Bab 8

53 6 0
                                    

Sudah terlalu banyak skenario Tuhan yang tidak kita ketahui, dan kita tidak akan menyadari rencana apa yang tengah dibuat-Nya setelah ini. Tapi percayalah, apa yang telah ditakdirkan oleh-Nya, akan berbuah manis pada akhirnya.

Dini m.

***

Aril tengah berada di toko buku sekarang. Sudah hampir setengah jam berlalu ia berkutat dengan buku-buku tebal, tapi buku yang sedang ia cari tak kunjung ditemukan. Aril berganti ke rak yang lain tapi nihil, hasil nya masih sama. Andai saja tadi ia mengajak temannya kemari, pasti buku yang ia cari akan mudah ia dapat.

Aril menoleh ke samping, hanya satu rak lagi yang belum ia lihat. Sambil berjalan ia berdo'a semoga buku yang ia inginkan ada disana. Aril berjalan santai dari ujung rak buku itu. Ia melihat satu per satu judul novel yang ada disana. Tak lupa tangannya meraba-raba buku-buku tersebut. Aril hampir putus asa, tapi saat ia mendongak ke atas senyum sumringah terukir di wajah cantiknya. Aril meraih buku itu.

"Akhirnya nih novel ada juga, ga sia-sia gue pulang sekolah langsung kesini haaahhhhh senangnyaaaaa," pekiknya kegirangan seperti anak kecil dan memeluk buku itu.

Aril ingin segera membayar buku itu ia sudah sangat penasaran dengan cerita yang akan ia baca. Tapi, rasanya begitu berat bagi Aril untuk meninggalkan toko buku ini. Akhirnya ia mutuskan untuk mencari sekiranya satu atau dua buku lagi untuk ia bawa pulang. Dengan semangat Aril mulai berjalan mundur, ia kembali membaca satu per satu novel yang ada di hadapannya. Tak lupa ia juga membaca sinopsis demi sinopsis yang ada di bagian belakang buku. Saat ia hendak mundur lagi tiba-tiba punggungnya serasa membentur sesuatu. Dengan cepat Aril membalikkan badannya. Dalam hitungan satu detik matanya langsung terkesiap saat menangkap sosok jangkung yang ada di hadapannya.

"Pandu?"

"Aril?"

Ucap mereka bersamaan. Aril tidak menyangka akan bertemu Pandu di sini sekarang. Sial, jantungnya selalu berdetak tidak normal jika berada dekat dengan pria itu.

"Ngapain disini?" tanya Pandu akhirnya.

Aril mengerjapkan mata lalu menjawab pertanyaan Pandu, "Ya beli buku lah, ini kan di toko buku."

Pandu hanya ber-oh-ria dan mengangguk-angguk kan kepalanya.

Hening tidak ada yang membuka suara, padahal jarak diatara mereka hanya terpaut satu langkah, dan disini tidak ada siapa-siapa selain Aril dan Pandu.

Jantung Aril masih berdetak tidak karuan, hingga sekarang ia tidak fokus untuk mencari buku, matanya sesekali mencuri pandang kearah Pandu. Tapi yang dipandang malah asik sendiri membaca buku, seperti mebentuk dunianya sendiri.

Aril ingin pergi, ingin pulang segera dari tempat itu, tapi badannya sangat sulit untuk digerakkan, memaksa Aril agar tetap berada di ruang hampa tersebut, sudah seminggu lebih sejak kejadian di minimarket waktu itu Aril tidak pernah bertemu lagi dengan sosok Pandu. Dan sekarang disampingnya, sosok jangkung dengan mata hitam itu tengah berdiri santai seolah tidak terjadi apa-apa. Bagai oasis dipadang pasir.

With You (Pandu)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang