Lima bulan sudah, Aril menjalin hubungan bersama Pandu. Semua berjalan sebagaimana mestinya, walau terkadang Aril masih malu-malu jika Pandu menggodanya. Bukan tanpa alasan, tapi Pandu selalu gemas dengan reaksi Aril yang malu-malu tapi mau. Bahkan sepertinya, menggoda Aril sudah menjadi hobi baru bagi Pandu. Setiap hari Pandu selalu menjemput Aril sehabis sekolah. Itu juga termasuk hobi Pandu yang baru. Intinya semua yang berhubungan dengan Aril pasti Pandu suka.
Seperti sekarang. Pandu berdiam diri di atas motor beberapa meter dekat sekolah Aril. Ia memperhatikan gadisnya yang tengah duduk di depan halte, dengan buku yang setia menemani. Senyum Pandu terukir. Sudah kubilang kan jika Pandu menyukai apapun yang berhubungan dengan Aril. Senyumnya semakin mengembang, saat tanpa sengaja ia melihat cover novel yang Aril baca, adalah novel pemberian darinya dua hari lalu. Saking tidak tahannya Pandu untuk melihat Aril dari dekat, ia memajukan motornya tanpa menyalakan mesin, karena Pandu tidak ingin Aril menyadarinya. Perlahan ia mendorong motor kesayangnya sampai akhirnya motor pun berhenti tepat di depan sang gadis yang masih sibuk dengan novelnya. Pandu kembali duduk di atas motornya sambil memperhatikan Aril.
Aril membaca dengan serius novel yang ia pegang. Hingga akhirnya ia merasa ada seseorang yang memperhatikannya. Dan dugaannya benar saat ia mendapati Pandu tengah duduk di atas motor dengan pandangan yang tak luput dari sosok dirinya.
"Kenapa ga ngomong kalo udah nyampe?" Aril bertanya dengan dengusan kecil diakhir kalimatnya. Kemudian kembali menjalankan aktifitasnya yang sempat tertunda. Membaca.
"Ck tau gini mending ga usah gue kasih tu novel," Pandu berjalan mendekat dan mengambil novel yang tengah dibaca Aril.
Aril kaget lalu beranjak dari tempatnya duduk. "ihh Pandu balikin ga bukunya?" Titahnya dengan berkacak pinggang.
Pandu mengangkat sebelah alisnya, "Kalo gue ga mau gimana?"
Aril mengerucutkan bibirnya kemudia menarik tangan Pandu yang memegang novelnya. Sayang Pandu terlalu lincah.
Ia mengangkat tangannya yang terdapat buku membuat Aril semakin sulit meraihnya. Pandu terkekeh sendiri ditempatnya. Melihar Aril yang begitu menggemaskan.
Aril terus berusaha meraih novelnya, sayang tinggi mereka tidak sepadan. Karena tinggi Aril hanya sebatas dada Pandu. Terdengar helaan nafas putus asa dari mulut gadis itu.
"Nyebelin ah Pandu! Gue pulang sendiri aja!"
Aril berjalan meninggalkan Pandu ditempatnya. Ia berjalan sambil menghentak-hentakkan kakinya kesal.
Sedangkan Pandu hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah gadisnya ini.
Pandu menaiki motornya, lalu melaju menyusul Aril.
"Jangan marah dong..." katanya sambil cengengesan tak berdosa.
Aril tak bergeming ia semakin mempercepat jalannya.
"Yaudah ini bukunya gue balikin deh, tapi jangan diemin gue dong!"
"Lo tuh ga punya perasaan banget ya!" Aril membentak Pandu.
"Lah jelas lah gue punya perasaan makanya lo sekarang jadi cewek gue."
"Ih bego bukan itu! Udah sana jauh-jauh dari gue!" Aril jalan semakin cepat dan Pandu memberhentikan motornya, tidak mengerti.
"Biasanya juga dijailin lebih dari gini kagak ngapa-ngapa kenapa tuh Aril ya?"
Ia melihat Aril yang semakin menjauh, ia melihat pundak gadisnya bergetar, sudah pasti Aril nangis disana.
Karena tidak tega, ia kemudian turun dari motornya dan berlari mengejar Aril.
Saat sudah dekat, tanpa sengaja ia melihat noda merah di rok belankang Aril.
KAMU SEDANG MEMBACA
With You (Pandu)
Fiksi Remaja"Mencintai lelaki pembalap memang bukan impianku, bahkan sedetik pun tak pernah aku berpikir mencinta. Tapi, Tuhan maha kuasa bukan? dengan mudahnya ia membolak-balikan hati yang kaku ini." -Shesaril "Balap motor adalah separuh hidupku, soal wanita...