Bab 6

61 7 0
                                    

Pandu melajukan motor ninjanya dengan kecepatan tinggi, ia hari ini tidak memakai motor matic karena motor kesayangannya sudah beres diperbaiki, sebab dua hari yang lalu motornya harus terpaksa menginap di bengkel. Pagi ini seperti biasa, macet. Dengan malas pandu memperlambat laju motornya, karena tidak mungkin kan macet gini bawa motor kebut-kebutan?

Macet hari ini tidak separah hari sebelumnya, bisa dibilang padat merayap tapi cukup menyita waktu.

Motor yang ditumpangi Pandu kini berhenti tepat di belakang mobil sedan. Jalanan bertambah macet saat berada di perempatan jalan. Saat Pandu akan menyalip ke kanan, tanpa diduga ada sebuah motor ninja yang menyalipnya juga, Pandu mensejajarkan lajunya dengan motor tersebut.

Motor yang menyalip Pandu dikendarai oleh anak SMA dan membonceng seorang gadis cantik.

Gadis yang dibonceng pria itu menoleh ke arah Pandu dan tersenyum manis, sangat manis tapi Pandu tidak membalas senyum itu sama sekali.

Siswa yang membawa motor ninja itu membuka kaca helmnya lalu berteriak sedikit agar terdengar oleh Pandu. "Du barengan ke sekolahnya, anterin Adel dulu." Ya. Siswa yang menyalip Pandu barusan adalah Fahmi Ananda.

Fahmi meminta sang empunya motor ninja itu untuk pergi kesekolah bebarengan, tapi sebelumnya mereka harus mengantar Ardel terlebih dahulu. Karena sekolah mereka yang berbeda. Pandu hanya merespon dengan anggukan kecil lalu melaju lebih dahulu.

Kini Pandu dan Fahmi sudah sampai di depan gedung SMA Pelita, kedatangan mereka berdua menyita banyak perhatian, terutama kaum hawa yang memuja ketampanan mereka dan ingin menggantikan posisi Ardel yang di bonceng. Ingin sekali mereka duduk manis di motor Pandu atau Fahmi lalu memeluk punggung yang menggoda iman mereka. Lain kaum hawa lain pula kaum adam. Banyak lelaki yang iri dengan Pandu juga Fahmi karena menjadi pusat perhatian para cewek yang sudah pasti mereka berdua cowok idaman banget.

Fahmi menengok ke arah Ardel, "Del turun mau nyampe kapan duduk dimari? Udah siang nih." katanya pada Ardel yang tidak turun juga dari motor.

"Ogah ahh! Kalo Adel turun tar abang di godain cabe-cabean lagi," jawab Ardel.

Fahmi dan Pandu tertawa mendengar penuturan Ardel, yang justru membuat kadar kegantengan mereka bertambah berkali-kali lipat.

Ardel menggeram kesal lalu memukul pundak Fahmi yang menurutnya tidak sakit sama sekali. "Udah deh kalian jangan ketawa-ketawa gitu ntar tu cabe makin kesemsem lagi, ga liat apa mereka mandang kalian kek yang mau berburu mangsanya!"

Mendengar itu membuat Pandu dan Fahmi justru tertawa semakin kencang. Ardel memanyunkan bibirnya, kesal dengan kedua pria tampan yang berada didekatnya saat ini. Ia kemudian beralih menatap trotoar jalan, dan matanya menangkap sosok Aril yang tengah berjalan sendirian sambil mendengarkan lagu lewat headseat.

"Eh Aril tungguin gue!" teriaknya dalam satu tarikan nafas.

Seketika saja Pandu dan Fahmi terdiam saat mendengar Ardel menyebut nama Aril.

Aril menoleh lalu melepas sebelah headseatnya dan mendapati Ardel yang tengah turun dari motor kakaknya. Ia melihat Pandu disana, ngapain tuh cowok kemari? Ardel melambai-lambaikan tangannya, dan mau tidak mau ia harus  berjalan mendekat menghampiri Ardel.

Sebenarnya ia tidak mau harus bertemu dengan Pandu. Keki lah, apalagi setelah kejadian kemarin. Tapi mau bagaimana lagi? Tidak mungkin kan ia harus berpura-pura tidak mendengar dan melihat Ardel lalu berjalan lurus menuju gerbang sekolah seolah tidak ada apa-apa?

Aril telah tiba disana dan langsung mendapati Fahmi yang melempar senyum ke arahnya lalu ia membalas dengan senyum manis miliknya. Sedangkan Pandu hanya menatap Aril datar.

With You (Pandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang