasaan lo sesuka hati lo. Tetapi kadang kita ngelupain semua perasaan kita, kalau kita main halilintarnya bareng orang yang kita sayangi. Dan gue berharap, lo bisa menemukan orang yang bisa nemenin lo buat naik halilintar ya. Haha.*nb; yang jelas bukan gue. Karena gue takut naik halilintar."
Air mata Clavenia jatuh tanpa berhenti. Mengapa kehidupan sekolahnya seperti cerita novel yang sering dibacanya? Bahkan hal-hal seperti surat itu layaknya cerita-cerita di novel yang akan mengadakan perpisahan. But, no.. gue gak bakal pisah dari Revan.
Entah perasaan apa yang sudah muncul antara dia dan Orlando, ia tak peduli. Yang jelas yang ia tahu sekarang, ia hanya tak ingin membiarkan 'sahabatnya' kali ini pergi dari hidupnya.
***
"Lan, kabar gimana bro?" sapa Reno dan geng monster yang mengunjunginya di rumah sakit."Haha baik bro. Gimana tadi sekolah?" tanya Orlando, yang mungkin akan lebih tepatnya "gimana Clavenia, balik ke sekolah gak?"
Reno mengetahui maksud yang terselip dari pertanyaan sahabatnya itu.
"Baik aja. Clavenia tadi bolos. Gak tau deh kemana"
Kali ini Reno ingin melihat apakah Orlando akan ngaku bahwa Clavenia mengunjunginya, karena sudah sangat pasti Clavenia datang kesini tadi pagi.
"Iyaa, tadi dia datang kesini"
"Jadi gimana bro, lu ama dia? Lu cerita soal lu ama Gerald?" tanya James penasaran.
Orlando menggeleng menjawab pertanyaan James.
"Gue gak mau dia dalam masalah lagi. Kasian, dia selalu ada dalam masalah.."
"Gue mau lo jujur sama gue. Kenapa lo jawab enggak pas Gerald nyuruh lo jauhin Clav? Lo suka kan sama Clav?"
Laki-laki itu kembali diam. Apakah ini saat yang tepat untuk mengungkapkan semua rahasianya?
"Karena..... karena gue pahlawan Clavenia. Dan harusnya lo sendiri bisa simpulin gue suka apa gak sama Clav."
KAMU SEDANG MEMBACA
Orlando's Secret
Teen FictionAda sesuatu yang aneh pada dia. Wajahnya yang dilengkapi oleh kacamata coklat yang membingkai kedua bola mata hitam pekatnya itu, hidung kecil dan mancungnya, bibirnya yang tipis dan kecil, semuanya menghiasi wajahnya yang berbentuk oval dengan dag...