Ini semua seperti teka-teki di kepala Clavenia. Mengapa ini semua terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Gerald memutuskannya? Tetapi mengapa Gerald masih menyuruh Orlando menjauhinya kalau begitu? Bukannya mereka sudah putus? Terus mengapa Carline menjauhinya? Mengapa Orlando membela nya seperti itu? Ini ada apa semuanya?
Tak ada tanda-tanda kehidupan terlihat dari wajah Clavenia. Ia hanya duduk merenung di balkon kamarnya sambil menikmati teh hangat di hadapannya, berharap dapat menenangkan sedikit perasaannya.
Saking terlalu lamanya merenung, Clavenia bahkan tak menyadari bahwa di bangku depan meja balkonnya disana sudah terdapat Carmel duduk disana. Ia bahkan tak mendengar pintu kamarnya terbuka.
"Loh kok lu bisa disini?" ujar Clavenia terkejut. Untung saja ia tak sedang meminum tehnya sehingga akan jatuh dan pecah.
"Lu yang ngapain melamun daritadi. Gue disini udah 10 menit" ucap Carmel mengambil secangkir teh hangat diatas meja santai tersebut. Clavenia tak menjawab lebih lanjut, karena memang sedari tadi ia tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Lu pacaran sama Orlando itu ya?" Carmel membuka topik sehingga membuat Clavenia kembali memikirkan Orlando. Ya, laki-laki yang sampai sekarang tak pernah ia mengerti itu. Clavenia hanya menggeleng untuk menjawab pertanyaan Carmel.
"Lah kenapa? Dia kurang apa, ganteng iya. Pinter iya. Tajir juga kayaknya tuh. Baik lagi" entah Carmel kerasukan roh siapa, dia seperti sedang meng- endorse Orlando.
Kenapa sih saat seperti ini semuanya membahas Revan? Gak grup monster, adiknya sendiri, lihat saja nanti mungkin makan malam Clement akan membahas sosok itu juga.
"Tau darimana lo dia baik? Gara-gara dia mau dijadiin sopir gue? Hahaha" kata Clavenia sedikit tertawa agar tak terlihat seperti orang stres — mempunyai banyak pikiran.
"Clement juga bilang dia baik kok. Dia jaga lu banget. Apalagi pas lo mabuk tuh.. gila aja" ceplas ceplos Carmel membuat Clavenia tertegun. Mabok? Gue pernah mabok?
"Dek, maksud lo apa? Kapan we gue mabok?" tanya Clavenia ingin membuka semua ini perlahan.
"Dih dasar lo sampai sekarang masih mabok apa gimana sih? Masa gak nyadar? Pas lo balik dari star night kan lo mabok berat bego!" Seru Carmel menoyor kepala Clavenia menggunakan majalah yang terdapat pula diatas meja balkon itu. "Clement aja gak tau lo pulang mabok waktu itu, kalau dia tau kayaknya lo ga diijinin pergi-pergi lagi."
"Oke Mel, gue mau lo ceritain semuanya, besok gue traktir lo bakso deh di sekolah!"
Carmel menghembus nafasnya. Ia tak pernah menyangka bahwa kakaknya tak mengingat kejadian dirinya sendiri mabuk sama sekali. Apakah dia saking maboknya? Tetapi karena hadiahnya lumayan indah untuk mengisi perut keroncongannya selama siang hari, Carmel mulai menjelaskan secara pelan.
"Iya . Jadi lo pulang tuh mabok berat ketiduran gitu. Orlando anter lo pulang. Dia gendong lo turun gitu dari mobil dan sudah sekitar jam 2an ya kalau gak salah. Si Clement udah tidur, makanya sisa gue doang karena lagi nonton tv. Gitu doang sih." jelas Carmel panjang.
OH jadi Revan yang mengantarnya pulang saat itu? Ya, si Clavenia yakin memang pasti Revan yang mengantarnya pulang karena siapa lagi. Tetapi, ia tak pernah menyadari bahwa ia mabuk saat itu.
"Jadi ya traktirnya?" tanya Carmel membuyarkan lamunan Clavenia sekali lagi. Padahal ia sedang berusaha untuk menyusun segala pertanyaan dalam benaknya. Ini sudah mulai jelas.
"Gak ah, ternyata informasi lo gak berfaedah"
Sekali lagi kepala Clavenia terkena toyoran majalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Orlando's Secret
JugendliteraturAda sesuatu yang aneh pada dia. Wajahnya yang dilengkapi oleh kacamata coklat yang membingkai kedua bola mata hitam pekatnya itu, hidung kecil dan mancungnya, bibirnya yang tipis dan kecil, semuanya menghiasi wajahnya yang berbentuk oval dengan dag...