"Bahagianya gue adalah liat lo bahagia. Simple buat orang lain, sedangkan buat gue? Bahagiain anak orang itu susah, gak gampang,"
____________________________________Liburan akhir tahun sudah berlalu. Hari ini Galila akan memulai sekolah nya di semester dua, tapi ia malah terlambat datang ke sekolah. Salah seorang guru yang mencatat nama setiap murid yang terlambat menyuruh siswa-siswi itu untuk masuk barisan. Setelah meletakkan tas bersama siswa lain yang juga terlambat, Galila baru menyadari ia tidak membawa topi sekolah.
Keringat dingin mengucur dari pelipis nya. Tangan nya bergerak mencari-cari topi sekolah yang seingat nya sudah ia masukan tadi pagi. Nafasnya tercekat saat menyadari ia benar-benar tidak membawa topi. Upacara sudah berjalan sepuluh menit dan Galila satu-satunya siswi terlambat yang belum masuk barisan.
Setelah meresleting tasnya. Ia berjalan dengan ragu masuk ke barisan. Awalnya semua berjalan lancar. Tidak ada guru yang menyadari Galila tidak memakai topi. Tepat saat menaikan bendera dan lagu Indonesia Raya di nyanyikan, datang seorang cowok yang juga terlambat berbaris dengan asal di sebelah Galila.
Matanya melirik tajam begitu menyadari kehadiran cowok disebelah nya mengundang seorang guru datang. "Kamu sudah tidak pakai dasi, tidak pakai topi, datangnya terlambat. Siapa yang suruh kamu masuk barisan? Baris didepan!" Suaranya tegas sekali. Galila memaki dalam hati kebodohan cowok disebelah nya.
"Kamu juga! Tidak pakai topi baris didepan," kali ini ucapan guru itu mengarah pada Galila. Dengan putus asa, ia pun berjalan mengikuti cowok bodoh yang membuat guru mengetahui nya tidak pakai topi. Kalau saja cowok itu tidak berbaris disebelah nya, mungkin saja Galila tidak ketahuan.
Mereka berdiri sejajar dengan pemimpin upacara dengan jarak sekitar dua meter bersama beberapa siswa yang juga tidak memakai atribut lengkap. Galila menunduk malu berdiri ditengah-tengah upacara seperti ini benar-benar memalukan. Ia tidak pernah menyangka akan menjadi salah satu siswa yang dihukum seperti ini.
Galila benar-benar menyesali kebodohan nya tadi pagi dengan melupakan topi sekolah.
"Udah nggak usah tegang gitu. Lo nggak bakalan mati cuma karena dihukum begini," cowok disebelah nya menyahut santai. Galila mengangkat kepala dan melempar tatapan marah.
"Siswa yang udah biasa kena masalah kaya lo, tahu apa soal hukuman?" Balas Galila ketus.
"Kalo lo tegang gitu malah makin kelihatan malu-maluin. Nunduk terus kaya gitu, bikin semua perhatian terpusat sama lo." Ujar cowok itu dengan nada santai. Dalam hati Galila membenarkan ucapan nya. "Gue ada topi ... " Ujar cowok itu sambil melirik nya. Galila sedikit merasa senang. "Tapi di tas. Kalo lo punya nyawa sembilan, ambil sana." Cowok itu terkekeh melihat tatapan binar dari mata Galila beberapa detik lalu.
"Nggak lucu!"
"Nama gue Ananta Galuh. Gue kelas XI IPS 3, Lo?" Cowok itu lagi-lagi berbisik. Galila takut guru akan mengira ia mengobrol saat upacara, bisa-bisa ia dihukum lagi. Maka itu ia memilih diam dan mengabaikan pertanyaan cowok asing disebelah nya. "Kalo lo nggak jawab, itu tanda nya lo mau gue cari tahu sendiri."
"Jangan mengobrol!"
-•-•-•
Dua kali nama nya dicatat dibuku siswa tidak disiplin. Galila baru kali ini bertindak ceroboh. Biasanya ia selalu bertindak disiplin dengan tidak melupakan atribut sekolah.
"Kalian boleh masuk kelas. Ingat, Minggu depan kalau sampai nama kalian masuk di daftar siswa tidak disiplin lagi, Ibu akan beri hukuman!" Ujar guru itu dengan nada tegas. "Yang nama nya sudah dicatat boleh langsung ke kelas. Yang belum silahkan tunggu disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Galila
Teen FictionMata nya lurus menatap cowok berlesung pipi dihadapannya. Ia menunggu kalimat apa yang akan diucapkan cowok itu--Genta. "putusin gue." Galila membulatkan matanya. Ia merasa salah dengar. "Kamu bilang apa? bisa tolong diulang," ujarnya "La, putusin...