"Harus ya gue turutin kemauan lo?"
____________________________________Pagi ini kelas XI IPS 2 dibuat ramai karena kapten futsal di sekolahnya menembak siswi baru dikelas itu.
"Mau kan?," Wildan si ketua futsal bertanya sembari menyodorkan sebatang coklat.
"Gak,"
Semua yang melihat kejadian itu langsung berteriak ramai karena aksi penolakan Libra pada Wildan. Wajah cowok itu bahkan memerah karena malu.
"Bisa sekarang pergi dari sini?," Libra mengeluarkan senyum manisnya.
Wildan menegakkan tubuhnya, mencoba mengumpulkan wibawanya sebagai kapten futsal sekolah,
"Gue bakal kasih waktu satu hari. Besok gue pasti balik lagi, bye sweet heart." Ucapan itu sontak membuat keadaan menjadi semakin ramai.
Wildan bersama dua temannya pergi meninggalkan kelas XI IPS 2, bersamaan dengan penonton yang tadi memenuhi jendela dan pintu kelas.
Galila memperhatikan raut kesal di wajah Libra. Cewek itu kembali duduk di kursinya,
"Seneng banget bikin sensasi. Segala nolak kapten futsal pula," Bara tertawa mengejek Libra yang baru saja duduk di kursinya, disamping Bara.
"Maksud lo apa ya?"
"Nyari sensasi biar tenar," kali ini suara tawa itu tidak hanya dari Bara tapi beberapa siswa dikelas XI IPS 2 ikut tertawa.
Libra berdiri, menarik kerah baju Bara. "Kalo gak suka ngomong langsung sama gue!" Libra melempar tatapan marah kearah Bara.
Galila menghela nafas panjang. Ia tidak berniat melihat drama untuk yang kesekian kalinya. Baru saja ia ingin menaruh kepala dilipatan tangan, tiga orang cewek memasuki kelasnya.
"Yang namanya Galila mana?"
Galila yang merasa namanya disebut langsung memperhatikan tiga cewek yang merupakan kakak kelasnya itu.
Hana yang barusan ditanya langsung menunjuk kearah Galila dipojok kelas,
Galila memutar bola matanya melihat Alena kembali menemuinya. Cewek itu kini berjalan menghampirinya.
"Kenapa?" Tanya Galila langsung begitu Alena berhenti dihadapannya.
"Kemarin lo pulang bareng sama Genta kan?" Sentak Alena sambil menunjuk Galila.
"Apa yang salah? Dia pacar gue kan,"
"Gue tegaskan sekali lagi, jauhin Genta. Paham?" Ujar Alena.
Galila berdiri. "Kalo gue gak mau?"
Sudah cukup ia dipaksa menjauhi seseorang yang selama ini memberinya semangat disaat permasalahan rumah menghantuinya sampai disekolah,
"Gue udah minta secara baik-baik," Alena tidak takut meskipun adik kelas dihadapannya beberapa centi lebih tinggi darinya.
"Harus banget ya gue turutin kemauan lo?" sentak Galila dengan raut wajah datar.
"Kalo ngomong sama kakak kelas yang sopan ya," Alena mundur satu langkah saat Galila keluar dari area mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galila
Teen FictionMata nya lurus menatap cowok berlesung pipi dihadapannya. Ia menunggu kalimat apa yang akan diucapkan cowok itu--Genta. "putusin gue." Galila membulatkan matanya. Ia merasa salah dengar. "Kamu bilang apa? bisa tolong diulang," ujarnya "La, putusin...